Aku Pulang!
Dok. Pribadi |
Kemarin
ada seorang teman yang melayangkan pesan whatsapp, dia bilang, “Mbak Anik
sekarang rajin posting, ya.” Dalam hati aku bilang, “Masa iya sih?” karena merasa, posting di sini masih belum bisa setiap hari. Tapi memang, ini lebih
lumayan dibandingkan awal bulan Januari sampai Juni kemarin saat jarang sekali posting. Paling banyak dua postingan sebulan. Sekarang masih
nuansa liburan, jadi mempunyai banyak waktu untuk menulis, pikirku.
Tapi lagi-lagi
hati kecilku mengelak, tidak selamanya liburan membuatku rajin. Malah bisa jadi
hanya makan, tidur, dan menghabiskan waktu untuk bermalas-malasan. Ingatan sebulan
lalu masih awet saja menggelayut. Aku ingat, saat masuk di grup Relawan
Nusantara Malang. Di sana ada anggota yang ternyata seorang blogger expert. Beliau menyarankan untuk
menuliskan pengalaman sebagai relawan, entah di blog atau media sosial. Aku memang
sudah mempraktikkannya. Sudah beberapa kali aku menulis tentang kegiatan
kerelawanan di blog ini dan akun media sosial, tapi menurutku jarang orang yang
tertarik dengan tulisan bertema humanisme tersebut. Entah, membosankan atau
sudah banyak cerita seperti itu. Itu terbukti jumlah like dan komentar yang lebih sedikit dibandingkan dengan statusku
yang malah terkesan alay dan tak jelas.
Aku melontarkan
sebuah pertanyaan di grup itu kepada beliau, intinya apa yang harus kulakukan
kalau sudah menulis tapi masih sedikit pembacanya. Itu kadang yang membuat aku
mulai tidak semangat lagi untuk menulis. Bukan menginginkan perhatian orang,
tapi aku merasa tulisanku jelek dan banyak yang tidak suka.
Jawaban
beliau kurang lebih seperti ini, “Mbak
cari lingkaran orang yang mempunyai kesukaan yang sama, menulis dan membaca. Lebih
baik, niatkan menulis itu untuk ibadah saja. Meskipun hanya satu atau dua yang
membaca, tetaplah menulis sesuatu yang bermanfaat. Itu akan lebih berkah.”
Dari situ aku mikir, aku ini sebenarnya nulis untuk apa ya? Apakah hatiku sudah terkotori oleh riya’? seperti yang dikatakan Ali Bin Abi Thalib, ada tiga ciri orang riya’ yaitu jika sendirian dia menjadi pemalas, dia akan rajin jika bersama orang-orang, dan meningkatkan amalnya jika dipuji serta mengurangi amalnya jika dicela. Mungkin aku ini kurang ikhlas dalam menulis. Padahal aku menulis sebenarnya ingin berbagi kisah-kisah bermanfaat disekelilingku, bukankah berbagi itu seharusnya tanpa mengharap pamrih.
Dari situ aku mikir, aku ini sebenarnya nulis untuk apa ya? Apakah hatiku sudah terkotori oleh riya’? seperti yang dikatakan Ali Bin Abi Thalib, ada tiga ciri orang riya’ yaitu jika sendirian dia menjadi pemalas, dia akan rajin jika bersama orang-orang, dan meningkatkan amalnya jika dipuji serta mengurangi amalnya jika dicela. Mungkin aku ini kurang ikhlas dalam menulis. Padahal aku menulis sebenarnya ingin berbagi kisah-kisah bermanfaat disekelilingku, bukankah berbagi itu seharusnya tanpa mengharap pamrih.
Setelah kupikir-pikir, tiada yang lebih menyenangkan saat
mengabadikan sebuah momen yang bermanfaat dalam sebuah tulisan. Sampai kapan
pun akan tetap bisa dibaca berulang-ulang, bahkan untuk orang-orang baru sekali
pun.
