Rezeki yang Dititipkan Untuk Alif

by - 22.26

Source: Google


Ketika itu aku melihat postingan status whatsapp seorang teman yang berdomisili di Kota Maros, sebelah kota besar Makassar. Ada hal berbeda pada apa yang diunggahnya. Baru kali itu dia mengunggah video seorang anak yang mengidap penyakit hedrosefalus sehingga menyebabkan kepalanya membesar melebihi badannya karena terlalu banyak cairan. Alif, nama balita yang masih berusia 6 bulanan pada tahun 2016 lalu. Pada status whatsapp tersebut juga dibubuhi keterangan pembukaan donasi karena Alif lahir dari keluarga yang kurang mampu untuk menjalani operasi penyedotan cairan di kepalanya.

Hati siapa yang tidak tergerak untuk menanyakan keadaannya. Aku mengirimkan pertanyaan pada status itu. Apa hubungan dia dengan Alif dan apa yang terjadi sampai bayi mungil itu harus dirawat oleh keluarga temanku. Ternyata Alif masih terhitung saudaranya dan ibu Alif memiliki beberapa anak yang masih terhitung belia untuk diurus. Sehingga untuk sementara Alif dititipkan di keluarga temanku.

Sejauh yang kuingat ketika itu bertepatan dengan awal bulan, dimana waktu yang dinantikan mahasiswa perantauan untuk mempertebal kantongnya. Seperti biasa transferan uang bulanan sudah masuk ke rekening. Uang yang terbilang cukup untuk sebulan ke depan jika tidak kuhambur-hamburkan. Kupikir-pikir, selama ini uang bulanan selalu habis hanya untuk memuaskan perut dan mataku. Beruntungnya aku tidak kuliah di jurusan yang terlalu banyak praktikum atau apapun itu yang bisa mengurangi uang jajan. Aku bisa tidur nyenyak makan cukup bahkan sampai kekenyangan di kosan. Masih bisa ke sana sini beli barang hanya untuk menyenangkan mata. Namun di seberang sana, ada anak yang lebih berhak untuk kubantu demi keberlangsungan hidupnya.

Untuk kali pertamanya keegoisanku runtuh, entah malaikat apa yang berhasil memenangkan perlombaan dengan setan untuk membisiki. Aku meminta nomor rekening temanku dan transfer uang segera. Aku percaya temanku ini amanah, karena mengenalnya cukup lama dan baik. Jumlahnya tidak cukup banyak untuk bisa meringankan beban Alif, tetapi nominalnya terbilang nekat untuk sekelas anak perantauan yang belum mampu mengisi kantongnya sendiri. Pikirku, Alif sangat membutuhkan uang itu daripada aku. Hari-hari sebulan ke depan aku jalani dengan berhemat, karena bagaimana pun juga pasti ada kebutuhan mendadak untuk tugas kuliah. Hal yang membuatku heran adalah nominal uangku berkurang, akan tetapi tidak ada perasaan kurang pada diriku. Rasanya cukup dan ada rasa senang tersendiri entah karena apa.

Tahun 2016 kala itu masa dimana aku sedang aktif-aktifnya di komunitas menulis online dan mengikuti event menulis di beberapa website. Sampai aku banyak mengoleksi buku, merchandise, dan hadiah bentuk lain dari event menulis. Bulan itu ada lomba surat terbuka yang diadakan oleh platform semacam blog bernama inspirasi.co yang didirikan oleh Fadh Pahdepie. Aku termasuk orang yang aktif menulis di sana. Ada tulisan yang menganggur di laptop. Pada saat itu aku masih bingung tulisan itu akan dilanjutkan seperti apa dan akan diposting dimana. Tulisan yang berisi keresahan mahasiswa keguruan terhadap pergaulan anak-anak zaman sekarang yang terlampau cepat dewasa dibanding usianya. Adanya lomba tersebut kuotak-atik tulisannya menjadi semacam surat dari aku untuk para orangtua. Selesai kukirim tidak terlalu berharap untuk menang. Aku amat menyadari penulis-penulis di sana mayoritas orang yang sudah berpengalaman seperti halnya temanku seorang jurnalis di media online Malaysia. Dia beberapa kali memenangkan lomba menulis di negara perantauannya dan pernah mendapatkan penghargaan. Tentu kemampuannya sudah tidak diragukan lagi. Tanpa berpikir panjang kukirim dua surat sekaligus untuk menghabiskan jatah gagal.

