Hikmah Dibalik Mimpi Buruk

by - 18.59

See the source image
Source: Kincir.com

Kemarin tengah malam sekitar pukul 23:30 WIB, aku mengurungkan memejamkan mata karena melihat notifikasi whatsapp. Ada nama seseorang tertera di sana. Agak heran, di tengah malam seperti ini ada seseorang yang bisa dikatakan tidak terlalu dekat denganku menghubungi. Dia adalah temannya temanku yang kuliah di Surabaya. Kami belum pernah bertemu sebelumnya. Hanya sering berkomunikasi melalui chat, tapi hubungan kami kurasa tidak terlalu dekat karena di antara kami jarang membicarakan masalah pribadi. Pikiranku mulai bingung melihat emot menangis yang dia kirim. Ada apa, batinku.
Tanpa berpikir panjang, langsung kuketik balasan untuk dia, Kamu kenapa? Dia bercerita kalau barusan sedang mimpi buruk. Mimpi buruk apa, aku penasaran. Di sisi lain, aku juga penasaran kenapa dia menceritakannya kepadaku di tengah malam pula. Bukankah setelah mimpi buruk lalu menghubungi seseorang adalah tindakan yang refleks? Kalau refleks, tentu yang dia hubungi adalah sahabat yang dijadikan tempat cerita biasanya. Entah kenapa, kali ini dia memilih bercerita kepadaku.

Tanpa terlalu memusingkan hal itu, aku menanggapi ceritanya. Jadi ceritanya begini, dia tadi mimpi diajak temannya bertemu dengan Allah. Aku lupa menanyakan temannya ini maksudnya teman yang sudah dia kenal wajahnya atau belum. Karena beberapa pengalaman, ada orang yang bermimpi bertemu orang yang belum dia kenal dan lihat sebelumnya. Saat diajak temannya itu, dia merasa ketakutan meninggalkan kedua orangtuanya. Akhirnya, dia memilih untuk menggenggam tangan ibunya. Di sisi lain, kalau dia memilih ibunya, dia durhaka dengan Allah. Di situlah pikirannya dia kalut sampai mengalami tindihen.
Kalian tahu tindihen, nggak? Menurut bahasa Jawa, tindihen adalah keadaan saat tidur bermimpi lalu sulit bergerak dan bernapas. Mungkin di tempat kalian juga ada seperti ini tapi beda nama. Aku pernah dengar, tindihen itu dikarenakan gangguan jin. Lalu aku bilang seperti ini ke temanku, tidak usah dihiraukan, mungkin itu mimpi buruk dari jin. Bisa jadi itu karena kamu lupa berdoa sebelum tidur. Meskipun aku meragukan jawabanku sendiri. Karena melihat dari temanku ini, tidak mungkin rasanya kalau dia sampai lupa berdoa. Dia anaknya religius sekali menurutku.
Aku sudah berdoa dan berwudhu, Anik. Entah kenapa sebelum tidur malam ini aku berdoa lama sekali, begitulah jawaban pesannya. Benar juga dugaanku. Lalu aku diam beberapa lama karena bingung harus menanggapi chat-nya bagaimana. Kulihat meski belum kubalas, dia mengetik lagi. Aku menunggu.
Mungkin ini berhubungan dengan ibadahku akhir-akhir ini. Mimpi ini bisa jadi pertanda Allah tidak ridho denganku, kubaca lagi pesannya. Lagi-lagi aku dibuat bingung. Ibadah apa gerangan yang tidak diridhoi Allah?
Saat dia bertanya, kamu tahu nggak ibadah yang aku maksud? Dengan penuh percaya diri aku menjawab, nikah ya?
Bukan, jawabnya. Aku berniat untuk menyelesaikan hafalan Al-Quranku bertepatan dengan aku lulus kuliah semester ini. Aku ingin membahagiakan kedua orangtuaku. Di sisi lain, kalau aku S2 di sini dengan sudah hafal Al-Quran, kuliahnya bisa menggunakan beasiswa. Mungkin Allah nggak ridho ya sama aku, karena niatku menghafal Al-Quran bukan karena Allah lagi, tapi karena ambisiku. Aku juga berpikiran kalau teman yang ngajak ke Allah di mimpi tadi adalah Al-Quran. Dia mengetik panjang menjelaskannya kepadaku.
Kujawab, Wallahu a’lam. Tapi kalau dilihat dari kamu sebelum tidur sudah berwudhu dan berdoa, bisa jadi ini memang mimpi dari Allah untuk memperingatkanmu.
Iya. Diambil hikmahnya sajalah ya untuk mimpiku ini, katanya kemudian. Kulihat sudah ada rasa tenang dalam dirinya. Meski aku hanya menduga-duga.
Aku termenung begitu lama. Pesannya semalam dan ceritanya yang terkesan tiba-tiba membuat aku berpikir lama tentang hal ini. Aku merasa Allah juga sedang menegurku melalui dia. Selama ini aku mengerjakan skripsi karena ingin cepat lulus, ingin membuat orangtua bahagia, dan agar tidak membayar kuliah lagi. Oke, niat seperti ini memang tidak apa-apa. Dalam agama memang tidak dilarang. Sah-sah saja. Namun, alasan terbesar kita melakukan apa pun agar terhitung ibadah adalah untuk mendapatkan ridho Allah. Jadi, melakukan apa pun niat seharusnya adalah mendapat ridho Allah.
Kadang nih ya, kalau pikiranku lagi bener. Aku pernah kepikiran seperti ini, yang penting aku sudah berusaha dan berdoa agar lulusku tepat 4 tahun. Tapi kita nggak pernah tahu hal apa yang terjadi di depan nantinya. Kalau toh ternyata lulusku lebih dari 4 tahun, mungkin Allah pengen kalau aku belajar lebih lama lagi. Allah tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya. Kalau harus bayar uang kuliah lagi, yaudah aku minta uangnya sama Allah. Sebenarnya kita makan dan kuliah selama ini bukan karena uang beasiswa atau uang bulanan orangtua. Tapi karena Allah yang memberi kehidupan untuk semua hamba-Nya.
Tapi kalau egoku lagi naik, berat sekali melihat temanku sudah seminar proposal dan sidang, sedangkan aku masih belum melangkah terlalu jauh. Aku ingin cepat-cepat lulus karena terlalu sering ditanya kapan. Pikiranku kacau dan frustasi kalau aku selalu berambisi ingin lulus. Aku malu melihat teman-teman yang lain sudah jauh pencapaiannya. Itu semua karena ambisiku ingin dilihat di mata manusia.
Mulai sekarang, aku harus belajar berniat lillahita’ala sebelum melangkah lebih jauh lagi. :’)

You May Also Like

4 komentar

  1. hihhh mimpi buruk memang mengerikan mbak apalagi kalau berhubungan dengan mistik..

    BalasHapus
  2. setiap mimpi mengandung pesan dan arti, tapi tergantung mimpinya, apakah itu hanya bunga tidur, atau gangguan dari mahluk halus.. instinya harus selalu berdoa,

    BalasHapus