harian.analisadaily.com |
Aku turun
dari bus dengan membawa barang bawaan yang lumayan banyak. Ini memang sudah
menjadi kebiasaan rutinan anak rantau setiap liburan. Membawa pakaian, makanan yang ibu jejalkan di kantong kresek, dan oleh-oleh khas kota untuk teman dekat. Aku
malas bergelung dengan kemacetan arus balik liburan. Sehingga lebih memilih
melakukan perjalanan di malam hari.
Seperti
biasa, saat satu kaki sudah turun dari bus, banyak orang datang berebut
penumpang. Mulai dari sopir taksi, angkot, dan ojek. Karena ini sudah larut
malam, bahkan sudah masuk dini hari, sopir yang datang tidak sebanyak saat
siang.
“Taksi, Mbak.” Aku tersenyum dan menggeleng
menolaknya.
“Mbak,
ojek, Mbak.” Ada bapak-bapak berkumis tipis berjalan sejajar denganku.
“Tidak,
Pak.” Aku tersenyum menolaknya halus.
Lalu
dia mundur dan pergi mencari target penumpang lain.