Kemarin
malam, ada pesan whatsapp yang
mendarat dengan selamat ke ponselku. “Aku mau curhat.” Keningku berkerut
membacanya. Terlihat ada tulisan “mengetik”. Tidak ada yang salah kalau dia
ingin bercerita denganku. Tapi, teman yang satu ini lebih dewasa dan
berpengalaman dibanding aku yang masih gadis ingusan.
Kutunggu, dia mengetik
pesannya begitu lama. Menerka-nerka, cerita apa yang akan dia kisahkan
kepadaku. Masalah pekerjaan sepertinya tidak mungkin, apalagi masalah rumah
tangga.
Sesaat kemudian,
ada pesannya lagi. Dia bercerita akhir-akhir ini berat untuk menulis, karena
terselip niat lain dalam tulisannya, yaitu menghasilkan uang. Dia juga bilang, kalau niat sudah melenceng memang seperti
ini jadinya. Dengan diikuti emot sendu.
Kuambil
napas berkali-kali. Berulang-ulang kubaca pesannya. Sengaja tidak langsung
kubalas, karena masih bingung harus jawab dengan kalimat seperti apa. Rasanya
aku tidak pantas mengetikkan kalimat-kalimat motivasi atau nasehat lain. Karena
diri ini sering dihampiri kekhilafan. Malu memberi orang lain semangat, tapi diri
sendiri masih bergelung dalam kemalasan.