facebook twitter instagram Tumblr

Anik's Blog



Alhamdulillah, masih bisa ngodop selama 13 hari ini. :)

Sebenarnya udah siap-siap mau tidur, karena nanti malam niatnya bangun awal buat sahur. Btw, teman-teman puasa Ayyamul Bidh (Pertengahan bulan) yuk dari Kamis-Sabtu ini.

Dari Abdullah bin Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah bersabda, “Puasa tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.”

Sebenarnya postinganku kali ini  ingin bercerita tentang sesuatu yaitu  dosen. Biasalah, anak semester akhir bahasannya kalau nggak skripsi ya dosen. Makluminlah ya. :D Kalau ada anak semester akhir yang baca, semoga tulisan ini bisa bermanfaat. Atau anak semester muda mungkin tulisan ini bisa buat persiapan nantinya. Bahasanku memang belum jauh-jauh dari dosen pembimbing yang killer sih.

Jadi gini, dosen pembimbingku bahkan hampir keseluruhan temanku tuh nyeremin. Maksudnya, mereka sering marah-marah nggak jelas ke kita. Sebenarnya nggak pas skripsi aja sih, pas waktu kuliah juga gitu. Mereka selalu punya celah untuk menyalahkan kita. Meskipun kita sudah benar pun mereka selalu mencari-cari cara untuk menyalahkan atau memarahi. Mahasiswa diam atau nurut sebenarnya bukan karena tidak punya sanggahan, hanya saja kami terlalu malas untuk berdebat dengan seseorang yang jelas-jelas pasti kita kalah karena kedudukan.
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar

Add caption


Selama ini aku selalu mencari kondisi nyaman untuk melakukan hobi, misalnya menulis untuk blog, membaca buku, atau mengerjakan tugas lainnya. Aku bukan tipe orang yang bisa berkonsentrasi di keramaian, aku tidak suka sibuk dengan urusanku sendiri di keramaian. Hasilnya, banyak waktuku terbuang sia-sia. Sehingga aku menyiksa diri dengan kejar deadline pas malam untuk mengerjakan tugas atau lainnya.

Semester ini aku sudah tidak ada jadwal kuliah. Hanya mengambil skripsi. Sehingga saat pagi sampai siang waktuku harus habis menunggu dosen pembimbing. Sedangkan, teman-teman yang duduk di sebelah lebih suka gosip, ngobrol nggak jelas, nge-game, mendengarkan musik, selfie bermenit-menit, stalking, dan lainnya yang menurutku tidak produktif. Aku mmbayangkan, berapa waktuku habis kalau setiap hari aku harus menunggu tanpa melakukan apa-apa. Ditambah, pulang bimbingan harus menjamah laptop atau buku. Bagiku, begitu berat. Inginnya pulang bimbingan itu tidur siang, lalu melaksanakan agenda di luar kampus, malamnya revisi dikit-dikit atau streaming film. Pokoknya aku ingin di malam hari tidak terlalu sibuk mengerjakan apa pun karena aku tidak mau begadang. Keseringan begadang itu berasa nggak enak di badan dan mood. Serius.

Sehingga, beberapa hari ini aku menyiasati waktu dengan mengerjakan beberapa hal penting saat menunggu dosen, menunggu teman, atau sedang ingin pergi ke perpustakaan. Biasanya, aku membaca buku referensi skripsi, meskipun kadang bacaan buku berubah menjadi suara teman sebelah, tapi aku berjuang untuk membaca berulang kali paragraf terakhir untuk memahami maksudnya. Meskipun kecepatan membacaku sangat lambat di keramaian, tak apa, yang terpenting aku bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.

Lalu, aku juga menyempatkan menulis postingan. Meskipun aku tahu, hasil tulisanku saat di keramain begitu amburadul, aku tetap saja menulis. Nanti malam akan aku edit, pikirku. Setidaknya aku mempunyai draft tulisan. Daripada aku harus berpikir keras setiap malam untuk memulai menulis.

Aku juga sengaja memindahkan file proposal ke gawai. Sehingga bisa kubaca lagi dimana pun dan kapan pun. Agar aku bisa mengoreksi ulang dan menandai apa yang harus kuperbaiki. Lalu nanti sehabis Maghrib tinggal kuperbaiki bagian yang aku tandai.

Karena aku juga tipe orang yang suka berpikir dimana-mana. Kadang, aku sengaja tidak ikut mengobrol dengan teman lainnya. Itulah alasanku memilih tempat duduk di pinggir, agar bisa menghindar dari obrolan. Saat aku berpikir keras itulah aku menggunakan waktuku untuk mencari ide tulisan, merencanakan hal apa yang harus kujalani besok, membuat catatan kecil tentang rapat nanti sore jika ada agenda rapat, atau menge-list hal-hal kecil apa yang harus kulakukan hari ini, misalnya menghubungi si A untuk urusan X, menghubungi si Y untuk acara B, dan lainnya.