Temanku yang juga ikut lomba ini mengabari bahwa tulisannya dimuat. Aku tidak terlalu kaget, karena tulisannya sudah terbiasa meramaikan media massa. Beberapa hari kemudian aku dikagetkan e-mail masuk dari redaksi inspirasi.co yang menginformasikan tulisanku dimuat dan mendapat hadiah uang yang nominalnya lumayan. Lebih mengejutkan lagi dua tulisanku dimuat. Dari banyaknya orang yang ikut hanya diambil lima surat yang terpilih. Tidak kusangka aku menjadi salah satunya. Lama kupandangi e-mail yang dikirim redaksi. Semacam ada perasaan tidak percaya pada diriku. Aku menyadari tulisanku dimuat bukan hanya karena kemampuanku, tapi atas campur tangan izin-Nya. 

Kuingat rentetan kejadian bulan ini, bagaimana aku tahu tentang Alif, aku yang tiba-tiba memberikan uang begitu saja seperti terhipnotis, lalu sekarang aku mendapat ganti yang nominalnya jauh lebih banyak. Pikirku, Allah sedang menitipkan rezeki Alif melalui aku. Bayi yang sedang berjuang untuk hari-harinya itu lebih membutuhkan daripada aku. Akhirnya, aku memutuskan sebagian hadiah uang yang sudah ditransfer redaksi kukirim untuk Alif. Temanku juga rutin mengabarkan tentang kondisi Alif dan kelanjutan operasi yang masih harus berlanjut beberapa kali.

Aku merasa ketika kita berbagi kepada orang lain, tidak ada apapun yang hilang dari diri kita. Seperti janji-Nya, Allah akan membalas berkali-kali lipat setiap kebaikan yang kita lakukan. Hal yang perlu kita tahu, kebaikan berbagi tidak hanya dibalas berbentuk materi oleh Allah, tetapi bisa sebentuk rasa tenang dan syukur yang mendiami hati kita. Berbagi juga bukan hanya untuk menggugurkan kewajiban dengan menunggu momen membayar zakat. Kapan pun itu ketika ada orang yang membutuhkan uluran, ringankan tangan kita untuk membantunya.

Ada banyak ladang sedekah yang bisa kita manfaatkan untuk menanam benih kebaikan, menumbuhkan kebahagiaan, dan dipanen berbentuk pahala. Di era secanggih ini menebar kebaikan sudah bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Lembaga amil zakat, infaq, dan sedekah sekarang mempunyai banyak program kreatif untuk masyarakat. Jika sibuk dan tak sempat untuk menyalurkan langsung bantuan, melalui gadget yang kita punya dengan beberapa klik kita sudah bisa menjadi donatur. Menyalurkan bantuan kita kepada lembaga tentu lebih terorganisir dan tersalurkan dengan baik, salah satunya bisa melalui lembaga Dompet Dhuafa. Bisa klik di sini

*) Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa




You May Also Like

8 komentar

  1. Tulisan ini mengingatkan kita bahwa dalam berbuat baik tak perlu berpikir panjang untuk menuntaskannya. Apa pun yang secara logika kita tidak masuk akal, akan tetapi di sisi-Nya, akan jauh lebih memberikan peluang kita agar menjadi yang lebih baik. Benar, ketika kita bersedekah, maka kita tidak akan miskin atau semakin habis harta, malah yang ada ialah akan datang rezeki tak terduga dan kuantitasnya jauh lebih banyak daripada yang kita pikir. Keren!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena sebenarnya ketika kita berbuat baik kepada orang lain maka sama saja kita menabung kebaikan untuk diri kita sendiri. :)

      Makasih udah mampir soff :)

      Hapus
  2. Semoga kebaikan dalam tulisan ini bisa menular ke banyak orang, ya. Seperti halnya secepat menularnya Covid-19. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ya Allah, cukup kebaikan aja yg nular, Corona berhenti aja nularnya. Wkwk

      Hapus
  3. Baarakallah kakakkuu, semoga Allah selalu memberkahi kakak, jazakillah Khoiron atas goresan tinta yang ngena' di hati :*

    BalasHapus
  4. Benar itu, berbuat baik tanpa pamrih adalah yang terbaik. Sebab tanpa kita sadari, Allah memberi rencana indah dalam hidup kita :)

    BalasHapus