Sudut Pandang Pernikahan: Perempuan Setelah Menikah Harusnya Ngapain?

by - 10.46

Dulu pas masih kuliah, kepikiran pengen nikah biar ada yang nafkahin. Pengen jadi ibu rumah tangga, lalu duduk manis di rumah terima uang bulanan. Wkwk segampang itu dulu aku berpikir demikian. Beruntungnya, aku belum nikah sampai saat ini. Masih diberi kesempatan untuk tahu tentang peran perempuan. Coba kalau belum paham lalu aku menikah, bisa-bisa aku sering uring-uringan karena finansial rumah tangga belum cukup dan bosen di rumah. Merasa suami yang harus mencukupi semua kebutuhan rumah tangga, padahal perempuan juga harus membantu minimal mampu mengatur keuangan rumah tangga. Tidak langsung nikah, terima uang bulanan, belanja-belanja. Selesai. Tidaak, tidak seperti itu ternyata. 

Aku memang sempat keinginan menjadi ibu rumah tangga karena ingin mengurus suami dan anak secara maksimal di rumah. Tapi harusnya aku juga berperan untuk orang lain sekalipun sudah menikah. Dari rumah bisa tetap berbagi untuk orang lain, menikmati passion agar terus berkembang. Meski sudah memiliki anak, tetap harus belajar banyak hal agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Beberapa temanku yang ibu rumah tangga mengaku bosan di rumah. Setelah mengurus urusan domestik, nunggu suami pulang kerja, begitu-begitu saja setiap hari. Kalau sudah punya anak pasti akan sangat ribet kan, ya. Tapi ketika belum, pasti kesepian. Nah, harusnya sih sebagai ibu rumah tangga kita tetap bisa melakukan banyak hal dari rumah, entah menanam, memasak, menulis, ikut pelatihan online, bikin konten, ngurus komunitas dari rumah, membaca, atau bisa juga jualan online yang pengen buka usaha.

Kalau merasa ngurus urusan domestik dan keluarga saja sudah kewalahan, tidak lagi sempat untuk melakukan hal-hal tambahan. Sebagai perempuan kita tak perlu mudah berkecil hati. Karena tidak semua orang bisa mengurus rumah tangga dengan baik. Tidak semua orang punya sikap sabar dan telaten mengurusi detail-detail rumah tangga. Jadi, melakukan peran kita sebaik-baiknya. Bagaimana mengurus rumah dengan baik, memasak dengan berbagai inovasi, membersihkan rumah dan menata dengan rapi. Kita mempelajari dan mempraktikkannya dengan baik sudah jadi poin untuk kita. Karena yang lebih penting bukan kita menjadi apa, tapi seberapa serius kita dengan peran yang kita mainkan.

Jadi ibu rumah tangga harus kuat mental dan sabar, ngadepin omongan orang yang menghakimi tentang pilihan kita. Semisal pertanyaan, kenapa nggak kerja kan sarjana, itu ngurus anak kok gitu. Harusnya kita sama-sama tahu bahwa ilmu mengurus anak atau menyajikan makanan itu luas sekali. Kalau berbeda ya karena kita mengaplikasikan versi ilmu yang berbeda, sumber yang berbeda. Sama-sama baiknya, tidak perlu menghakimi karena berbeda pilihan dan pemahaman.

*) Tulisan untuk Anik di masa depan ketika sudah jadi istri dan ibu


You May Also Like

2 komentar

  1. Semua ada fasenya, apalagi setelah menikah. Learning by doing aja mbak. Bisa dari membaca buku, sharing pengalaman orangtua maupun yang dituakan dll. Soal masak dll itu menyusul in sya allah bisa hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang penting ada kemauan ya mbak hihi siaplah :D

      Hapus