Kisah Wanita Suci
Sumber: www.instagram.com/Semangat.berhijrah |
Setiap
orang mempunyai lagu favorit untuk didengarkan. Entah karena liriknya yang
bagus, menyukai penyanyinya, atau lagu tersebut mewakili perasaannya. Dengan begitu
mereka akan mendengarkannya berulang-ulang, bahkan berhari-hari. Rasa suka itu
bisa menurun bahkan hilang seiring berjalannya waktu karena manusia mempunyai
rasa bosan. Mereka jemu mendengarkan hal yang sama terus-menerus. Namun tidak
dengan Al-Quran.
Semua
muslim diharuskan membaca Al-Quran sebagai bukti kecintaannya kepada Allah.
Dengan membaca atau mendengarkan Al-Quran, serasa sedang bercakap-cakap dengan
Allah. Sampai usia senja pun tak akan ada orang yang bilang bosan membaca
Al-Quran bertahun-tahun. Malahan semakin sering membacanya, kecintaan terhadap
Al-Quran akan semakin bertambah. Jika semua lagu ada masanya, tapi Al-Quran
tetap abadi sampai akhir masa.
Ada
seorang teman yang mengirimkan terjemahan satu ayat Surat Maryam kepadaku. Ini
penggalan ayat tersebut:
Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh
tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah
kecewa berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku. (Qs Maryam:4)
Dalam
hati aku mengagumi kalam Allah ini. Aku takjub tata bahasa Al-Quran yang begitu
bagus. Tidak ada satu pun yang lebih indah dari sastra Al-Quran. Untaian
kalimatnya indah dan dari sini aku semakin tahu bahwa Allah itu Maha Romantis
dengan kalam-kalam-Nya.
Aku
penasaran, ada kisah apa dibalik ayat indah tersebut. Kubuka kisah Nabi Zakaria
dan aku sisir setiap perjalanan hidupnya. Ternyata, Zakaria saat itu memohon
kepada Allah untuk diberi anak. Padahal Zakaria sudah berusia senja, dia dan
istrinya telah lemah dan beruban, apalagi istrinya mandul. Jika dilogika keadaan
tersebut mustahil untuk memiliki anak. Dengan kemantapan hati Nabi Zakaria
selalu berdoa memohon kepada Allah agar diberi anak untuk melanjutkan
perjuangannya menyebarkan agama Allah. Allah Maha Besar dan Pengabul Doa. Dengan
kuasa-Nya, dianugerahilah mereka anak
bernama Yahya.
Lalu
kenapa kisah Nabi Zakaria ini termaktub dalam Surat Maryam? Aku baru tahu,
ternyata Maryam adalah anak gadis seorang janda Imran yang diasuh oleh Zakaria.
Rasanya
aku ingin kembali ke masa kecilku, dimana kisah-kisah Nabi masih sering
digemakan bahkan menjadi santapan setiap sore menunggu senja di TPQ. Tapi
kisah tersebut kini seakan menjadi layaknya sebuah cerita dongen di masa kecil yang kini terlupakan. Padahal seharusnya aku
menyesapnya seperti kopi yang bisa kunikmati setiap seduhannya, lalu kurasakan
hebatnya perjalanan hidup orang-orang sebelumku.
Sekitar
beberapa hari lalu, aku membaca terjemahan surat Ali-Imran. Tiba-tiba penasaran
dengan ayat ini:
33. Sesungguhnya Allah telah memilih Adam,
Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (pada masa
masing-masing).
Setiap
ayat yang turun mempunyai asbabun nuzulnya. Dan setiap nama yang diabadikan di
Al-Quran tentu mempunyai kisah penting di dalamnya. Siapa sebenarnya Imran
ini, kenapa namanya bersandingkan dengan nama Nabi. Setelah mencari tentang Imran di website yang terpercaya, akhirnya aku tahu kalau Imran itu masih ada hubungan
darah dengan Maryam. Baru aku sadar, pantas saja ibunya Maryam disebut janda
Imran. Karena saat melahirkan Maryam, Imran telah meninggal.