Aku pernah menemui seorang teman yang bagiku dia keren. Tepatnya Desember tahun lalu, aku dan teman-temanku datang ke acara nikahan seorang teman di Situbondo. Perjalanan yang memakan waktu hampir dua jam itu kami lewati dengan mengendarai motor. Di atas motor yang ngebut, kadang aku melamun, mengobrol dengan teman, tapi lebih banyak melamunnya. Saat beriringan dengan temanku satunya, kulihat temanku yang dibonceng sedang membaca Al-Quran. Ya Allah, rasanya diriku tertampar melihat dia yang begitu pandai mengatur waktu. Dalam keadaan di atas kendaraan yang tidak enak, panas, ngantuk, dan lainnya, dia masih sempat untuk mengingat Allah dengan membaca kalam-Nya.

Aku juga sering melihat teman-temanku membaca mushaf kecil sembari menunggu rapat dimulai. Semenjak itu aku juga termotivasi untuk membaca Al-Quran dimana saja. Hanya saja jika di kampus aku tidak bisa sebebas itu, karena atmosfir teman kuliah beda dengan teman organisasiku. Saat pagi kampus begitu sepi, baru aku bisa membaca Al-Quran sesukaku.

Semoga kita semua bisa belajar untuk memanfaatkan waktu. :)
Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar

@Anikcahyanik
Sebelum berangkat tidur, aku sengaja menyempatkan waktu untuk bercerita tentang pagi yang kulewati hari ini. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi penyemangat. Awalnya begini, beberapa minggu ini aku sibuk mengerjakan proposal skripsi. Alhamdulillah sudah selesai hari Sabtu dan hari Senin ini aku menjadwalkan diri untuk bimbingan. Tapi sehari sebelum bimbingan, dalam bayanganku sudah ada wajah dosen yang menyeramkan. Ekspresi dosen yang bikin mahasiswanya gigit jari. Sampai tadi malam aku tidak bisa tidur. Dan tibalah pagi tadi, bukannya aku bersemangat untuk bergegas ke kampus, nyatanya aku sengaja mengulur waktu untuk menunda bimbingan.

Sayangnya, kemarin aku sudah bilang ke teman kos kalau mau nebeng ke kampus. Nggak enak juga kalau misalnya aku membatalkan dan pasti dia menginterogasi kenapa aku tidak jadi berangkat. FYI aja, teman kosku ini orangnya rajin-rajin banget. Setiap hari aku ditanya sampai mana proposalku, kapan bimbingan, bla bla bla. Itulah cara mereka menyemangati diri ini yang menjadi satu-satunya penghuni kos yang belum melaksanakan seminar proposal.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
@Anikcahyanik

Sebuah kebahagiaan seorang penulis adalah saat karyanya dibaca banyak orang. Bagi  penulis pemula seperti saya ini, impian karya bisa masuk penerbit mayor atau dimuat di media massa merupakan hal yang masih belum dekat. Karena saya tahu mengejar mimpi tidak se-instans itu. Tulisan saya masih berantakan dan idenya pun masih sederhana. Nama yang belum cukup dikenal orang juga membuat blog sepi pembaca. Mungkin ada yang ke sini karena sudah kenal atau saya pernah blogwalking ke sana. Tidak seperti penulis atau blogger keren lainnya, tulisannya selalu ditunggu-tunggu untuk diposting setiap hari.

Jadi sebenarnya, saya ini pengen jadi penulis atau blogger? Awalnya saya ingin menjadi penulis, dan media blog ini adalah yang mudah dan murah untuk menampung karya dan semua pikiran saya. Dari situlah akhirnya saya belajar keduanya. Ya belajar nulis, kadang belajar otak-atik blog untuk hal –hal sederhana saja.

Di sisi lain, kalau hanya mengandalkan blog saja, saya rasa pembaca tulisan saya belum begitu banyak. Karena itulah saya sering hunting web penerima naskah gratis yang artinya saya tidak dibayar saat naskah itu dimuat di webnya dan tetap mencantumkan nama saya. Mungkin kedengarannya rugi ya, kita nulis capek-capek tapi tidak dibayar. Orang-orang di luaran sana selalu bertanya kepada saya, “Tulisanmu dibayar berapa?” saya jawab dengan tetap percaya diri, “Ini masih web gratis.”
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar

