Aku Adalah (Calon Mom)
Sudah lama
aku menjadi anggota di sebuah grup parenting
di whatsapp. Kemarin aku sengaja me-screenshoot
salah satu cerita yang di-share admin
tentang percakapan beberapa ibu yang membicarakan cara mendidik anak. Bagiku percakapan
itu menarik, karena sang ibu mengatakan bahwa dia sering menceritakan kepada
anak-anaknya tentang Rasulullah.
Sebelum
berangkat sekolah, si anak selalu mencium tangan beliau. Sambil mengusap kepala
anaknya, sang ibu selalu bilang, “Rasulullah
sedang menunggumu di Madinah untuk kau hafalkan hadist-hadist peninggalannya.”
Alhasil, dewasa ini anaknya telah hafal Al-Quran dan Hadist serta mendapat
beasiswa S2 di Madinah.
Screenshoot penggalan
cerita itu tadi aku upload di status
whatsapp. Ada seorang teman kuliah yang memberi komentar statusku tersebut.
“Itu
grup apa?”
“Grup
Wonderfull Parenting.”
“Waduh,
aku belum siap.”
“Aku
suka aja gabung di sana buat persiapan.”
“Iya
deh, calon mom.”
Lalu aku
tak membalas pesannya. Pikirku, ada mindset
yang salah bagi para calon ibu masa kini. Entah itu mereka yang sudah ingin menikah
atau pun belum. Mereka berpikiran bahwa ilmu parenting hanya diperuntukkan
untuk orang-orang yang sudah berumah tangga.
Aku
pernah membaca curhatan seorang ibu rumah tangga yang memiliki tiga anak. Di tulisan
itu, beliau mengaku sudah banyak belajar tentang parenting. Sudah berbagai buku dia baca dan banyak pelatihan dikuti.
Hasilnya masih belum maksimal. Beliau masih kesulitan untuk mengaplikasikan
ilmu tersebut. Bahkan, dari ceritanya beliau mengisahkan ada perasaan gagal
menjadi orang tua. Begitu kualahan menghadapi perilaku anak yang semakin ke
sini semakin sulit diatur.
Iya memang.
Membaca materi parenting, entah di
buku maupun web online serasa sangat mudah. Ya namanya juga teori pasti mudah,
pengaplikasiannya yang sulit.
Dari situlah
aku berpikir, meskipun belum berumahtangga, tidak ada salahnya aku
mempersiapkan diri dari sekarang. Menjadi orang tua itu membutuhkan proses
pematangan yang panjang.
Secara pribadi,
mempelajarinya juga mengubah banyak hal pada sikapku. Mempelajari dunia anak
membuat mengerti, bahwa anak itu membutuhkan kasih sayang dan pengertian. Sedangkan
aku sendiri adalah orang yang tempramental dulunya. Lambat laun aku merasa
takut jika nanti sudah berumah tangga dan mempunyai anak sikapku masih belum
berubah, kasihan suami dan anak-anakku. Dari situ aku belajar untuk menjadi
penyabar dan tidak mudah marah.
Ya meski
masih ada sekali dua kali aku gagal untuk mengendalikan emosi, tapi setidaknya
sekarang saat mendapati anak kecil yang nakal atau susah diatur aku tidak
langsung emosi. Aku mencoba untuk mengajaknya berbicara dan menanyakan apa
maunya.
Semenjak
aku suka ilmu parenting, aku juga
mulai belajar memasak. Pernah aku membaca cara menangani anak yang susah makan.
Di situlah peran kreativitas ibu dibutuhkan untuk menarik anak menjadi mau
makan. Kupikir, bagaimana aku bisa menyuruh anakku makan, jika aku saja tidak
bisa mengurus urusan dapur. Dan lagi, bagaimana aku bisa mendidik anakku, jika
aku sendiri belum bisa mendidik diriku sendiri.
Semakin
tahu lebih dalam tentang dunia anak, aku semakin sadar banyak ilmu yang harus
digali. Bukan hanya ilmu dunia, tapi juga ilmu akhirat. Bagaimana nanti kalau
anakku bertanya mana air yang suci dan mana juga air yang menyucikan. Mana makanan
yang haram dan mana yang halal.
Bagaimana
nanti kalau anakku bertanya tentang proses terbentuknya pelangi, hujan, dan
langit. Atau bahkan dia bertanya, “Ibu,
Allah itu siapa?”
Sekelumit
pikiran itulah yang selalu membuatku bersemangat untuk semakin tahu. Agar kelak
aku bisa memberikan didikan dan pengetahuan terbaik untuk anak-anakku.
3 komentar
Terkadang orang suka minder, blmjadi ibu kok belajar parenting. Padahal dengan belajar sejak dini akan mengurangi kesalahan yang terjadi jika saatnya telah tiba. Tfs mbak
BalasHapusIya mbak. Kadang dikira belum nikah belajar parenting itu karena pengen nikah :D
Hapuskeren mba, jamanku dulu belom ada watsap dan bljr parenting msh tabu. skrg jd calon mom lbh mudah dpt ilmu ya
BalasHapus