Terlepas dari banyak kerugian yang kita rasakan karena ada pandemi Covid-19, ada hal baik juga yang aku rasakan. Blog ini jadi terisi karena aku sering nulis di sini. Kegiatan keluar rumah dibatasi. Bosen, pengen ngobrol, main, ke kajian, nggak keturutan jadinya uring-uringan sendiri. Ada banyak hal yang memenuhi kepala, ada berbagai cerita yang mengendap, ada rindu yang belum tertuntaskan. Wkwkw Ada teman yang...
Nggak tahu kenapa mulai kemarin setelah Maghrib aku seperti orang hamil tua yang bingung memilih posisi tidur. Nggak enak mau ngapa-ngapain. Mau baca tapi pikiran nggak bisa fokus, nulis tapi hati lagi merasa nggak enak entah karena apa. Makan juga nggak terlalu berselera. Duduk, berdiri, tiduran, juga nggak nemu posisi yang pas. Padahal kemarin-kemarin sudah semangat mau nulis tulisan series di blog, alamak...
“Hal apa yang paling kamu sesali dalam hidup ini?” tanyanya di sebuah pesan. “Aku butuh waktu seharian untuk menemukan jawaban,” balasku. “Terlalu lama.” “Aku tidak bisa menjawab cepat.” Dia seperti tombol switch yang mengalihkan apapun dengan cepat, termasuk kali ini mengalihkan obrolan untuk masuk pada ceritanya. “Ada 2 hal yang paling aku sesali. Padahal aku jarang menyesali apa yang sudah terjadi,” jawabnya tanpa...
"Apa yang harus kutanyakan ke dia, Mbak?" tanyaku suatu ketika ke seorang teman. Ada sebuah hal penting yang kami bicarakan sekitar sebulanan yang lalu. "Tanya aja masalah foto, kan kamu tidak suka laki-laki yang mudah mengunggah foto di media sosial. Atau sebatas mana dia menjaga privasi rumah tangganya." "Sebenarnya masalah foto itu sepele, ya." "Tapi bisa jadi besar kalau dari awal tidak ada...
Tahun lalu aku ada urusan di Surabaya. Karena nulis ini aku jadi membuka arsip DM ku dengan dia. Tanggal 11 Oktober aku ke sana. Pagi banget acaranya, jadi malam sebelumnya aku harus sampai sana. Dapat kabar pas siang jam 2. Aku segera pesan tiket kereta lalu menghubungi teman yang biasa kumintai tolong untuk numpang menginap setiap ke Surabaya. Kali ini dia ada acara...
Aku lupa kapan tepatnya, pertengahan Mei ini kalau nggak salah. Ada teman yang mengirim DM ke aku. Sebut saja dia Poni. Hanya namanya saja yang kubuat mirip dengan Poni di tulisan kemarin, tapi ini beda orang. Aku merasa nama Poni lucu dan kyut gitu. Wkwk Poni mengajak aku live untuk membicarakan produktivitasku selama pandemi ngurus IG baruku @myproductivity.id. Tidak langsung kuiyakan, awalnya aku...
Aku ngetik ini pas malam. Pukul tengah 10 hp sudah aku cas, tarik selimut, mencoba memejamkan mata dengan harapan bisa tidur lebih cepat. Ternyata nggak juga, pikiran melompat kemana-mana. Kuambil hp dan kumainkan sebentar. Kupikir-pikir, percuma nggak bisa tidur tapi cuma diam nggak ngapa-ngapain. Akhirnya kepikiran ngelanjutin tulisan yang ini. Karena aku share tulisan tentang nulis buku tadi obrolanku dengan seorang teman jadi...
Kulihat ada kertas putih berukuran kecil di tengah tumpukan buku yang dia kirim. Buru-buru aku ambil kertas bertuliskan tulisan tangannya. Oh, dia ngirim surat juga ternyata. Eh, namanya surat apa bukan, ya. Wkwk Tidak ada tempat dan tanggal juga nama pengirim. Apapun itu, intinya dia menuliskan sesuatu yang membuat keningku berkerut. Ucapan terima kasih dan ungkapan suka dengan caraku bercerita. Bahkan, dia bilang...