Kata hijrah memang sudah menjadi trend belakangan ini. Tapi yang terpenting bukan sedang trend atau tidak, sampai kapan pun hijrah tetap menjadi bagian dari semua umat manusia. Hijrah adalah proses yang dilakukan benar-benar karena Allah ta’ala. Trend hijrah ini ditandai dengan banyaknya akun-akun dakwah dan olshop yang menjual aneka pakaian syar’i dan pelengkapnya. Tapi begitu miris, jika nantinya hijrah hanya sebuah musiman. Dimana apabila sudah tidak lagi mood, maka segala tentang hijrah akan dilepas dan ditinggalkan.
Pengertian berhijrah itu bukan hanya tentang pakaian. Dimana seseorang yang tiba-tiba berpakaian syar’i atau seorang laki-laki yang memanjangkan jenggotnya. Semua manusia mengalami hijrah setiap harinya. Kalau dari kata hijrah sendiri artinya yaitu perpindahan. Dimana setiap manusia mengalami perpindahan hidup yang lebih baik hari ini daripada kemarin dan esok hari daripada hari ini. 
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka belum diuji?" (QS Al-Ankabut:2-3)
Ayat di atas menunjukkan bahwa hijrah itu penuh dengan ujian. Dan kita harus menemukan alasan yang kuat agar tetap bertahan dan istiqomah.
Berikut ini saya mempunyai tips istiqomah berhijrah yang didapat dari pengalaman sendiri. Saya menulis ini bukan berarti sudah benar-benar baik atau sudah bisa istiqomah. Tidak, bukan seperti itu. setiap manusia mempunyai masa naik-turunnya iman. Dan sebagai saudara seiman, tidak ada salahnya jika kita membagikan tips agar bisa sama-sama istiqomah.
Baca selengkapnya : Klik di sini
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
See the source image
Source: Silahkansimak..blogspot.com


Awal semester akhir, serasa aku mendapat beban yang amat berat. Aku membayangkan nantinya hanya akan sibuk dengan buku dan perpustakaan dan harus berhenti dari kegiatan organisasi serta hobiku yang lain. Sampai akhirnya, kita akan memilih salah satunya dan yang terjadi kita akan mengerjakan itu dengan terpaksa. Misalnya kita hanya mengerjakan skripsi dan menganggurkan organisasi serta hobi, hasilnya kita akan bosan, jenuh, dan merasa tertekan. Lalu kalau kita lebih memilih sibuk di organisasi dan hobi dulu, skripsi belakangan, yang ada malah kita kepikiran dengan skripsi dan tidak bisa enjoy melakukan kegiatan di luar sana.
Pada beberapa akhir ini aku menyadari beberapa hal, salah satu adalah sebenarnya saat kita masuk ke semester tua, waktu kita untuk kuliah untuk sangat sedikit bahkan sudah tidak ada. Tapi nyatanya, aku belum bisa membagi waktu. Sekali pun aku pernah beberapa hari untuk tidak sibuk dengan organisasi, nyatanya aku juga tetap tidak mengerjakan skripsi. Yang ada malah kongkow nggak jelas di kos atau selonjoran di kasur yang gravitasinya sangat kuat.                   
Setelah perenungan beberapa hari, akhirnya aku menemukan beberapa cara agar bisa membagi waktu berorganisasi, mengerjakan hobi, dan skripsi:
  1. Bangun Mindset Bahwa Skripsi Itu Asyik
Aku merasakan begitu pentingnya sebuah mindset atau cara pandang kita. Banyak sumber yang kubaca, sebenarnya pikiran itu mempengaruhi cara kerja tubuh kita. Kalau kita berpikiran skripsi itu berat, hasilnya akan males-malesan mengerjakan skripsi. Tapi kalau kita menikmati semester akhir ini, yang ada kita akan semangat untu mengerjakan sesulit apa pun itu. Percayalah, sebenarnya skripsi itu bukan penghalang kita untuk tetap aktif dan eksis di luar sana.
  1. Memanfaatkan Waktu di sela mengerjakan skripsi dengan hal bermanfaat
Tidak perlu kamu keluar dari organisasi atau meliburkan diri mengerjakan hobi karena alasan skripsi. Jadikan saja organisasi dan hobi sebagai sebuah hiburan. Kalau kamu memutuskan untuk tidak mengerjakan kegiatan apa pun karena takut mengganggu skripsmu, yang ada nantinya di sela waktumu akan terbuang dengan hal yang tidak bermanfaat. Misalnya saja kamu mengerjakan skripsi seharian, setelah lelah kamu datang ke café-café untuk nongkrong enggak jelas pulang malam sampai lupa waktu. Yang ada besoknya kamu kesiangan dan badan menjadi tidak fit. Nongkrong memang tidak buruk, akan tetapi kalau itu menjadi sebuah kebiasaan, yang ada di sela waktumu akan terbuang dengan percuma. Isi saja waktu kosongmu dengan nongkrong berfaedah dengan teman organisasi untuk berbincang-bincang tentang program yang bermanfaat, menonton film, membaca novel, nge-games, menonton vlog yang membangun dan lainnya.
  1. Membuat Daftar Kegiatan Selama Sehari
Membuat daftar kegiatan adalah solusi agar bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Karena nantinya kita akan lebih terarah. Jika tanpa jadwal, saat ada waktu kosong kita malah gabut dan akhirnya melakukan hal-hal yang tidak berfaedah, misalnya stalking mantan, gosip dengan teman kos, atau chatting sampai lupa waktu. Sehari itu kamu harus menargetkan hal apa yang harus kamu lakuan dan apa yang kamu capai. Dan beri konsekuensi jika kamu tidak mematuhinya agar dirimu terbiasa disiplin.
  1. Mengerjakan Skripsi Sebagai Ganti Waktu Kuliah
Sebenarnya saat semester akhir, waktu untuk mengerjakan skripsi itu banyak karena sudah tidak dibebani dengan waktu kuliah. Tapi entah kenapa, kebanyakan orang termasuk aku juga pernah tidak bisa membagi waktu.  Bahkan, berhari-hari hanya menyentuh buku pada halaman yang sama. Jadi caranya adalah mengerjakan skripsi di jam kuliah. Jadwal kuliah kebanyakan kampus adalah pagi sampai sore. Kita bisa mengerjakan skripsi di waktu pagi sampai siang, entah itu membaca buku, mencari referensi, dan mengetik skripsi. Dengan begitu kalian tidak perlu begadang untuk menyelesaikan tugas akhir kalian. Pagi sampai siang, matikan ponsel dan sibukkan waktu kalian dengan skripsi. Anggap saja kalian sedang kuliah dan tidak bisa diganggu. Jangan mengerjakan skripsi setengah-setengah di waktu ini, misalnya sambil main hp, medsos, atau nge-game. Karena nantinya sebanyak apa pun waktu yang kalian gunakan hasilnya tetap tidak akan maksimal kalau kalian tidak fokus. Pilahlah waktu skripsi dan senang-senang sendiri.
  1. Mengerjakan Tugas Organisasi di Luar Jadwal Mengerjakan Skripsi
Misalnya kalian menggunakan jadwal mengerjakan skripsi seperti cara di atas, maka sibukkan kalian dengan organisasi pada waktu sore atau malam. Menurut pengalamanku, rapat organisasi dilakukan pada saat sore atau malam mengingat pada pagi hari semua pengurus sibuk dengan urusan kuliahnya. Jika pun ada acara pagi, pasti organisasi itu memilih waktu Sabtu atau Minggu karena di waktu itu adalah waktu libur kuliah. Jika pun ada urusan organisasi yang harus dilakukan pagi pada hari efektif, usahakan kalian tetap menyempatkan waktu untuk mengerjakan skripsi meski hanya satu halaman atau satu jam. Agar nantinya kalian tidak lupa dengan skripsi dan kalian tetap bisa konsisten untuk mengerjakan.
  1. Jangan Suka Menunda dan Hindari Mengerjakan Hal Yang Tidak Berfaedah
Semakin sering kita menunda, kemalasan yang ada pada diri kita semakin menumpuk. Sedikit saja kalau kita membiasakan setiap hari mengerjakan skripsi itu akan lebih baik. Dari pada mengerjakan lembur pada hari tertentu, itu akan memberatkan diri kita sendiri.
  1. Buatlah Target Pencapaian Skripsimu
Buatlah target pencapaian skripsimu, misalnya tanggal sekian harus selesai revisi, harus selesai bimbingan, mencari referensi, membaca 10 jurnal, atau lainnya. Agar skripsimu lebih terarah dan tidak mengalir apa adanya sampai kamu lupa waktu.  
Itu tadi tips yang bisa aku bagi, semoga tugas akhir kita dilancarkan oleh Allah :)
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar

