Menulis dan Kepuasan Diri

by - 09.51


Aku pergi berulang kali, lalu kembali juga berulang kali. Semoga aku tak meninggalkan lalu lupa untuk kembali. Lupa pada rumah ternyaman saat hati mulai merapuh ketika permasalahan datang. Miss you rumah blogku yang sudah lama tidak aku sapa, hanya aku intip saja sebagai pengobat rindu.

Seperti biasa, aku selalu kembali dengan cerita yang di awali ketidakenakan. Entah, aku sedang sedih, bingung, cemas, atau galau seberat-beratnya. Tapi kali ini, aku tidak sedang ada masalah yang rumit. Aku tidak ada pikiran yang memaksa untuk dipikirkan. Alhamdulillah, hidupku baik-baik saja. Hanya saja, aku merasa bersalah dengan diriku sendiri. Aku merasa telah menciderai diriku sendiri. Ketika banyak pikiran di kepala yang berputar-putar dan menyeruak untuk dituliskan, aku malah diam. Tak bergerak untuk segera mengetikkan. Aku malah menuruti keegoisanku untuk bergelung di kemalasan.

Dan hari ini, aku kembali lagi.

Tentang menulis dan kepuasan diri. Aku ingin bercerita tentang itu hari ini. Bermula dari ungkapan orang-orang di sekitar yang selalu membujukku untuk mau menulis buku. Para sahabat dekat yang bertanya, kapan aku membuat buku. Jujur, rasanya untuk menerbitkan, eh nggak itu masih terlalu berlebihan. Progress nulis aja dulu ya, sebelum ke proses menerbitkan ada proses perjuangan yang panjang yaitu menuliskannya. Untuk menulis buku itu adalah suatu hal yang berlebihan untuk seseorang yang semangat nulisnya naik turun ini. Apalah aku yang tulisannya masih amburadul, ruwet, belum jelas alur dan pesannya. Masa iya mau nulis buku. Blog aja jarang dikunjungi, nulis di instagram aja nunggu kalau ada mood. Itu masih terlalu muluk-muluk untuk diriku ini.


Menulis buku itu adalah impian. Tapi aku sadar, untuk ke sana ada yang harus dipikirkan dan dipersiapkan. Aku ingin mengalir dulu, bukan mengalir saja tanpa pernah aku rencanakan. Maksudku, hal pertama yang aku lakukan saat ini adalah melemaskan otakku dulu setelah sekian lama tidak aktif menulis dan tersendat-sendat menulis hariannya. Bisa jadi di tengah-tengah perjalanan, ada hal yang ingin aku angkat menjadi sebuah tulisan. Di sisi lain, aku juga ingin mengenali lebih dalam diriku. Sebenarnya aku ini lebih nyaman menulis tentang apa dan genre model bagaimana. Nggak mungkin kan, kalau orang yang jarang nulis tiba-tiba menulis buku tanpa dia tahu harus menulis apa.


Sebenarnya banyak orang yang tidak pernah berimpian menjadi penulis, tapi ternyata dia menjadi penulis. Misalnya saja, Retno Hening ibuknya Kirana, atau Gita Savitri Devi seorang influencer yang pernah kuliah di Jerman. Mereka menulis karena mendapat tawaran dari editor penerbit. Mereka menulis tanpa memikirkan hal-hal rumit atau persiapan panjang sebelumnya. Hanyalah meluangkan waktu untuk menulis. Itu yang mereka lakukan. Baik, mungkin aku yang selama ini terlalu mencari-cari alasan untuk menunda menulis buku.

Entah kenapa, selama ini aku menulis lebih suka untuk memuaskan diri sendiri. Menulis sebagai media untuk meluapkan perasaan dan suara hati yang nyaris tidak bisa didengarkan orang karena memang tidak ada yang ingin mendengar. Lalu menurutku, melalui tulisan inilah aku bisa menyuarakan pikiran dan suara hatiku. Selama ini, hanya itu saja tujuanku.

Aku suka menulis sembarangan, apa yang sedang kualami, kupikirkan, dan kusuka. Otakku buntu jika aku dipaksa untuk menulis sesuai tema ini dan itu. Aku lebih suka menulis karena memang aku ingin menulis apa pun sesukaku. Sehingga saat menulis dalam keadaan nyaman, hasilnya juga akan lebih dari hati. Entah kapan nanti, pasti aku akan menulis buku, karena itu yang aku inginkan. Namun, jika memang ternyata aku tak akan pernah menulis buku, tidak mengapa. Biarlah tulisan-tulisanku ini tersimpan rapi. Kelak, setiap tulisan akan menemukan pembacanya. Meskipun ternyata pembacanya adalah anak dan suami sendiri. Tak mengapa. Asalkan hatiku puas sudah bercerita melalui tulisan, ada kelegaan yang kudapatkan setelah menulis cerita pahit, atau rasa syukur yang bertambah setelah aku menulis cerita menyenangkan. Yang aku cari adalah kenyamanan hati, masalah pembaca tulisanku, aku yakin Allah yang sudah mengatur perjalanan tulisanku. Sekarang, tinggal bagaimana aku bisa menulis untuk menyampaikan hal baik dengan cara yang baik. Dengan menulis, aku juga merasa hidupku bermanfaat. Aku merasa sebagai manusia yang sedang menjalan misi hidup. Tak lagi manusia kosong yang kehilangan tujuan hidupnya.

You May Also Like

0 komentar