Jadi
awal mulanya itu seperti ini:
Imran dan istrinya tak kunjung memiliki anak setelah beberapa lama
pernikahannya. Mereka merasa sepi karena di rumahnya belum terdengar suara bayi
menangis yang terlahir dari kandungan sang istri. Hingga mereka rela untuk
mengorbankan apa saja untuk mempunyai anak. Usaha dan doa tak pernah lelah
mereka panjatkan kepada Allah yang menuliskan takdir manusia.
Saat
berdoa, mereka memohon untuk diberikan seorang anak. Jika anak itu laki-laki,
direlakannya anak tersebut untuk diserahkan ke Rumah Suci Baitul Maqdis, sebagai abdi Allah dan pengawal Rumah Suci
itu. Tidak lama kemudian, istri Ali-Imran merasakan ada yang bergerak di
rahimnya dan ternyata istrinya hamil. Mereka menyambut kehadiran janin tersebut
dengan suka cita. Namun, malang tak dapat ditentang. Sebelum janin itu lahir, Imran sudah dipanggil Allah untuk berpulang. Jadilah istri Ali Imran hidup bersama
janin tersebut.
Setelah
lahir, anak mereka berjenis kelamin perempuan, bukan laki-laki seperti yang
mereka harapkan. Meski begitu, anak mereka tetap diserahkan ke Baitul Maqdis. Itulah
mengapa dinamakan Maryam yang mempunyai arti pelayan Tuhan. Setelah diserahkan,
banyak orang berebut untuk mengasuh bayi Maryam, begitu juga dengan Nabi
Zakaria. Agar adil, mereka membuat undian. Pena siapa yang bisa mengapung di
air, maka dialah yang berhak mengasuh bayi Maryam. Atas kehendak Allah, pena
Nabi Zakaria lah yang mengapung. Hak mengasuh jatuh di tangan beliau.
Selama berada
dalam asuhan Zakaria, Maryam tinggal di salah sebuah bilik, yang besar di
tingkat atas dalam Rumah Suci itu, sedang di bawah bilik itu adalah Mihrab Nabi
Zakaria sendiri, tempat dimana Nabi Zakaria setiap waktu beribadah dan mengajar
agama kepada setiap orang yang datang belajar. Tidak ada
satu pun orang yang pernah datang ke mihrab Maryam untuk menemuinya, kecuali
Zakaria.
Dari situlah
ada kejadian aneh. Zakaria sering mendapati makanan di mihrab Maryam dengan menu
yang bergantian setiap harinya.
Maka
Dia (Allah) menerimanya dengan penerimaan yang baik, membesarkannya dengan
pertumbuhan yang baik, dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria. Setiap
kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati
makanan di sisinya. Dia berkata, “Wahai
Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?” Dia
(Maryam) menjawab, “Itu
dari Allah.” Sesungguhnya
Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan. (Qs Ali-Imran:37)
Maryam
adalah satu-satunya wanita yang suci di muka bumi ini. Dia lah wanita yang dijaga
oleh Allah dan tidak pernah ada laki-laki yang pernah menyentuhnya.
Setelah
mengikuti kisah perjalanan mereka, aku takjub dengan orang-orang terdahulu yang
begitu yakinnya kepada Allah. Kecintaan mereka kepada Allah begitu besar. Begitu
juga, Allah memperlihatkan kuasa-Nya untuk hamba-hamba yang selalu
bersungguh-sungguh dalam berdoa.
Sampai tulisan
ini dibuat, kekagumanku pada surat Maryam ayat 4 belum juga pudar, bahkan tak
akan memudar. Kalimat itu begitu indah dan membuatku yakin bahwa setiap doa
selalu dikabulkan oleh Allah. Entah persis dengan apa yang kita minta atau
dengan hal lain yang lebih baik.
4 komentar
Tulisan yang sangat inspiratif mba. Kalau ingat kisah Maryam yang selalu diceritakan guruku selalu takjub saya
BalasHapusIya, Mbak. Maryam mah keren ya :)
HapusYa Allah baru tahu kalau Siti Maryam diasuh Nabi Zakaria. Zakaria meminta anak dalam waktu lama sedangkan Maryam dengan mudahnya hamil, memang ya rezeki itu tidak akan tertukar, semua sudah kehendakNya^^ tfs mbaa
BalasHapusIya, Mbak. Saya juga baru tahu :D
HapusTerima kasih sudah mampir :)