Biasanya nulis sembunyi-sembunyi di blog. Karena blog itu tempat persembunyian paling aman untuk mengeluarkan kotoran-kotoran hati. Paling beberapa orang ndak kenal yang baca atau komentar. Ndak apa-apa. Mereka ndak kenal aku di dunia nyata. Ndak masalah.
Paling masalah kalau teman dunia nyata diam-diam main ke blog. Bikin aku malu. Makanya aku ndak suka nulis di IG, FB, atau status WA. Pasti dibaca sama orang-orang yang tahu aku. Ndak pede aku tu. Sampe aku sempet envy sama orang-orang yang terbiasa nulis di IG. Kok mereka bisa berani sih, pikirku.
Meskipun begitu, aku nggak pernah kepikiran untuk menghilangkan rasa ndak pede atau ketakutanku. Malah kurawat tumbuh sempurna. Akhirnya, media sosial kubiarkan kosong mlompong nggak ada tulisan baru. Dan tentu saja, di blog makin banyak tulisan (beberapa bulan lalu, sekarang ndak) wkwk.
Entah, mungkin melalui seorang teman ini aku mau memanfaatkan IG dan FB buat nulis. Dia lagi suka gambar, aku suka lihat gambarannya. Kutanya, "Gimana caranya pede buat ngunggah gambar kek gitu?" Dia bilang, "Awalnya aku malu, tapi kupikir-pikir kalau ndak aku yang menghargai karyaku, lalu siapa lagi." Menohok banget. Iyaya, pikirku.
"Ndak usah pikirin apa kata orang, orang lain menerima apa tidak ya terserah. Yang penting apa yang kita hasilkan bukan sesuatu yang negatif. Kita itu harus jadi orang pertama yang mengapresiasi karya kita sendiri," jelasnya. Emm ngena banget sampai hati kalimatnya.
Jadi semenjak itu aku mulai nulis di IG dan FB. Gak perlu lagi buka laptop buat nulis di blog. Tinggal selonjoran ngetik-ngetik di hp.
Dia juga bilang, "Emosiku semakin membaik setelah aku sering gambar. Misalnya aku gambar suasana pegunungan jadi seger gitu lihatnya."
Kurasakan akhir-akhir ini setelah nulis keadaan hatiku membaik. Lama-lama galauku ilang, lama-lama marahku mereda, lama-lama sedihku sirna, lama-lama aku ketiduran pas ngetik ini sampai lupa upload tadi malem ;)
Art by @lanadevinta