Keluar Dari Zona Nyaman
Add caption |
Selama ini aku selalu mencari kondisi nyaman untuk melakukan
hobi, misalnya menulis untuk blog, membaca buku, atau mengerjakan tugas
lainnya. Aku bukan tipe orang yang bisa berkonsentrasi di keramaian, aku tidak
suka sibuk dengan urusanku sendiri di keramaian. Hasilnya, banyak waktuku
terbuang sia-sia. Sehingga aku menyiksa diri dengan kejar deadline pas malam
untuk mengerjakan tugas atau lainnya.
Semester ini aku sudah tidak ada jadwal kuliah. Hanya
mengambil skripsi. Sehingga saat pagi sampai siang waktuku harus habis menunggu
dosen pembimbing. Sedangkan, teman-teman yang duduk di sebelah lebih suka
gosip, ngobrol nggak jelas, nge-game,
mendengarkan musik, selfie bermenit-menit, stalking, dan lainnya yang menurutku
tidak produktif. Aku mmbayangkan, berapa waktuku habis kalau setiap hari aku
harus menunggu tanpa melakukan apa-apa. Ditambah, pulang bimbingan harus
menjamah laptop atau buku. Bagiku, begitu berat. Inginnya pulang bimbingan itu tidur
siang, lalu melaksanakan agenda di luar kampus, malamnya revisi dikit-dikit
atau streaming film. Pokoknya aku ingin di malam hari tidak terlalu sibuk
mengerjakan apa pun karena aku tidak mau begadang. Keseringan begadang itu
berasa nggak enak di badan dan mood.
Serius.
Sehingga, beberapa hari ini aku menyiasati waktu dengan
mengerjakan beberapa hal penting saat menunggu dosen, menunggu teman, atau sedang
ingin pergi ke perpustakaan. Biasanya, aku membaca buku referensi skripsi,
meskipun kadang bacaan buku berubah menjadi suara teman sebelah, tapi aku
berjuang untuk membaca berulang kali paragraf terakhir untuk memahami maksudnya.
Meskipun kecepatan membacaku sangat lambat di keramaian, tak apa, yang terpenting
aku bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Lalu, aku juga menyempatkan menulis postingan. Meskipun aku
tahu, hasil tulisanku saat di keramain begitu amburadul, aku tetap saja
menulis. Nanti malam akan aku edit, pikirku. Setidaknya aku mempunyai draft tulisan. Daripada aku harus
berpikir keras setiap malam untuk memulai menulis.
Aku juga sengaja memindahkan file proposal ke gawai.
Sehingga bisa kubaca lagi dimana pun dan kapan pun. Agar aku bisa mengoreksi
ulang dan menandai apa yang harus kuperbaiki. Lalu nanti sehabis Maghrib
tinggal kuperbaiki bagian yang aku tandai.
Karena aku juga tipe orang yang suka berpikir dimana-mana.
Kadang, aku sengaja tidak ikut mengobrol dengan teman lainnya. Itulah alasanku
memilih tempat duduk di pinggir, agar bisa menghindar dari obrolan. Saat aku
berpikir keras itulah aku menggunakan waktuku untuk mencari ide tulisan,
merencanakan hal apa yang harus kujalani besok, membuat catatan kecil tentang
rapat nanti sore jika ada agenda rapat, atau menge-list hal-hal kecil apa yang harus kulakukan hari ini, misalnya
menghubungi si A untuk urusan X, menghubungi si Y untuk acara B, dan lainnya.
Aku pernah menemui seorang teman yang bagiku dia keren.
Tepatnya Desember tahun lalu, aku dan teman-temanku datang ke acara nikahan
seorang teman di Situbondo. Perjalanan yang memakan waktu hampir dua jam itu
kami lewati dengan mengendarai motor. Di atas motor yang ngebut, kadang aku
melamun, mengobrol dengan teman, tapi lebih banyak melamunnya. Saat beriringan
dengan temanku satunya, kulihat temanku yang dibonceng sedang membaca Al-Quran.
Ya Allah, rasanya diriku tertampar melihat dia yang begitu pandai mengatur
waktu. Dalam keadaan di atas kendaraan yang tidak enak, panas, ngantuk, dan
lainnya, dia masih sempat untuk mengingat Allah dengan membaca kalam-Nya.
Aku juga sering melihat teman-temanku membaca mushaf kecil
sembari menunggu rapat dimulai. Semenjak itu aku juga termotivasi untuk membaca
Al-Quran dimana saja. Hanya saja jika di kampus aku tidak bisa sebebas itu,
karena atmosfir teman kuliah beda dengan teman organisasiku. Saat pagi kampus
begitu sepi, baru aku bisa membaca Al-Quran sesukaku.
Semoga
kita semua bisa belajar untuk memanfaatkan waktu. :)
4 komentar
Kalau terbiasa beradaptasi di zona gak nyaman, lama-lama semua tantangan bakal terlewati dengan mudah karena terasa nyaman di jalanin :)
BalasHapusIya aku juga ngerasa gtu. :)
BalasHapusButuh pembiasaan aja ya sebenarnya.
Saya tipe orangnya ramai, tapi tidak bisa bekerja dalam keramaian. Tapi, jatah waktu saya untuk diri sendiri sangat terbatas sekarang. Jadi mau gak mau sedang belajar kerja dalam keramaian. Termasuk salah satunya, baca quran sambil momong anak. ITu nantang banget
BalasHapusSubhanallah, apalagi yang sudah punya momongan seperti ini ya. Harus bias melakukan hal-hal di luar kemampuan kita.
Hapus