Pixabay.com |
Beberapa hari
lalu ada seseorang yang bertanya kepadaku, “Kapan nikah?” kupikir dia bercanda
atau hanya sekadar basa-basi. Lalu aku menjawab, “Cariin jodoh dong!” Dia
tertawa. “Nunggu apa?” tanyanya lagi. Kali ini ada nada mendalam dari
ucapannya. Aku merasa pertanyaannya memang serius ditujukan kepadaku bukan
hanya sekadar basa-basi untuk meledek.
“Aku belum
percaya dengan laki-laki,” jawabku dengan suara berat.
“Kenapa? Pernah
disakiti?” tanyanya mengimbangi nada seriusku.
“Iya,” suaraku
masih memberat.
“Yakin kamu nggak
percaya kalau ada laki-laki yang nggak akan menyakiti kamu?”
“Percaya, kok.
Bapakku kan yang kamu maksud?” Dia tertawa renyah ketika aku tahu maksud arah
pembicaraannya kemana.
“Minta petunjuk
sama Allah,” katanya.
“Selalu,” jawabku
sekenanya.