Cuma Nulis

by - 11.37

Sering blogwalking ke orang-orang, ada perasaan entah semacam apa. Mereka udah punya domain, tampilan blognya lebih bagus, isinya review yang juga nggak kalah keren. Mereka juga bukan cuma nulis, tapi sudah dapat job untuk placement atau review produk. Mereka sudah jadi penulis freelance. Dalam hatiku, hebat ya. 

Aku, pengen beli domain tapi nulis di blog ini belum bisa rajin. Masih sering ada males-malesnya, juga fokus kepecah dengan ngurus akun lain. Hm, sebenarnya cuma banyak alasan sih, padahal mah belum konsisten aja. 

Aku kadang suka mikir, mereka bisa review produk dengan begitu detail dan teliti. Mereka yang bisa lihai menulis dengan deskripsinya yang ngalir nggak berbelit-belit. Sedangkan aku, mengaku sangat susah untuk review. Kadang kalau baca buku atau memakai barang, tidak begitu memikirkan kelebihan dan kekurang. Tidak bisa terlalu detail menilai. Standar nyamanku juga tidak terlalu rumit harus begini begitu. Jadi ketika ditanya, barang ini gimana, buku ini gimana, aku kelabakan karena nggak sempat mikirin itu. Dipake, dibaca, yasudah. 

Sering diriku sendiri bilang, aku pengen aja nulis apa yang ada di kepalaku. Nggak usah rumit mikir apapun, nggak dibatasi oleh apapun. Nulis sebebas-bebasnya, sesuka-sukaku. Tujuanku nulis sebagai terapi diri, biar lega. Seringnya pengen cerita nggak tahu ke siapa. Toh, kemampuan lisanku juga tidak terlalu baik. Lebih suka komunikasi tulisan yang lebih tertata dan santai mikirnya, nggak belibet seperti ketika berbicara. 

Pernah takut, aku sampai kapan sih nulis gini doang, nggak kayak teman-teman yang lain yg lebih pesat bertumbuh, lebih punya niat, dan progressnya lebih terlihat. Kurasa wajar kali ya dengan ketakutan semacam ini. Tapi rasanya aku juga nggak perlu meniru gaya orang lain dengan memaksa review atau memberi tips-tips di blog padahal aku lagi nggak pengen nulis tentang itu. Aku cuma ingin nulis yang mengganjal di isi kepalaku. 

Lalu pada akhirnya, aku bilang ke diriku sendiri. Nulis aja, sesukamu, sebebas apapun pikiran dan hatimu. Masalah ke depan nanti gimana nggak perlu diketahui jawabannya sekarang. Yang penting terus nulis untuk kebaikan. Seperti Gita Savitri yang terus bikin konten youtube lalu sekarang tanpa terduga dia banyak relasi dimana-mana bisa nerbitin buku juga. Seperti Ibuk Retno Hening yang terus mengunggah video anak-anaknya karena sebagai arsip dan memberi kabar untuk keluarga di Indonesia, ternyata bisa juga menerbitkan buku. Atau Raditya Dika yang nulis aja terus di blog, lalu lama-lama jadi penulis, komika, dan berhasil bikin film.

Ada seorang teman yang kelihatan menjalani hidupnya sangat santai. Terus aja posting tulisan di medsos dan blog. Share link terus-terusan, nggak peduli ada yg komen atau engga. Ada yang ngelike atau baca engga. Terus aja gitu, sampai akhirnya setelah bertahun-tahun dia berhasil juga menerbitkan 3 buku solonya. 

Kalau katanya Sudjiwo Tedjo kurang lebih seperti ini, "Terus lakukan hal yang sesuai passionmu. Ekstremnya, tidak dibayar pun tidak apa-apa. Nanti jika kamu sudah belajar banyak hal, pada usia 30-an uang akan mengejarmu sendiri." 

Jadi sekarang, aku nggak perlu ribet dengan jumlah viewers, followers, atau reader. Biar semuanya mengalir, yang penting aku terus aja nulis. Bosen gapapa, istirahat sebentar. Lalu berjuang lagi. 

You May Also Like

2 komentar

  1. Sebelum beli domain aku juga mikir gitu mba. Nunggu tulisan konsisten dulu,nunggu follower banyak dulu,tapi temen selalu support,ga ada salahnya coba beli domain,ahirnya aku beli,emang efeknya beda sih. Kaya ada motivasi sama tanggung jawab sendiri. Tapi untuk isi blog, menurutku juga gpp ikutin kata hati.. kalo toh mau coba review dan lain2..biasanya nanti muncul ketertarikan sendiri.. atau dari topik curhat, bisa ko dijadiin tips juga..hikmah, pelajaran dsb.. salam kenal :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyakah mbak? Mungkin ada pikiran semacam, duh sayang udah beli domain nih, masa nggak nulis lagi. Gitu kali ya.

      Coba kupikir-pikir lagi deh hehee salam kenal :D

      Hapus