Rezeki Tak Perlu Dicari
Kemarin
malam, ada pesan whatsapp yang
mendarat dengan selamat ke ponselku. “Aku mau curhat.” Keningku berkerut
membacanya. Terlihat ada tulisan “mengetik”. Tidak ada yang salah kalau dia
ingin bercerita denganku. Tapi, teman yang satu ini lebih dewasa dan
berpengalaman dibanding aku yang masih gadis ingusan.
Kutunggu, dia mengetik
pesannya begitu lama. Menerka-nerka, cerita apa yang akan dia kisahkan
kepadaku. Masalah pekerjaan sepertinya tidak mungkin, apalagi masalah rumah
tangga.
Sesaat kemudian,
ada pesannya lagi. Dia bercerita akhir-akhir ini berat untuk menulis, karena
terselip niat lain dalam tulisannya, yaitu menghasilkan uang. Dia juga bilang, kalau niat sudah melenceng memang seperti
ini jadinya. Dengan diikuti emot sendu.
Kuambil
napas berkali-kali. Berulang-ulang kubaca pesannya. Sengaja tidak langsung
kubalas, karena masih bingung harus jawab dengan kalimat seperti apa. Rasanya
aku tidak pantas mengetikkan kalimat-kalimat motivasi atau nasehat lain. Karena
diri ini sering dihampiri kekhilafan. Malu memberi orang lain semangat, tapi diri
sendiri masih bergelung dalam kemalasan.
Tidak kupungkiri, bahwa aku juga
pernah berpikiran menghasilkan uang dari menulis. Tapi aku sadar diri masih newbie dalam literasi. Tulisan yang
masih acak-acakan ini belum ada apa-apanya dan belum pantas jika aku
mengharapkan lebih. Kalau dia berpikiran seperti itu, kurasa wajar. Karena memang
kemampuannya sudah baik dan lebih rajin menulis.
Aku mencoba
mencerna kalimat itu. Berpikir keras menyiapkan balasan pesannya. Takut jika
jawabanku terasa menggurui atau sok tahu. Berjam-jam kubiarkan pesan itu
bertengger di ruang chat tanpa balasan. Kutinggalkan mengerjakan tugas lain,
cerita dia masih menggelayuti benak.
Lalu
tiba-tiba, kepingan ingatan beberapa bulan lalu muncul.
***
Masih ada
rekaman memori saat aku berdiskusi kecil dengan teman-teman se-organisasi. Aku lupa
apa yang sedang kita bahas saat itu. Yang tersisa hanya kalimat yang
dilontarkan salah satu teman, “Rezeki itu tidak perlu dicari, karena rezeki
termasuk salah satu dari tiga hal yang pasti.”
Ada
teman lain yang menyela, “Bukankah kita diwajibkan untuk berusaha? Kok malah nggak boleh dicari?”
Teman tadi
langsung menjawab, “Setiap orang sudah mempunyai bagian rezekinya masing-masing.
Dicari sekeras apa pun kalau sudah bagiannya satu ya tetap dapat satu. Jadi,
melakukan pekerjaan apa pun niatkan saja untuk membantu orang agar bernilai
ibadah. Insya Allah, kalau niat kita
benar pasti aliran rezeki akan mengikuti.”
Sejenak
dia mencuri napas, lalu melanjutkan kalimatnya. “Kenapa orang-orang yang
meniatkan pekerjaannya untuk membantu orang lain selalu lancar rezekinya?”
Kami semua
saling pandang dan mencari jawaban. Teman yang tadi menjawab pertanyaannya
sendiri, “Karena Allah menitipkan rezeki itu kepada orang yang suka membantu
agar disalurkan kepada pihak yang membutuhkan. Kalau rezeki kita banyak, belum
tentu itu sengaja Allah beri hanya untuk kita. Ada hak orang lain di sana
(rezeki itu).”
***
Dengan segera,
aku mengambil ponsel dan mengetikkan balasan kepadanya. “Itu manusiawi kok,
Mbak. Aku pun juga pernah kepikiran seperti itu. Karena, sebuah ide dan kerja
keras itu memang patut diapresiasi dan dihargai.”
Sejenak
aku baca lagi pesan yang telah kuketik, berpikir lagi kalimat apa yang akan
kusampaikan kepadanya.
“Akan
tetapi, jangan jadikan itu tujuan utama. Tulisan samean (Jawa: kamu) banyak yang menginspirasi. Jadikan itu ladang
pahala. Bisa jadi, dengan tulisan itu banyak orang yang terbuka mata hatinya.”
Aku berpikir, apa yang perlu aku sampaikan lagi. “Insya
Allah, rezeki setiap orang sudah ada bagiannya sendiri-sendiri. Nggak perlu dicari, niatkan ibadah saja,
pasti akan dilancarkan oleh Allah.”
Di kalimat
terakhirnya aku menambahi, “Maaf, Mbak. Bukan maksudku menggurui, aku pun juga
masih menata niat. Hal yang kusampaikan tadi juga kudengar dari teman yang
lain.”
Lalu,
kutekan tombol send. Dan pesan itu
terkirim untuknya.
17 komentar
Kece. Anik kayaknya sering banget jadi temen curhat ^^
BalasHapusRizki memang berbanding lurus dengan ketaatan :)
Pas kebetulan aja dicurhatin, Mbak.😀
HapusSetuju, niat baik akan dibalas dengan rizki yg baik ya mbak
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusDicarinya sih perlu, cuman hasilnya serahin sama Tuhan.biar jadi investasi amal baik, gak sia2
BalasHapusNah iya, bener mbak
HapusSubhanallah, postingan yang sangat reminder buatku. Terimakasih sudah berbagi tulisan yang sangat menginspirasi ini 😊
BalasHapusSamasama, Mbak. ☺
HapusMamah cirhat dong #ehhh kabur sebelum dijitak yg punya rumah 😂😂
BalasHapusIya dong wwkkwk
HapusKerennn ^_^
BalasHapusTerima kasih yg lebih kereen
HapusManusiawi, nah setuju..
BalasHapusNahhhh :D
HapusKalau rezeki itu hanya harta, maka itu pengertian yang sangat sempit. Hehehe...
BalasHapusSebab rezeki adalah semua yg telah diberi Allah: suami-istri yaang berbakti, anak shalih-shalihah, ilmu, kesempatan hidup, sehat, iman, istiqomah dalam ibadah, dan sebagainya. Semua adalah rezeki.
Dan merupakan rezeki bagi saya mendapatkan reminder berharga pada tulisan ini...
Nah, benar sekali itu, Pak. :D
HapusLagi-lagi saya juga diingatkat tentang arti rezeki secara luas :D
Gadis ingusan? Rasanya bukan
BalasHapus