Manajemen Emosi dengan Hobi
Setelah
Isya’ tadi aku melihat status wa seorang teman tentang hobi barunya yaitu
menggambar. Sebenarnya buka hobi baru, dia sudah lama menyukainya tetapi akhir-akhir
ini kesukaan itu mulai dia tekuni lagi.
Saat aku
mengatakan, “Lagi senang menggambar, ya?”
“Lagi coba-coba
aja nih. Semua kucoba, doodle, lettering,
caligraphy,” jawabnya.
“Aku
dari dulu feeling jiwamu itu di seni,” balasku. Dia bekerja sebagai bagian akuntansi kantor cabang bimbingan belajar ternama di negara ini.
“Soalnya
aku orangnya nggak bisa diatur, ya,” katanya sambil mengirim emotikon tertawa.
“Bukan
begitu, gimana ya jelasinnya.” Aku bingung menanggapi balasannya. Memang sulit
untuk mendeskripsikan penilaianku.
“Padahal
pas jaman SMK aku vakum karena tidak punya alat-alatnya, sekarang kuturuti aja
semuanya.”
“Soalnya
udah punya pemasukan, ya,” candaku.
“Sebenarnya
menggambar itu untuk manajemen stress.”
“Berhasil?”
“Bisa
jadi, stress ku teredam dengan baik. Aku jadi merasa santai gitu.”
“Mungkin
aku akhir-akhir ini emosian gara-gara emosiku tidak terlampiaskan dengan baik,
ya,” balasku.
Dari percakapan
dengannya aku sadar, selama ini banyak perasaan, pemikiran, dan emosi yang
mengendap dalam diriku. Tidak pernah aku lampiaskan kepada siapa pun atau apa
pun. Yang ada aku malah berlari dari emosi itu, aku mencari kesibukan lain. Setelah
aku selesai dengan kesibukan, emosi itu akan menghinggapiku lagi. Menggerogoti lagi
pertahanan diriku. Bukan mengobatinya, tapi malah memeliharanya dengan baik.
Sekarang
aku percaya kebenaran artikel tentang menulis bisa membuat awet muda. Memang benar,
setiap kali setelah menulis ada energi buruk yang terlepaskan. Serasa plong
lega gitu. Unek-unek di hati sudah hilang. Meski menulis tidak membantu banyak
menyelesaikan masalah, setidaknya bisa membantu untuk mengontrol emosi.
0 komentar