Sebelum aku berangkat merantau
lagi, ibu sempat menitip pesan kepadaku untuk telaten dan sabar dalam bekerja. Beliau
bilang, “Kalau lagi capek kerja, selalu ingat perjuangan Bapak, ya.” Aku mengangguk mengiyakan pesan ibu.
Iyaya,
begitu pikirku. Aku pernah berpikir, bapak kok nggak pernah ya malas untuk
berangkat kerja. Coba kalau bapak malas,
dapur ibu tak bisa mengepul setiap hari.
Saat aku bekerja di bimbel
Kediri, ada seorang tetanggaku yang juga kerja di sana. sebut saja dia A. Dia
hanya lulusan SMA, namun sudah bekerja di bimbel itu selama 6 tahun. Sekarang posisinya
menjadi tentor matematika. Aku pernah melihat dia mengajari muridnya dengan
cara berpikirnya sangat cepat. Pernah aku merasa sebal karena dia yang lulusan
SMA sudah menjadi tentor, sedangkan aku yang sudah sarjana hanya menjadi
korektor soal. Lambat laun aku malu sendiri pernah berpikir seperti itu. Karena
nyatanya, menjadi tentor di tempat itu tidak mudah. Harus memahami pelajaran
Matematika yang melihat angkanya saja aku sudah mengerutkan kening. Rumusnya begitu
rumit,serumit pikiran perempuan yang sedang galau karena cinta.