Kapan Kita dinilai Lebih Baik?

by - 09.53


Sistem pendidikan Indonesia yang menggunakan peringkat membuat kita besar menjadi pribadi yang kompetitif. Dari sekolah dasar sampai menengah atas, siapa yang menduduki peringkat pertama maka dia yang menjadi bintang di kelas. Tidak peduli dengan cara apa dia mendapat nilai, apakah nilai itu sebanding dengan pemahamannya, yang terpenting nilainya tinggi. Tak jarang anak yang tak begitu menguasai materi bisa saja masuk dalam 10 besar. Karena semuanya hanya diukur dari nilai atau hasil belajar.

Hasilnya, kita dididik untuk menjadi orang yang selalu lebih dari orang lain. Tak peduli dengan cara sikut-menyikut, dorong-mendorong, atau bahkan mencelakai lawan kita. Karena semuanya dinilai dari hasil yang kita peroleh. Semua orang melihat seberapa besar nilai dan pencapaian kita. Mereka seakan tidak peduli bagaimana cara mendapatkan nilai itu. Entah berdarah-darah, menangis-nangis, atau bahkan hanya berpangku tangan.

Dari hasil didikan bertahun-tahun itulah membuat kita tanpa sadar dididik untuk menjadi orang yang selalu membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Ya sebenarnya memang bagus sih kalau kita berlomba-lomba pada kebaikan. Tapi titik poin pembicaraanku bukan itu. Aku ingin membicarakan bagaimana pribadi orang selalu merasa kurang karena pencapaiannya tidak sama dengan orang lain.


Mulai dari hal terkecil misalnya, orang-orang selalu membanding-bandingkan kenapa A tidak juara kelas dan B selalu menjadi juara kelas. Padahal bisa saja B selalu menjadi juara kelas dengan tambahan total nilai yang sedikit. Sedangkan A, meski dia belum menyentuh juara kelas, sebut saja dia menduduki peringkat 20. Tapi nilainya yang berangsur-angsur mulai membaik. Semakin lama nilainya selalu naik. Meski nantinya sampai kelulusan dia hanya menyentuh peringkat 15. Bukankah esensi belajar yang terpenting itu adalah saat kita bisa lebih baik dari diri kita yang kemarin?

Dan itulah yang sering dilupakan banyak orang. Mereka pun juga aku selalu sibuk untuk membandingkan pencapaiannya dengan pencapaian orang lain. Padahal ada hal yang harus kita sadari, bahwa proses dan perjalanan setiap orang berbeda. Setiap orang merajut pencapaiannya dengan hal berbeda. Rasanya tak mungkin jika nanti hasil pencapaiannya juga sama.

Dua kata yaitu “lebih baik” tidak tepat jika diposisikan antara si A dan si B. Tapi dari diri si A kemarin dan hari ini. Kita dinilai lebih baik jika pencapaian kita bisa lebih baik dari kemarin, bukan lebih baik dari pencapaian orang lain.

Banyak orang selalu mengidamkan kesuksesan atau pencapaian orang lain, padahal sebenarnya dia sendiri bisa membuat kesuksesan dengan hal yang lebih kreatif dan berbeda. Hal itu dikarenakan di awal kita sudah mencetak pikiran dan diri kita untuk seperti orang lain.  

Lakukan semuanya dengan hati agar kita tahu apa yang sebenarnya diri kita inginkan. Poin pentingnya, bukan untuk seperti orang lain tapi untuk mengekspresikan diri kita.

Sebenarnya ini hanya tulisan yang ditulis sambil ngaca, lebih tepatnya untuk menasehati diri sendiri. Mengingat aku selama ini selalu membanding-bandingkan diriku dengan orang lain. Yang ada, aku jadi lupa apa yang harus kuperbaiki dari diri ini.


You May Also Like

0 komentar