See the source image
Source: Hasbee.wordpress.com

Sebenarnya ini tulisan kemarin, biar bisa kelihatan nulis setiap hari jadinya aku menjadwal tulisan ini terbit pada hari besoknya (sekarang). Alhamdulillah, terhitung 7 hari ini aku bisa ngODOP (One Day One Post). Kata seorang teman dari sumber yang dibacanya, apabila kita bisa konsisten melakukan suatu kegiatan berturut-turut tujuh hari, maka kegiatan itu akan menjadi kebiasaan kita. Semoga saja ngODOP ini bisa menjadi kebiasaanku sampai nanti.

Di postingan kali ini aku ingin bercerita, sebenarnya menulis sehari sekali itu sangat mudah. Tujuh hari terakhir ini aku menulis paling lama sekitar 20-30 menit. Bahkan ada tulisan yang bisa kutulis hanya 15 menit. Ya memang sih, tulisanku tidak membahas hal-hal berat, hanya cerita ringan. Tapi disitulah kunci ngodop, kita bisa menulis apa pun tentang seharian kita. Hal-hal sederhana yang bisa kita bagikan ke orang lain. Jangan membahas hal-hal berat, kamu nggak akan kuat seperti Dilan. :D

Aku jadi merasa  bersalah pada diri yang selama ini menulis tapi ingin terlihat begitu perfect. Yah, aku memang seperti itu. Orangnya terlalu perfeksionis pada beberapa hal. Tapi memang, berusaha terlihat perfect itu hanya akan menyiksa diri kita sendiri. Karena di saat itu akan menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengoreksi tulisan. Karena sedikit pun tidak ingin ada yang salah atau ada yang cacat pada tulisanku. Itu memang baik, tapi caraku terlalu berlebihan.

