PINDAH
Senja di Kota Mojokerto yang masih basah sore ini
|
Setiap waktu kita harus
bersiap-siap berpindah tempat, posisi, peran, atau segala macamnya. Hidup kadang
lucu, membuat pelakunya terheran-heran karena terlalu cepat berpindah. Sepekan lalu
aku masih duduk manis di dalam ruangan bimbingan belajar sebagai korektor
(koreksi soal), lalu pekan ini aku sudah duduk di dekat jendela kota sebelah
sambil menikmati hujannya. Kota yang udaranya kalau nggak panas ya hangat. Susah
sekali untuk merasakan dingin di sini kecuali menggunakan pendingin ruangan. Kota
bekas kerajaan Majapahit, yaitu Kota Mojokerto.
Sampai sekarang aku masih
merasa mimpi. Ini beneran ya, ucapku
berkali-kali. Aku pun tak menyangka dalam waktu sepekan Allah sudah memindahkan
aku dari tempat satu ke tempat lainnya, dari peran satu ke peran lainnya. Sampai-sampai
saat aku pamitan, pemilik franchise bimbel ternama itu kecewa denganku. “Kenapa
mendadak sekali Mbak Anik?” tanyanya dengan nada rendah. Aku tahu ini begitu
cepat kilat sekali. Beliau bilang kenapa aku tidak menceritakan dari awal jika
aku sedang mencari kerja di tempat luar. Agar beliau bersiap-siap menyiapkan
orang untuk mengganti kepindahanku katanya. Apalagi saat aku pamitan, beliau
sedang menyiapkan kelas baru yang katanya sudah ditentukan akulah korektornya. Aku
tak tahu masalah ini, beliau pun juga tak cerita kepadaku. Bagaimana pun itu,
aku yang salah. Kuakui itu.
Lalu keputusan tetaplah jadi keputusan. Aku pergi,
pamitan kepada beliau seberapa dalam pun beliau kecewa. “Seharusnya bilang dari
awal, daripada harus memukul dari belakang seperti ini.” Sungguh, rasanya ada
belati yang menghujam dalam-dalam ke hatiku. Aku dikatakan telah melakukan hal
yang kedengarannya tak manusiawi. Tapi kupikir, saat masuk di bimbel ini pun
tidak ada kontrak perjanjian berapa waktu minimal karyawannya harus
menginformasikan resign. Aku salah,
bagaimana pun aku mengelak aku tetap salah. Hanya banyak diam dan berulang kali
meminta maaf untuk melegakan hatinya. Beliau orang baik, sekecewa apa pun itu
tetap mendoakan sebelum aku pergi dan melepas dengan senyumannnya yang terlihat
sama sekali tidak dibuat-buat.
Hari Jumat aku apply lamaran ke sebuah lembaga
bimbingan belajar masuk STAN yang cabangnya sudah ada dimana-mana. Itu dilakukan
via online. Padahal Jumat dan Sabtu aku masih kerja di bimbel lama. Lalu Sabtu
aku mendapat undangan serangkaian tes dan interview yang dilaksanakan pada hari
Minggu. Mengetahui soalnya yang kurasa amat sulit, aku pesimis. Hari senin aku mendapat e-mail yang mengirimi surat penawaran kerja dari
bimbel masuk STAN. Aku tak menyangka bisa diterima
di sini. Prosesnya juga cepat, hanya berjarak sehari setiap tahapnya. Ada alasan
kenapa aku sibuk mencari tempat kerja lain padahal dulunya aku sudah kerja di
bimbel ternama juga. Alasannya adalah di bimbel tersebut hanya diberlakukan 3
hari kerja. Aku kebosanan berada di rumah, lalu memutuskan untuk mencari tempat
lain.
Saat aku menyiapkan baju untuk
ke Mojokerto, Bapak dan Ibu bilang, “Padahal baru saja pulang merantau. Di rumah
juga masih satu setengah bulan, tapi sudah merantau lagi.” Aku mengiyakan dalam
hati dan membatin, kita tak pernah tahu
Allah membawa kemana. Yang jelas pastinya kota ini dipilih Allah untuk lebih
mendewasakanku.
0 komentar