Satu Doa Ibuku Terkabul
Nggak tahu kenapa mulai kemarin setelah Maghrib aku seperti orang hamil tua yang bingung memilih posisi tidur. Nggak enak mau ngapa-ngapain. Mau baca tapi pikiran nggak bisa fokus, nulis tapi hati lagi merasa nggak enak entah karena apa. Makan juga nggak terlalu berselera. Duduk, berdiri, tiduran, juga nggak nemu posisi yang pas. Padahal kemarin-kemarin sudah semangat mau nulis tulisan series di blog, alamak kalau begini terus kapan selesainya, kan. Akhirnya malam ini nyoba ngetik pakai laptop dan menjauhkan diri dari hp, siapa tahu aku hanya sedang bosan kebanyakan mainan media sosial. Aku sedang jenuh dengan rutinitas yang itu-itu saja. Padahal sudah lama nggak nulis di laptop karena mager bukanya dan nggak bisa ngetik sambil rebahan.
Okee, itu tadi sebenarnya belum termasuk postingan. Masih kalimat intermeso aja. Wkwkwk. Postingan yang sebenarnya ada di bawah ini.
-------------------------------------------------
-------------------------------------------------
“Kali
ini satu doa ibumu terkabul lagi.” Satu direct message di instagram kubaca.
“Doa
yang apa?”
“Kamu
dapat buku.”
“Ibuku
kayaknya nggak pernah doain aku dapat buku.”
“Kan
doa nggak harus spesifik, ibumu pasti berdoa agar kamu selalu bahagia, salah
satunya dengan dapat buku.”
“Oh,
ya juga ya wkwkwk,” balasku.
Aku
tidak paham ini sebenarnya perkenalan macam apa. Aku sendiri heran kenapa
hidupku banyak rencana Tuhan yang dikemas semacam kebetulan. Kemarin pagi baru
aku mengaktifkan ponsel, DM seseorang tadi masuk menawari untuk mengirim buku
yang dia punya. Katanya koleksinya sudah terlalu banyak dan hanya ingin
menyimpan beberapa saja. Tanpa bertanya banyak hal setelah aku bersedia
menerima bukunya dia meminta alamat rumah untuk pengiriman. Meski sebenarnya
aku berpikir keras, ini orang sebenarnya siapa kenapa tiba- tiba milih aku
untuk dikirimi buku. Jangan-jangan penipuan untuk mendapatkan alamat dan nomor
ponsel korban. Wkwkwkwk
Tapi
keraguanku hanya sedikit, nggak deh, ini orang baik kayaknya. Instingku berkata
seperti itu. Setelah aku mengirim alamat, kita ngobrol. Daaaaan, hal yang
paling mengejutkan adalah ternyata dia asli Jember dan alumni di universitasku
dulu. Alamak, kebetulan macam apa ini, kan. Lalu dia mengirimi foto bukunya
yang bertanda tangan Sujiwo Tedjo yang akan dikirim untukku. Hm, padahal
beberapa hari lalu aku sempat batin pengen baca bukunya beliau. Aku baru sadar
sekarang, pas itu aku tidak bilang ingin beli bukunya, tapi baca bukunya. Daan,
inilah jawaban hasil dari kebatinanku. Wkwk. Aku juga cerita hal ini ke dia.
Obrolan
kita berlanjut begitu saja seperti sudsh lama kenal. Merambat-rambat membicarakan hal lain tentang jurusan dan korelasi pekerjaan
seseorang ke depan. “Pekerjaan seseorang kan nggak harus sama dengan jurusan.
Hidup itu penuh tebakan,” tulisku di ruang percakapan kita.
“Seperti
kamu dapat buku yang kamu mau juga bukan hal yang bisa ditebak, ya.”
“Wkwkwkwk
nah itu salah satunya.”
Sebulanan
ini dapat tiga paket isinya buku semua. Dan semua juga nggak ketebak. Pertama
dari event Sebuku Sepekan. Awalnya admin sudah bilang aku telat mendaftar dan
tidak memiliki kesempatan untuk dapat buku dan voucher Gramedia. Kubilang nggak
apa-apa, aku cuma ingin masuk event baca buku agar aku rajin baca dan review.
Tantangan baca harusnya sampai pekan kelima, tapi dilanjut sampai pekan enam
tanpa pemberitahuan. Aku mah cuek aja soalnya memang cuma pengen review buku.
Ternyata pas pengumuman namaku tercantum dapat buku dan voucher. Hm, senangnya dalam hati. Karena ada perpanjangan waktu jadinya terkejar satu pekan
ketertinggalanku.
Kedua,
dari seorang teman yang kupikir ngirim buku untuk dipinjami. Ternyata dikasih
tiga buku. Lalu yang ketiga teman baru yang tadi. Dia bilang, "Tolong dijaga, ya! Itu buku kesayangan banget sih." Kalau aku jadi dia nggak bakal aku ngasih buku itu ke orang lain, udah kesayangan ada tanda tangan penulisnya lagi.
Sebenarnya
kalau cerita dikasih buku tuh banyak banget, ketemu tiba-tiba dikasih,
dimintain alamat tiba-tiba dikirimin paketan. Cerita yang paling nggak nyangka
baru yang ini tadi.
Sore
setelah dia mengirim resi pengiriman, aku berpikir, bener orang baik nih, nggak
macem-macem dia. Wkwkwkwkwk duh map ya, bukan suudzon. Kejahatan di zaman
sekarang berbagai macam rupa sampai yang benar-benar tulus dan modus bedanya
sangat halus nggak bisa dirasa. Haha
Aku
sebenarnya sempat tanya sama si dia ini, “Kamu dapat akunku dari akun Y ya?”
kulihat following kita sama-sama follow akun nulis Y. Kemarin seingatku aku
sempat komen di sana. Dia bilang iya.
Lalu
kutanya, “Yang komentar di sana emangnya kamu DM semua untuk ditawari buku?”
Dia
bilang, “Enggalah, aku pas lihat akunmu aja trus ternyata kamu ngurus akun
review buku jadi akhirnya kukasih.”
Ooh,
dari situ aku berpikir Tuhan bisa saja menuntun jalan takdir melalui jempol
kita. Apa yang dipilih jempol kita merupakan bagian juga dari takdir-Nya.
0 komentar