Aku juga memaksa diri untuk menulis cerpen dan hal berat lainnya setiap hari. Itu sangat menguras tenaga dan pikiran. Jadinya, ya memang blog akan terisi dengan postingan yang lebih oke, akan tetapi urusan yang lain menjadi terbengkalai karena menulis terlalu lama. Dan di sisi lain, karena terlalu memforsir diri sendiri, aku menjadi cepat bosan untuk menulis jika tidak ada ide.

Kalau kita terbiasa membicarakan hal ringan, saat tidak ada ide pun kita tetap akan terbiasa untuk membahas hal ringan atau sepele. Padahal hal sepele pun itu kadang luput dari pandangan orang. Maka jangan sepelekan hal sepela, ya.

Ohya, kalau kalian punya waktu luang dan banyak sekali hal yang ingin kalian tulis atau ceritakan, sekali duduk nulis beberapa postingan juga not bad lho. Karena itu bisa menjadi tabungan untuk postingan besok. Jadinya kita tetap bisa mempostingnya jika ada waktu-waktu sibuk sehingga tidak bisa ngeblog.

Yah begitulah cerita ngodop hari ini. Semoga aku bisa nulis dan bisa konsisten mempraktikannya. :)


Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar
See the source image
Source: lianurbaiti.wordpress.com

Siang ini aku duduk di bangku kayu perpustakaan kampus. Aku merasa nyaman berada di ruangan yang dingin dan hening ini. Berlalu lalang orang datang dan pergi tapi tak mengganggu konsentrasiku. Ingin rasanya aku mengumpat diriku sendiri yang baru menyadari duduk berjam-jam di perpustakaan itu ternyata enak. Ya memang tempat ini bukan lagi asing bagiku. Di mata kawan lain pun aku terlihat lebih rajin dari mereka mengunjungi tempat ini. Tapi sayangnya, aku tidak lebih rajin dari apa yang mereka kira.
Aku datang ke perpustakaan hanya untuk meminjam novel sebentar lalu pergi begitu saja. Jika ada tugas, aku meminjam buku sebanyak mungkin sampai lupa untuk kubaca. Nyatanya, aku lebih sering membayar denda belasan ribu untuk buku yang hanya menumpuk di meja kamar.
Ini suatu kemajuan. Biasanya, siang-siang begini aku meringkuk di kasur kosan. Hari ini entah mendapat suntikan semangat darimana, aku memaksa diri untuk bersepeda ke perpustakaan demi skripsi. Aku mengetik, membaca, dan duduk berjam-jam di perpus sampai sekarang aku mengetik postingan ini.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Image result for gambar naik tangga kartun
Source: Pixabay.com

Aku dihadapkan pada masa ini. Masa dimana siapa yang cepat dialah yang terlihat lebih hebat. Siapa yang dulu dialah yang terlihat lebih maju. Hingga orang yang masih berada di belakang akan tertinggal. Lalu semua menjadi terburu-buru agar terlihat lebih maju. Nyatanya, hidup bukan persoalan siapa yang lebih cepat, lebih maju, atau lebih hebat. Tapi tentang sebuah catatan perjalanan yang memiliki makna dari setiap waktu yang dilaluinya.

Tulisan ini terlahir dari sebuah kegalauan yang sedang mencari makna tentang hidup. Dimana aku menjadi buru-buru ketika melihat teman-temanku yang sudah maju terlebih dahulu. Padahal seharusnya aku tahu, bahwa maju selangkah saja membutuhkan perjuangan yang tidak sebentar. Sebuah pencapaian membutuhkan tetesan peluh dan kerja keras yang tidak sedikit. Semua kerja keras membutuhkan kesabaran yang tidak intans.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Aku ingat sekali, pada tanggal 10 Februari 2018 lalu aku datang ke wisuda seorang kawan yang usianya lebih tua dariku. Melihat senyum merekahnya ada haru yang kusembunyikan. Aku takut dibilang alay oleh kawan yang lain jika memperlihatkan perasaan haruku.

Aku terharu bukan hanya karena toga yang dikenakannya, terlebih karena cerita tak terduga yang pernah diceritakannya sendiri di hadapanku.

Jadi ceritanya, kawan yang ini adalah seorang pementorku di suatu organisasi. Seorang perempuan tangguh yang begitu aku kagumi karena kedewasaan, pemikiran, dan prestasinya. Aku belajar banyak dari dia. Kesibukannya di organisasi, membuat dia harus menghabiskan waktu di kampus selama lima tahun.

Aku tidak tahu bagaimana perasaannya saat melihat temannya sudah lulus, bekerja, atau menikah, sedangkan dia masih sibuk dengan skripsi yang tak kunjung selesai. Dia mengabdikan dirinya pada organisasi untuk berdakwah dan menyiapkan kader dakwah selanjutnya. Seorang perempuan yang misi hidupnya untuk berjuang di jalan Allah itu terlihat tak gentar meski tertinggal dari teman lainnya.

