Kemarin
tengah malam sekitar pukul 23:30 WIB, aku mengurungkan memejamkan mata karena
melihat notifikasi whatsapp. Ada nama
seseorang tertera di sana. Agak heran, di tengah malam seperti ini ada
seseorang yang bisa dikatakan tidak terlalu dekat denganku menghubungi. Dia adalah
temannya temanku yang kuliah di Surabaya. Kami belum pernah bertemu sebelumnya.
Hanya sering berkomunikasi melalui chat,
tapi hubungan kami kurasa tidak terlalu dekat karena di antara kami jarang
membicarakan masalah pribadi. Pikiranku mulai bingung melihat emot menangis
yang dia kirim. Ada apa, batinku.
Tanpa berpikir
panjang, langsung kuketik balasan untuk dia, Kamu kenapa? Dia bercerita kalau barusan sedang mimpi buruk. Mimpi buruk apa, aku penasaran. Di sisi
lain, aku juga penasaran kenapa dia menceritakannya kepadaku di tengah malam
pula. Bukankah setelah mimpi buruk lalu menghubungi seseorang adalah tindakan
yang refleks? Kalau refleks, tentu yang dia hubungi adalah sahabat yang
dijadikan tempat cerita biasanya. Entah kenapa, kali ini dia memilih bercerita
kepadaku.
Tanpa terlalu
memusingkan hal itu, aku menanggapi ceritanya. Jadi ceritanya begini, dia tadi
mimpi diajak temannya bertemu dengan Allah. Aku lupa menanyakan temannya ini maksudnya
teman yang sudah dia kenal wajahnya atau belum. Karena beberapa pengalaman, ada
orang yang bermimpi bertemu orang yang belum dia kenal dan lihat sebelumnya. Saat
diajak temannya itu, dia merasa ketakutan meninggalkan kedua orangtuanya. Akhirnya,
dia memilih untuk menggenggam tangan ibunya. Di sisi lain, kalau dia memilih
ibunya, dia durhaka dengan Allah. Di situlah pikirannya dia kalut sampai
mengalami tindihen.
Kalian tahu tindihen, nggak? Menurut bahasa Jawa, tindihen adalah keadaan saat tidur
bermimpi lalu sulit bergerak dan bernapas. Mungkin di tempat kalian
juga ada seperti ini tapi beda nama. Aku pernah dengar, tindihen itu dikarenakan gangguan jin. Lalu aku bilang seperti
ini ke temanku, tidak usah dihiraukan,
mungkin itu mimpi buruk dari jin. Bisa jadi itu karena kamu lupa berdoa sebelum
tidur. Meskipun aku meragukan jawabanku sendiri. Karena melihat dari temanku
ini, tidak mungkin rasanya kalau dia sampai lupa berdoa. Dia anaknya religius
sekali menurutku.
Aku sudah berdoa dan berwudhu, Anik. Entah
kenapa sebelum tidur malam ini aku berdoa lama sekali, begitulah
jawaban pesannya. Benar juga dugaanku. Lalu aku diam beberapa lama karena
bingung harus menanggapi chat-nya bagaimana. Kulihat meski belum kubalas, dia
mengetik lagi. Aku menunggu.
Mungkin ini berhubungan dengan ibadahku
akhir-akhir ini. Mimpi ini bisa jadi pertanda Allah tidak ridho denganku, kubaca
lagi pesannya. Lagi-lagi aku dibuat bingung. Ibadah apa gerangan yang tidak
diridhoi Allah?
Saat dia
bertanya, kamu tahu nggak ibadah yang aku
maksud? Dengan penuh percaya diri aku menjawab, nikah ya?
Bukan, jawabnya. Aku berniat untuk menyelesaikan hafalan
Al-Quranku bertepatan dengan aku lulus kuliah semester ini. Aku ingin
membahagiakan kedua orangtuaku. Di sisi lain, kalau aku S2 di sini dengan sudah
hafal Al-Quran, kuliahnya bisa menggunakan beasiswa. Mungkin Allah nggak ridho
ya sama aku, karena niatku menghafal Al-Quran bukan karena Allah lagi, tapi
karena ambisiku. Aku juga berpikiran kalau teman yang ngajak ke Allah di mimpi
tadi adalah Al-Quran. Dia mengetik panjang menjelaskannya kepadaku.
Kujawab, Wallahu a’lam. Tapi kalau dilihat dari kamu
sebelum tidur sudah berwudhu dan berdoa, bisa jadi ini memang mimpi dari Allah
untuk memperingatkanmu.
Iya. Diambil hikmahnya sajalah ya untuk mimpiku
ini,
katanya kemudian. Kulihat sudah ada rasa tenang dalam dirinya. Meski aku hanya
menduga-duga.
Aku termenung
begitu lama. Pesannya semalam dan ceritanya yang terkesan tiba-tiba membuat aku
berpikir lama tentang hal ini. Aku merasa Allah juga sedang menegurku melalui
dia. Selama ini aku mengerjakan skripsi karena ingin cepat lulus, ingin membuat
orangtua bahagia, dan agar tidak membayar kuliah lagi. Oke, niat seperti ini
memang tidak apa-apa. Dalam agama memang tidak dilarang. Sah-sah saja. Namun,
alasan terbesar kita melakukan apa pun agar terhitung ibadah adalah untuk
mendapatkan ridho Allah. Jadi, melakukan apa pun niat seharusnya adalah
mendapat ridho Allah.
Kadang
nih ya, kalau pikiranku lagi bener. Aku pernah kepikiran seperti ini, yang penting aku sudah berusaha dan berdoa
agar lulusku tepat 4 tahun. Tapi kita nggak pernah tahu hal apa yang terjadi di
depan nantinya. Kalau toh ternyata lulusku lebih dari 4 tahun, mungkin Allah
pengen kalau aku belajar lebih lama lagi. Allah tahu mana yang terbaik untuk
hamba-Nya. Kalau harus bayar uang kuliah lagi, yaudah aku minta uangnya sama
Allah. Sebenarnya kita makan dan kuliah selama ini bukan karena uang beasiswa
atau uang bulanan orangtua. Tapi karena Allah yang memberi kehidupan untuk
semua hamba-Nya.
Tapi kalau
egoku lagi naik, berat sekali melihat temanku sudah seminar proposal dan
sidang, sedangkan aku masih belum melangkah terlalu jauh. Aku ingin cepat-cepat
lulus karena terlalu sering ditanya kapan. Pikiranku kacau dan frustasi kalau
aku selalu berambisi ingin lulus. Aku malu melihat teman-teman yang lain sudah
jauh pencapaiannya. Itu semua karena ambisiku ingin dilihat di mata manusia.
Mulai sekarang,
aku harus belajar berniat lillahita’ala sebelum
melangkah lebih jauh lagi. :’)
setiap mimpi mengandung pesan dan arti, tapi tergantung mimpinya, apakah itu hanya bunga tidur, atau gangguan dari mahluk halus.. instinya harus selalu berdoa,
4 komentar
hihhh mimpi buruk memang mengerikan mbak apalagi kalau berhubungan dengan mistik..
BalasHapusIya, Mbak. Sereem banget.
Hapussetiap mimpi mengandung pesan dan arti, tapi tergantung mimpinya, apakah itu hanya bunga tidur, atau gangguan dari mahluk halus.. instinya harus selalu berdoa,
BalasHapusIyaap betul.
Hapus