Butiran Candu
Dia bilang, “Jangan mendekat,
nanti kau akan mengumpat.”
Aku bilang, “Sedikit saja aku
ingin menyentuh agar ragaku tak jenuh.”
Dia bilang, “Tak perlu, kau tak
terbiasa denganku.”
Aku bilang, “Tidak ada salahnya
jika aku mencoba merasa.”
Dia
bilang, “Aku tidak bisa merakyat, hanya orang tertentu yang bisa kubuat nikmat.”
Aku bilang, “Aku membutuhkanmu
seperti mereka yang selalu memburu.”
Dia bilang, “Mereka memburu
karena telah menjadi pecandu.”
Aku bilang, “Aku juga ingin
meneguk nikmatmu sampai aku tak lagi kuyu.”
Dia bilang, “Bukan tak lagi
kuyu, malah kau akan lesu.”
***
Aku bilang, “Butiranmu kuat sampai membuatku kerja dengan
hebat.”
Dia bilang, “Kau ingin menegukku lagi?”
Aku bilang, “Tak perlu, cukup sekali di bulan ini.”
Dia bilang, “Rupanya butiranku tak bisa membuatmu menjadi
pecandu.”
Aku
bilang, “Karena kau membuat jantungku loncat, mataku membulat, dan perutku
digigit ulat.”
Dia bilang, “Memang tidak semua orang bisa nikmat dengan
hitam pekat.”
*Dialog sore dengan secangkir kopi
12 komentar
Wkwkkwkw mantaaab niik
BalasHapusHehe makasih kak :)
HapusKopi yang baik ..m
BalasHapusHeuheu makasih kakak yg baik :)
HapusCerita mininya oke juga nih 😊
BalasHapusAsal nulis aja mbak hehe
HapusKeren
BalasHapusMakasih mbak wid
HapusUdah ngopi belum? He he..
BalasHapusAku nggak bisa ngopiii hiks
HapusKiraiin... Ternyataa.... *isi sendiri 😅😅
BalasHapusAlhamdulilah akhirnya bisa ngetwist hahahaa
Hapus