Lalu suatu ketika di tahun 2017 saat terjadi bencana meletusnya gunung berapi di Bali, dia terjun membawa nama organisasi kerelawanannya. Dia membuang penat karena bertepatan hari itu sidang skripsinya ditunda oleh dosen. Dia membuang rasa galaunya dengan melakukan aksi kebaikan di Bali. Setelah itu, aku tidak tahu-menahu apa lagi yang terjadi dengannya.

Singkat cerita, pada awal bulan Desember 2017 aku dikejutkan sebuah ucapan polosnya. “Kalian belum tahu ya kalau aku akan menikah?” Sontak saat itu mataku membulat mendengarnya. Kupikir dia bercanda, tapi kurasa perempuan seperti dia tidak akan pernah bercanda pada hal-hal yang serius.

“Dengan siapa, Mbak?” tanyaku.

“Dengan anak relawan,” katanya.

“Relawan Jember, bukan?” tanya teman sebelahku.

Di organisasi relawan ini jika ada orang yang menikah, kita selalu penasaran menikah dengan siapa. Karena di organisasi yang menerapkan syariat Islam ini tidak mengenal kata pacaran sebagai pendekatan. Jika pun menikah dengan sesama relawan, kita selalu ingin tahu bagaimana perjalanannya.

Perempuan itu menggeleng. “Dengan siapa, Mbak?” tanyaku. “Dengan relawan Bandung. Kalian nggak kenal. Aku saja baru ketemu sekali saat aksi di Bali,” ungkapnya.

Dia memulai ceritanya karena aku dan teman sebelah kepo. Pertemuan mereka di Bali adalah pertemuan biasa.  Perempuan itu tidak menaruh rasa kepada siapa pun. Namun mengejutkan, saat sepulang dari Bali, laki-laki yang baru dikenal itu menghubunginya untuk mengungkapkan keseriusannya. Sontak kaget, perempuan itu memberi nomor ponsel abinya kepada laki-laki itu lalu memblokir nomor ponselnya.

Pernikahan mereka simple, hanya satu kali pertemuan keluarga mereka sudah menemukan tanggal pernikahan.

“Mbak, qodarullah ya sidangmu ditunda. Kalau nggak ditunda mungkin mbak nggak pergi ke Bali lalu nggak ketemu si dia.” Perempuan yang anggun itu hanya tersenyum mendengarku.

Mungkin ini hadiah yang diberikan Allah atas ganti tertundanya sidang dan kelulusannya. Karena Allah ingin saat wisuda, perempuan itu didampingi imamnya.

Tidak selalu yang duluan lebih cepat dari yang terlambat. Dan yang terlambat, belum tentu ketinggalan.

Dan sekarang, teman-temannya yang sudah lulus banyak yang belum nikah, sedangkan dia sudah memperoleh double gelar, yaitu sarjana dan istri. Ini sebagai bukti, semua manusia mempunyai masa prosesnya sendiri-sendiri. Kita tidak perlu menyamakan masa proses setiap orang, karena setiap bunga tidak mekar bersamaan. (unknown)


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Aku pernah, mungkin kamu juga pernah. Aku sering, mungkin kamu juga sering. Merasakan suatu hal yang amat menyebalkan dan menyakitkan. Sekalipun kejadian itu sudah berlangsung lama, tapi lukanya masih membekas bahkan sulit untuk diobati. Entah kenapa, memori buruk itu sama dengan memori baik, yang sifatnya sulit untuk dihapus dari pikiran. Sekalipun sudah berjauhan dengan orang yang bersangkutan, sudah tidak berada di tempat kejadian, dan sudah melompat jauh pada waktu itu, tapi putaran kejadiannya tetap menempel pada ingatan.

Maunya marah. Segala medsosnya diblokir, tidak ingin bertegur sapa, atau parahnya ingin meluapkan emosi sejadi-jadinya. Kamu pasti juga tahu, bahwa menyimpan emosi itu tidak enak dan tidur tidak nyenyak.

Tapi kadang, kita lebih sungkan untuk mengungkapkan kepada orang itu. kita lebih memilih diam untuk mengobati luka sendiri. Kita lebih memilih mengalah agar tidak terjadi masalah. Tapi hasilnya, luka menumpuk dan tak kunjung terobati.

Aku takut jika membenci orang lain karena ulah atau lisannya, hatiku menjadi sakit dan sulit untuk memaafkan. Jadinya malah aku menjadi tak tenang.

Tapi, ada hal lain yang lebih membuatku takut, yaitu ketika ada orang lain yang hatinya tersayat karena tajamnya lidah atau karena buruknya ulahku. Aku takut, pada malam tidurku ada orang tersedu-sedan karena teringat lisanku yang tak keruan. Aku takut saat makan bakpao hangat, ada hati orang lain yang terbakar emosi karena terbayang ulah menyebalkanku.

