Aku takut!
Aku
pernah, mungkin kamu juga pernah. Aku sering, mungkin kamu juga sering.
Merasakan suatu hal yang amat menyebalkan dan menyakitkan. Sekalipun kejadian itu
sudah berlangsung lama, tapi lukanya masih membekas bahkan sulit untuk diobati.
Entah kenapa, memori buruk itu sama dengan memori baik, yang sifatnya sulit
untuk dihapus dari pikiran. Sekalipun sudah berjauhan dengan orang yang
bersangkutan, sudah tidak berada di tempat kejadian, dan sudah melompat jauh
pada waktu itu, tapi putaran kejadiannya tetap menempel pada ingatan.
Maunya marah.
Segala medsosnya diblokir, tidak ingin bertegur sapa, atau parahnya ingin
meluapkan emosi sejadi-jadinya. Kamu pasti juga tahu, bahwa menyimpan emosi itu
tidak enak dan tidur tidak nyenyak.
Tapi kadang,
kita lebih sungkan untuk mengungkapkan kepada orang itu. kita lebih memilih
diam untuk mengobati luka sendiri. Kita lebih memilih mengalah agar tidak
terjadi masalah. Tapi hasilnya, luka menumpuk dan tak kunjung terobati.
Aku
takut jika membenci orang lain karena ulah atau lisannya, hatiku menjadi sakit
dan sulit untuk memaafkan. Jadinya malah aku menjadi tak tenang.
Tapi,
ada hal lain yang lebih membuatku takut, yaitu ketika ada orang lain yang
hatinya tersayat karena tajamnya lidah atau karena buruknya ulahku. Aku takut,
pada malam tidurku ada orang tersedu-sedan karena teringat lisanku yang tak
keruan. Aku takut saat makan bakpao hangat, ada hati orang lain yang terbakar emosi
karena terbayang ulah menyebalkanku.
Bahkan,
aku sangat takut. Jika ada orang lain yang tersenyum di depanku, nyatanya di
belakang dia begitu ingin murka melihat wajahku.
Aku takut
menjadi orang yang begitu tidak diharapkan kehadirannya. Aku takut menjadi
orang yang mudah menyakiti orang lain sampai hidupku sama sekali tidak memberi
manfaat untuk mereka di luar sana. Aku takut jika banyak orang yang lebih suka
ketiadaanku, daripada keberadaanku yang malah membuat gigit jari.
Aku takut,
sangat takut sekali. Menjadi orang yang merasa baik-baik saja, padahal di luar
sana nyatanya aku sangat buruk. Aku lebih takut lagi, jika tidak ada yang
memberitahuku tentang ini. Orang lain tidak peduli denganku, tidak mau menegur
jika salah. Memuji setinggi mungkin sampai aku merasa begitu baik, padahal
banyak lubang kesalahan yang menganga pada diriku.
Aku
sangat takut jika sampai akhir hayatku tidak menemukan orang yang mau menegur
kesalahanku.
1 komentar
Masya allah, beruntung mbak punya hati lembut hingga suka dengan teguran. Biasanya orang justru marah jika ditegur kesalahannya..
BalasHapus