Flashback: KKMT di Sekolah Lebih Seru Dibandingkan Kuliah
Source: Pribadi |
Seperti
apa yang aku ceritakan di postingan sebelumnya, akan ada semacam cerbung di
blog ini menceritakan perihal perjuangan skripsi sampai aku bekerja. Tulisan
ini aku tag dengan label flashback, jadi memudahkan kalian untuk
mencari tulisan yang berkesinambungan ini.
Tulisan
kuawali pada September 2017 setelah upacara pelantikan KKMT mahasiswa FKIP di
kampusku. Kuliah Kerja Mengajar Terbimbing (KKMT) adalah semacam program KKN
yang diperuntukkan khusus untuk mahasiswa keguruan. Kita mengajar dan membuat
program di sekolah. Jadi bisa dikatakan anak keguruan itu lebih ekstra
dibandingkan fakultas lain, karena harus membuat bahan ajaran ketika di kelas
juga harus membuat program seperti anak KKN untuk sekolah dan masyarakat
sekitar sekolah. Waktunya pun lumayan lebih lama. Jika anak KKN hanya 40 hari,
kita melaksanakannya 2,5 bulan. Apalagi dilaksanakan di bulan-bulan hampir
akhir tahun dimana semester 7 akan berakhir. Saat melaksanakan KKMT kita juga
disarankan untuk sambil mengerjakan proposal skripsi agar pengerjaan skripsi
bisa disegerakan.
Sebelum
KKMT aku sudah meniatkan diri untuk sambil menyiapkan judul dan mengerjakan
proposal. Target lulusku adalah April 2018 itu sudah perkiraan yang kubuat jika
ada kemoloran. Nyatanya, ketika menjalani KKMT harus berangkat pagi pukul 06:00
WIB dan pulang pukul 17:00 WIB kadang juga sampai Maghrib atau bahkan malam
hari ketika ada suatu acara. Aku sudah lagi tidak kepikiran untuk mengerjakan
skripsi, karena setiap hari disibukkan membuat perangkat pembelajaran untuk
persiapan mengajar dan menyiapkan setiap proker. Aku juga kebagian untuk
mendampingi anak-anak yang ikut ekstrakurikuler drama. Wiih, tambah double-double deh tugasnya. Di sisi lain
aku juga tidak absen dari kegiatan relawan. Ketika hari Sabtu pulang lebih awal
sekitar pukul 14:00 WIB aku langsung menuju ke desa berdaya untuk mengajar
anak-anak di sana. Saat itu aku juga sempat mengikuti program belajar Tahsin,
tapi karena saking lelah dan kalang kabutnya di program ini aku sering absen.
Meski
lelah, tapi aku senang menjalaninya. Setiap hari ketemu anak-anak dan masuk
kelas untuk mengajar mereka atau hanya sekadar menggantikan guru yang sedang
berhalangan. Ulah mereka memang lebih banyak yang menyebalkan, karena dari
mereka juga aku tahu anak zaman sekarang tingkahnya sudah lebih dewasa daripada
usianya. Ohya, aku KKMT di sebuah SMP di Jember. Di sini anak-anak bersikap apa
adanya di depan guru PPL. Ya, kami disebut guru PPL oleh mereka. Mereka tidak
menurut kepada kami, sama sekali tidak memiliki rasa takut. Karena mereka
melihat kami masih muda dan belum pantas untuk menjadi guru seperti guru-guru
mereka yang sudah ibu-ibu dan bapak-bapak. Sebelum masuk kelas kita harus
menyiapkan mental.
Tapi
di sisi lain kami juga bertemu dengan anak-anak yang baik. Mereka menjadikan
kami teman cerita, tempat mereka bertanya apa saja, atau mengadukan apa yang
diperbuat teman-temannya. Bahkan, aku juga sempat menjadi teman curhat mereka
entah masalah asmara, keluarga, atau kebingungan mereka masuk SMA yang mana. Miris
ya, masih SMP sudah punya pacar. Tapi mengetahui hal ini aku tidak serta-merta
memarahi atau menyalahkan, aku takut mereka menjadi tidak nyaman lagi untuk
bercerita kepadaku. Kuposisikan aku adalah seorang teman bagi mereka di luar
jam pelajaran yang setia untuk mendengarkan apa saja. Disitulah kesempatanku untuk menyelipkan nasihat-nasihat kepada mereka.