Bahkan, aku sangat takut. Jika ada orang lain yang tersenyum di depanku, nyatanya di belakang dia begitu ingin murka melihat wajahku.

Aku takut menjadi orang yang begitu tidak diharapkan kehadirannya. Aku takut menjadi orang yang mudah menyakiti orang lain sampai hidupku sama sekali tidak memberi manfaat untuk mereka di luar sana. Aku takut jika banyak orang yang lebih suka ketiadaanku, daripada keberadaanku yang malah membuat gigit jari.

Aku takut, sangat takut sekali. Menjadi orang yang merasa baik-baik saja, padahal di luar sana nyatanya aku sangat buruk. Aku lebih takut lagi, jika tidak ada yang memberitahuku tentang ini. Orang lain tidak peduli denganku, tidak mau menegur jika salah. Memuji setinggi mungkin sampai aku merasa begitu baik, padahal banyak lubang kesalahan yang menganga pada diriku.

Aku sangat takut jika sampai akhir hayatku tidak menemukan orang yang mau menegur kesalahanku.




Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Source: Pixabay.com

Diam bukan berarti bungkam. Jika aku diam, bukan berarti apatis dalam segala hal. Banyak yang terpikirkan, namun memendam suatu pikiran adalah sebuah pilihan. Tidak semua hal yang ada dalam pikiran harus diungkapkan.

Jika selama ini namamu tidak pernah aku tulis dalam caption maupun status medsosku, bukan berarti namamu sama sekali tidak ada dalam hatiku. Jika aku tidak pernah mengunggah fotomu, bukan berarti kamu bukan sahabatku. Jika aku tidak pernah mengabarkan kepada khalayak ramai tentang persahabatan kita, atau tak kuabadikan momen termanis kita, bukan berarti momen itu terlewat begitu saja.

Aku memang tidak seromantis kawan lain yang mengucapkan selamat atas bertumbuhnya usia, keberhasilan, dan segala pencapaianmu. Tapi trust me, hatiku bergemuruh ikut merasakan bahagiamu. Mataku hampir membasah melihat kawan yang setiap malam atau pagi menceritakan perjuangan menyebalkan dan melelahkannya, serta tak bosan memintaku mendoakannya, kini sudah mencapai apa yang menjadi tujuannya. Atau pun kawan yang masih dengan cerita perjuangannya sering mencuri-curi waktu untuk bercerita kepadaku. Atau juga kawan yang hanya memperlihatkan melalui sorot mata tanpa pernah bercerita. 

Kita tidak perlu pernah makan bersama, ngafe bareng, nonton, keluar kemana saja, atau bercengkrama lama untuk menjadi seorang sahabat. Cukup saling mengenal dan menyapa di dunia maya maupun nyata kita sudah menjalin ikatan persahabatan. 

Pertemanan kita tidak dinilai seberapa jauh kita main bareng, seberapa sering kita pergi ke cafe, dan seberapa sering kita makan gorengan bareng di tanggal tua.  

Percayalah, aku selalu belajar untuk tidak membicarakanmu dengan penduduk bumi, tapi tanpa kamu ketahui aku begitu ribut membicarakanmu bersama penduduk langit. Bukankah kamu tahu, doa yang digaungkan diam-diam akan lebih dihijabah oleh Maha Penggenggam doa?

Persahabatan kita terlalu manis jika sebatas ditulis dengan caption yang tenggelam di linimasa. Persahabatan kita terlalu berarti jika hanya dilukis dengan foto yang bisa tertelan tumpukan foto di kartu memori. Persahabatan kita terlalu istimewa jika hanya dibicarakan kepada sesama manusia.

Aku menyayangimu dengan caraku sendiri, bukan dengan cara orang lain mengikuti zamannya. Biarkan persahabatan kita sewajarnya saja agar tidak ada yang kecewa jika ada prasangka. Aku takut yang berlebihan justru yang meninggalkan luka. Biarlah begini saja, aku tak meninggalkan janji. Hanya sepenggal doa yang siap mengantri rapi di langit yang selalu menjaga kita. Dan semoga kita tidak hanya bersahabat di dunia, tapi sampai ke Jannah-Nya.


Terima kasih untuk kalian yang sudah menerima Anik apa adanya. Anik yang begitu introvert dan nggak terlalu suka haha hihi di cafe. Anik yang kadang pendiam kadang rame dan menyebalkan. Anik yang kalian bilang lola dan nggak asyik. Anik yang nggak update sama tempat nongkrong dan menu hits di kota.

Ibnul Jauzi pernah berpesan kepada sahabat-sahabatnya sambil menangis: “Jika kalian tidak menemukan aku nanti di Surga bersama kalian, maka tolonglah bertanya kepada Allah tentang aku."

   *Tulisan untuk semua yang mengenalku di keheningan Sabtu Malam 
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

“Aku ingin berhenti . . . .”