"Aku suka caramu bercerita dan memahami ketika aku sulit menjelaskan sesuatu." Apalagi yang kamu sukai dari diriku yang tidak aku ketahui, bahkan ketika aku sendiri pun tak menyukai dan menerima diriku sendiri. Aku yang insecure merasa belum menjadi orang yang baik dan bisa memahami orang lain. Aku yang merasa insecure karena merasa tidak bisa bercerita dan sulit menjelaskan kepada orang lain. Bahkan...
Sering blogwalking ke orang-orang, ada perasaan entah semacam apa. Mereka udah punya domain, tampilan blognya lebih bagus, isinya review yang juga nggak kalah keren. Mereka juga bukan cuma nulis, tapi sudah dapat job untuk placement atau review produk. Mereka sudah jadi penulis freelance. Dalam hatiku, hebat ya. Aku, pengen beli domain tapi nulis di blog ini belum bisa rajin. Masih sering ada males-malesnya,...
Sudut Pandang Pernikahan: Perempuan Setelah Menikah Harusnya Ngapain?
10.46 / BY Anik's Blog
Dulu pas masih kuliah, kepikiran pengen nikah biar ada yang nafkahin. Pengen jadi ibu rumah tangga, lalu duduk manis di rumah terima uang bulanan. Wkwk segampang itu dulu aku berpikir demikian. Beruntungnya, aku belum nikah sampai saat ini. Masih diberi kesempatan untuk tahu tentang peran perempuan. Coba kalau belum paham lalu aku menikah, bisa-bisa aku sering uring-uringan karena finansial rumah tangga belum cukup...
Pertama kali kenal medsos seingatku friendster pas kelas 7 SMP. Sering dulu nyisihin uang jajan buat mampir ke warnet sama teman yang lain. Atau ngabisin kuota modem temen untuk video chat bareng pakai Omegle. Dari Omegle jadi kenal sama orang Jerman, India, Australia, dan lainnya. Tapi Omegle memang medsos yang mengkoneksikan kita dengan stranger random dan akan disconnect dengan sendirinya atau sesuka kita....
Semakin meluas pemahaman seseorang, maka semakin baik sudut pandang tentang kriteria pasangannya. Semakin dewasa seseorang, semakin sederhana yang diinginkannya. Dulu aku pengen punya suami yang setia, perhatian, kerja mapan, dan rentetan kriteria lain. Makin ke sini aku sadar, karakter-karakter suami yang dulu aku inginkan bisa diefisienkan menjadi "baik secara agama dan akhlaknya." Aku juga makin sadar, nggak ada di dunia ini orang yang...
source: Google Di atas segala cerita, jodoh bukan tentang perasaan, tapi perihal takdir Tuhan. Terlepas dari siapa-siapa yang wajib aku cintai, aku pikir apa perlu aku mencintai seseorang? Menyisihkan ruang khusus untuk orang yang diberi label pasangan. Ketika misalnya aku sudah mencintai, lalu tujuanku dengan mencintai itu apa? Atau hanya untuk mengisi kekosongan, membuat kita bahagia, atau apa? Ada berbagai macam cerita, orang-orang...
Source: Google Membicarakan tentang perasaan dan pernikahan memang nggak akan ada habisnya. Justru topik-topik semacam ini yang masih laris di pasaran, nggak ada matinya. Sebenarnya aku pengen speak up lebih banyak tentang hal ini minimal ke orang-orang terdekat. Tentu dengan sudut pandang yang berbeda. Tapi nyaliku menciut untuk menanggapi komentar orang-orang yang lebih berisik. Ada sebagian orang yang menganggap membicarakan tentang pernikahan itu...