Rasanya
sayang juga jika aku membiarkan blog ini berdebu dan gelap tanpa pernah dirawat
oleh pemiliknya. Padahal blog ini sudah berusia hampir lima tahun. Tempat tersembunyi
dimana aku menyimpan rapi kepingan memori yang tak akan terpanggang oleh sinar
mentari dan tak akan menggigil kedinginan karena hujan. Semua cerita-cerita itu
masih bisa kutemukan terjejer manis di sini.
Blog ini
juga yang menjadi saksi bisu sebuah perjalanan gadis yang mendewasa lebih cepat
dari usianya. Bukan karena aku sudah cukup matang, tapi karena banyak air mata
yang luruh yang pernah aku goreskan di sini menjadi sebuah kata-kata. Aku selalu
percaya setiap air mata bisa mendewasakan dan mengajari kita bijak untuk
menghadapi kehidupan.
Seiring
bertambahnya detik yang mengurangi sisa usiaku, aku semakin tahu hal-hal apa
yang patut kubagikan untuk para pembaca. Orang bilang, sah-sah saja curhat di
blog pribadi. Ibaratnya, ini adalah sebuah rumah yang terserah mau aku isi
dengan apa selagi tidak berunsur negatif dan merugikan orang-orang yang ingin
main ke sini.
Tapi akhir-akhir
ini aku berpikir ulang saat akan memposting sebuah kisah sedih yang kusimpan
rapat-rapat selama ini. Lama-lama aku merasa malu jika terus-terusan
memperlihatkan permasalahan pribadiku. Itulah mengapa aku menghapus separo dari
postingan di sini. Sudah tak ada lagi postingan pada tahun 2013-2016 awal,
karena aku tak ingin orang lain membaca kesedihanku, dan menyisir setiap resah
yang pernah ada di sini. Lagian, rasa sedih itu bukan oleh-oleh yang bisa aku
bawakan untuk kalian yang berkunjung ke sini untuk dinikmati. Biar saja aku
mengubah haluan apa-apa yang mau aku tulis di sini. Sekali pun aku ingin
berbagi tentang kesedihan, cukup kesedihan yang tidak terlalu dalam dan yang
sudah kutemukan obatnya. Agar kalian tidak hanya merasakan pahitnya ceritaku,
tapi juga bisa menikmati sebuah pelajaran yang aku dapat dari kisahku.
Sebelumnya
merasa sayang sekali menghapus tulisan alay, labil, dan tak jelasku dulu. Bagaimana
pun, tulisan-tulisan itu menyimpan kenangan masing-masing. Dan aku akan tertawa
membaca tulisan di awal aku belajar menulis dulu. Tapi ya sudahlah, akan ada
cerita yang lebih baik untuk diarsipkan daripada cerita penuh luka yang akan
membuat lubangnya semakin menganga.
Rasanya
tak adil jika aku berharap banyak orang berkunjung ke sini jika menulis saja jarang.
Pengunjung itu seperti orang yang sangsi, sudah pergi ke sebuah toko tapi
barang yang dijual buatan lama. Orang itu tak akan pernah kembali lagi. Tapi masalah
satu atau dua orang yang berkunjung, aku akan tetap menulis. Suatu saat nanti
aku yakin, rumah ini akan ditemukan oleh orang-orang yang benar-benar nyaman
untuk ke sini.
Aku
pulang ke sini karena aku rindu setelah sekian lama bergelung dengan kemalasan
dan titik jenuh yang membuatku hampir mati kebosanan. Aku rindu memilah kata
dan merangkai menjadi sebuah kalimat lalu akan tergores menjadi sebuah cerita. Aku
rindu duduk berlama-lama menekan keyboard
dan tombol backspace berulang-ulang,
dan sampai aku putus asa lalu meninggalkan draft-ku
sembarangan sampai banyak cerita tak terselesaikan.
Bosan adalah
keniscayaan. Dan selalu rindu yang membuatku berhasil pulang. Semoga tempat ini
tetap nyaman dan menyenangkan pemiliknya. Semoga setelah aku pulang ini aku tak
akan pergi-pergi lagi dan setiap hari rajin ke sini membawa cerita yang tak
akan bisa terulang lagi :))
0 komentar