Suaraku sayup-sayup tertelan angin dan derasnya hujan sore lalu. Sorot mata wanita yang ada di depanku memandang tajam terlihat berusaha mencari jawaban.

“Kenapa?” tanyanya.

“Aku terlalu takut jika tidak bisa melakukannya. Aku takut jika tetap di sini semua urusanku terbengkalai.”

Wanita itu mengembuskan napas dengan kasar. Aku tahu, mungkin dia kecewa dengan ucapanku.

Aku mengatakan ingin berhenti bukan seketika saat aku berpikir ingin berhenti. Tapi niatan itu sudah kupikir berulang kali, bahkan ratusan kali. Ketika aku merasa lelah dan berpikir ada hal lain yang harus kuperjuangkan, maka di saat itulah pikiran ingin berhenti selalu kupertanyakan.
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar


Welcome to 2018 :)

Aku tahu telat banget buat ngucapin welcome di tahun yang sudah memasuki bulan kedua. Apalagi bulan keduanya sudah hampir habis. Andai saja blog ini bernyawa dan bisa bicara, maybe dia bakal teriak-teriak karena dicampakkan oleh si empunya. Maybe dia nggak mau lagi bertemu si empu karena diangkrakin, ditinggalin, dan nggak diurusin sama sekali. Ditengok pun enggak. Ibarat rumah, blog ini sudah banyak sarang laba-labanya.

Nggak tahu harus berapa kali aku mengucap maaf untuk menebus kesalahan dan juga nggak keitung sudah berapa kata rindu menggema dalam batin tapi belum juga mampu aku luapkan ke sini.

Dan hari ini, aku sengaja meluangkan waktu seluang-luangnya untuk ke sini. Aku sengaja membersihkan sarang laba-laba dan meniup bersih debu yang membandel di rumah ini. Aku ke sini membawa cerita tentang suka, duka, lara, canda, tawa, dan semuanya yang bisa terbaca.

I’m Come Back . . .

Di sini itu tempat bicara di saat aku takut apa yang aku bicarakan tidak didengar orang. Di sini tempat bercerita saat aku tahu orang lain bosan mendengarkannya. Dan hanya di sini tempat menyimpan cerita tanpa takut hilang atau rusak. Sekali pun di luar hujan badai dan panas terik, tapi semua cerita yang pernah kutulis tetap aman. Tidak menggigil kedinginan atau kering kepanasan.

Aku tahu di luar sana semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Aku tahu semua orang terlalu bosan jika diminta mendengarkan. Tapi di tempat ini semua orang bisa memilih, antara tinggal untuk membaca ceritaku sampai habis, menggeser kursor tanpa sedikit pun membaca, atau bahkan hanya membaca separo. Atau mungkin menjadi penunggu setia ceritaku.

Terima kasih untuk teman-teman yang sering mengingatkanku untuk kembali ke sini. Kalian benar, tempat ini adalah tempat ternyaman. Dan tempat ngangenin yang nggak semua orang punya. :))



Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About Me

Foto saya
Anik's Blog
Hi, ini tempat pulangnya Anik. Berisi hal-hal random yang rasanya perlu ditulis.
Lihat profil lengkapku

Pengikut

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Tumblr

Member Of

1minggu1cerita

Categories

  • Blogwalking
  • Calon Ibu
  • FIKSI
  • Flashback
  • Kerelawanan
  • Obrolan Cermin
  • Review Ala-Ala
  • Sudut Pandang Pernikahan

Postingan Populer

  • Rezeki Tak Perlu Dicari
  • Hujan-Hujan di Bulan Juni
  • Inilah 5 Cara Bahagia Jadi Jofis (Jomblo Fi Sabilillah)
  • Menikah itu Bukan Sekadar untuk Memilikinya, tetapi Demi Menambah Kecintaan kepada-Nya
  • (Review) Pertanyaan Tentang Kedatangan

Blog Archive

  • Maret 2024 (1)
  • Februari 2024 (1)
  • Juli 2023 (2)
  • Agustus 2021 (1)
  • Juli 2021 (2)
  • September 2020 (2)
  • Agustus 2020 (4)
  • Juli 2020 (3)
  • Juni 2020 (7)
  • Mei 2020 (17)
  • April 2020 (4)
  • September 2019 (1)
  • Agustus 2019 (3)
  • Juli 2019 (9)
  • Juni 2019 (4)
  • Mei 2019 (3)
  • April 2019 (1)
  • Maret 2019 (7)
  • Februari 2019 (3)
  • Januari 2019 (3)
  • Oktober 2018 (6)
  • Maret 2018 (22)
  • Februari 2018 (14)
  • Agustus 2017 (7)
  • Juli 2017 (11)
  • Juni 2017 (11)
  • Mei 2017 (1)
  • April 2017 (5)
  • Maret 2017 (3)
  • Februari 2017 (4)
  • Januari 2017 (14)
  • Desember 2016 (12)
  • November 2016 (2)

Created with by ThemeXpose