Alasan Untuk Berjuang

by - 22.23

See the source image
Source: Google

Malam ini aku ditemani seorang ibu yang pernah aku ceritakan di tulisan sebelumnya. Klik di sini untuk membaca. Beliau sekarang sedang melakukan video call bersama suami dan anaknya sambil bilang, “Ibuk kangen sama adek.” Huwaa aku terharu pengen nangis :(
Terharu bukan karena aku homesick sih, tapi karena melihat perjuangan beliau yang harus ninggalin anaknya beberapa hari ini untuk mengurus berkas-berkas seminar proposal. Beliau harus izin dua hari dan bolos satu hari dari kerjanya. Karena maksimal izin di kantornya hanya boleh dua hari. Aku ngetik ini sambil mau nangis. T.T
Percakapan mereka itu gini:
Ibuk    : Adek sabar dulu ya, nanti kalau kuliahnya ibuk udah selesai, ibuk bersama lagi  sama adek. Ibuk tinggal serumah lagi sama adek. Sekarang nginep di kos dulu.
Anak   : Ibuk cepat pulang, ya. Pulang sekarang aja gapapa, Buk.
Tambah remuk rasanya hatiku pas anaknya bilang gitu sambil mau mewek. Ucapan dan perasaan anak kecil itu lebih jujur dan lebih ngena di hatiku.
Beliau pernah aku tanya, “Buk, gimana cara ngatur waktunya? Ibuk kan jadi ibu rumah tangga, pekerja, dan harus mengerjakan tesis pula.”
Beliau jawab gini, “Mengerjakan tesisnya malam Mbak sampai Shubuh. Tidur sebentar trus berangkat kerja. Di kantor itu saya sambil ngantuk-ngantuk nyambi ngerjakan juga.” Serasa aku ditampol saat itu juga. Kalau ibu itu bisa, pasti kamu juga bisa, Nik.  Kamu nggak ada apa-apanya dibanding ibu itu. Malahan beliau yang berhasil sempro duluan dibanding kamu. HIKS. (Tapi semoga wisuda kita barengan, Buk)
Mungkin ini cara Allah buat nyemangatin aku. Dari pagi sampai malam ini, aku lihat ibunya belajar, buka tutup materi presentasi buat hari Senin mendatang. Beliau pernah bilang, “Penyemangat saya biar cepet lulus itu ya anak sama suami, Mbak.”
Aku merasa kecil sekali setiap ketemu ibu ini. Semangatnya luar biasa sekali. Beliau mengaku keringat dingin dari tadi membayangkan seminar proposalnya hari Senin mendatang.
 Aku juga inget sama mbak mama muda di kosku. Mbak ini rela LDR-an dengan suami dan anaknya semenjak semester 8 sampai dia kuliah lagi ngambil keprofesian dokter gigi. Dia sering curhat juga ke aku malahan sambil nangis. Dia bilang, “Aku cuma minta satu hal aja sama Allah. Aku pengen cepet lulus biar bisa kumpul sama anak suami lagi.” Saat itu juga hatiku nyeesss. Dan sekarang setelah keprofesiannya sudah selesai dan dia udah balik ke rumahnya di Surabaya, setiap hari status whatsapp-nya dipenuhi foto anaknya. Mungkin begitu ya rasanya seorang ibu yang bisa menemani tumbuh-kembang anaknya. Bahagiaaaa~
Sebenarnya aku juga punya penyemangat di rumah yaitu bapak dan ibuk. Mereka rela hampir empat tahun ini ngelepas aku di tempat yang jauh. Padahal beliau sendiri juga tak begitu mengenal tempat ini. Beliau percaya ada Allah yang selalu menjaga anak gadisnya ini. Seharusnya aku juga bisa semangat seperti mereka. Setelah Allah, cuma mereka alasanku untuk berjuang sampai detik ini. Tunggu semester ini aku lulus, Pak, Buk. Allah Maha Mendengar doa kita dan Maha Melihat usaha anakmu ini. :’)


You May Also Like

0 komentar