Mereka
mengajariku banyak hal, bahkan masalah pendidikan yang aku pelajari di bangku
kuliah itu terlalu mudah dan indah. Pada kenyataannya dunia pendidikan tidak
semudah teori. Begitu rumit untuk bisa memahami kejiwaan siswa. Mereka dari
latar belakang keluarga yang berbeda, pun mereka juga hasil didikan dari
orangtua yang berbeda. Kadang norma kebaikan yang kami ajarkan disepelekan oleh
mereka karena di keluarganya diajarkan berkebalikannya. Itulah tantangan kami
dan para guru di sana. Tapi kami selalu berupaya untuk terus mendampingi
mereka. Mereka juga alasanku begitu semangat untuk menjalani KKMT ini. Bahkan, ketika aku berpamitan ada yang memeluk sampai menangis karena merasa kehilangan. Saking sudah dekatnya ikatan kami. Meski mereka menyebalkan ketika diajar, mereka tetap menjadi anak-anak yang menyenangkan.
Dulu sebenarnya
banyak sekali yang ingin kuceritakan tentang mereka, tapi sayang aku tidak
sempat mencatatnya. Sehingga aku menjadi lupa detailnya untuk keceritakan
ulang. Terlalu banyak cerita di sana hingga aku lupa mana saja bagian-bagian
itu. Sebenarnya aku melihat mereka tidak suka duduk di bangku kelas. Mereka selalu
mengeluh ketika jam pelajaran tiba, apalagi jika harus mengerjakan soal yang
rumit di pikiran mereka. Tetapi ketika sepulang sekolah atau selesai
ekstrakurikuler kami dan anak-anak sering berkumpul untuk memetik mangga di
belakang sekolah, makan mangga bareng sambil cerita-cerita. Sebenarnya mereka
mempunyai sisi dewasa dan mereka juga bisa bersikap menjadi anak yang
menyenangkan yang tahu sopan santun. Tapi ya itu tadi, mereka tidak suka dengan
pelajaran.
Doc. Tari tradisional pembukaan acara memperingati Sumpah Pemuda |
Doc. Anak-anak kontes fashion mengenakan batik |
Ah, jadi kangen sama mereka. Wkwk. Ingat gimana kita selalu pulang sore untuk latihan ekstra, persiapan lomba bazar, musik, atau literasi. Apalagi panitia yang super pusing karena harus menyulap tempat seadanya menjadi panggung dan lahan sekolah yang tidak terlalu luas untuk stand-stand bazar dan pertunjukan. Aku bisa melihat sebenarnya setiap anak mempunyai bakat masing-masing. Meski di dalam kelas mereka terlihat seperti anak yang malas dan tidak mudah paham, tapi di lapangan atau panggung mereka bisa tampil menjadi diri mereka sendiri. Mereka punya kemampuan yang selama ini tidak diajarkan di bangku sekolah.
Doc. persiapan bazar |
Lihat, mereka gemesin banget, kan. Lucu gitu kalau dengar mereka bercanda dan berceloteh.
Karena mereka juga aku jadi suka mengajar. Aku suka
ketika mereka mendengarkan penjelasanku dan berebut untuk bertanya kepadaku. Bahkan,
selesai KKMT aku melamar di sebuah bimbel privat karena ketagihan mengajar. Dan
sekarang sudah lama sekali aku tidak mengajar di bidang yang aku suka. Bulan
April sampai Juni kemarin aku sempat mengajar di bimbel tempat bekerjaku
sekarang tapi bukan mata pelajaran yang aku sukai, jadi tidak terlalu aku
nikmati.
0 komentar