Setengah Hati

by - 19.47


Sebelum new normal, aku sempat mendengarkan podcast Iqbal Hariadi tentang skill apa yang harus kita miliki ketika new normal sudah diberlakukan. Ada 4 skill yaitu personal branding, belajar online, bekerja jarak jauh, dan satu lagi aku lupa. Hal yang ingin aku bahas adalah kemampuan belajar online. Bagi orang-orang mungkin terkesan aneh. Belajar online itu tinggal duduk manis di depan layar laptop atau ponsel dan memperhatikan materi. Semudah itu, semua orang pasti bisa melakukannya. Tapi ternyata untuk diriku dan mungkin beberapa orang di luar sana merasa tidak semudah itu ferguso. Contoh kecilnya adalah satu dari sekian banyak podcast hanya pada Iqbal pilihanku bertahan. Uhuy haha karena Iqbal pembawaannya nyantai dan memberi insight baru. Aku download spotify hanya untuk mendengarkan podcast Iqbal seorang. Meski banyak podcast lain yang kata orang menarik, entah aku belum tertarik. Kadang pun dengerin podcast Iqbal juga nggak sampai akhir kalau sudah bosen. Aku paling tidak bisa fokus lama-lama jika online. That's why aku juga tidak suka menerima telepon atau chatting lama-lama. Bosen. Mending kita ketemu pesen minum ngobrol seharian tanpa pegang hp. Aseeeli aku bakal betah. Ett, kita, kita sama siapa nih. Wkwkwk

Jadi gini, sebelum adanya pandemi ini aku sudah tidak asing dengan namanya kulwap (Kuliah whatsapp), webinar, atau kelas online macam lain. Aku beberapa kali ikut kelas online semacam ini jauh-jauh tahun sebelum kita kenal corona, misalnya kelas menulis, parenting, motivasi, masalah anak stunting, memilih sekolah terbaik untuk anak, atau bahkan kelas gizi anak. Masih single tapi udah kemaruk belajarnya macam-macam. Teman di dalam grup adalah emak-emak. Ketika memperkenalkan diri, kadang hanya aku yang masih single, kalau beruntung ada beberapa singlelillah lain di dalamnya. Pernah beberapa kali ikut yang berbayar, tapi seringnya yang gratisan. Hahaaa. 

Aku pernah ikut kelas Bengkel Diri milik Ummu Balqis. Kelas yang jadi dambaan banyak gadis dan para emak. Karena pemberi materinya adalah orang yang diidolakan banyak perempuan. Membaca banyak testimoni tentang kelas ini di instagram kebanyakan bagus-bagus. Yaiyalahh Maemunah, kalau testimoni buruk mana mungkin diposting. Wkwk Aku terpengaruh dan menjadi tertarik untuk ikut dengan harapan dapat ilmu untuk memperbaiki diri. *uhuk

Tapi ternyata, setelah mengikuti banyak grup gratisan dan beberapa kelas online yang berbayar aku jadi sadar kelas online tidak cocok untuk diriku yang suka goleran di kasur sambil mendengarkan materi. Ketiduran, bosen lama-lama nyimak materi akhirnya main instagram lalu chat numpuk males buka. Btw, dulu memang belum musimnya orang pakai Zoom, Kaigi, Google Meet, atau aplikasi meeting lain. Masih menggunakan via suara di whatsapp atau medsos lain. Aku lebih suka bertemu tatap muka, mendengarkan secara langsung, dan memperhatikan gerak-gerik pemateri. Rasanya seperti tenggelam pada obrolan meski aku hanya diam. Beberapa lalu ditawari teman ikut kelas onlinenya yang gratis. Aku tidak mau. Gratis pun percuma kalau hanya meramaikan ponsel buang-buang kuota dan aku tidak menyimak.

Pada bulan Februari lalu aku sempat mendaftar kelas pranikah lagi. Jangan diketawain ya ikut kelas beginian. Haha kali ini offline maka dari itu aku tertarik. Ehh ternyata, ketabrak corona sehingga kelas harus online. Kesel pas itu, kesel banget uring-uringan. Aku memaksa diri untuk ikut kelasnya, tapi tetap saja bosan. Sampai 10 kelas berakhir aku hanya sedikit mengikuti materi. Hari Ahad pekan ini semua tugas harus dikumpulkan dan aku masih mengerjakan dua atau tiga saja. Malas mengerjakan tugasnya karena memang sudah nggak excited. Tapi kalo nggak diseriusi kok sayang banget sudah bayar.  Rasanya hanya buang-buang uang. Ohya, ada satu hal lagi yang membuat aku tidak excited yaitu pematerinya. Aku tidak mendapat hal baru dari para pematerinya. Dari awal nyimak ternyata materinya adalah hal-hal yang bisa dipelajari dari buku atau bahkan internet. Hal yang sudah biasa dibahas. Padahal kupikir dengan ikut kelas berbayar seperti ini akan mendapatkan penyegaran materi yang berbeda dari lainnya. Nominalnya juga lumayan lho padahal. 

Apalagi panitia dari kelas ini adalah teman kerjaku sendiri. Ngerasa sungkan, nggak enak hati kalau sampai aku tidak mengerjakan tugas sama sekali. Lengkap sudah rasanya ke-setengah hati-an ini. Wkwk

Mulai malam ini aku mencoba menata niat meski masih belum terkumpul seperempat untuk mengerjakan tugas dan mendengarkan serta menyimak materi yang sudah ada di grup dari awal. Meski berat rasanya seperti bawa batu bata. Yasudahlah, aku kerjakan entah sampai pada titik mana nanti. 

You May Also Like

4 komentar

  1. Semangat mbk💪, kalau berada di posisi mbak anik kayaknya saya juga bakal serba salah. Tapi melawan hawa rebahan itu emang susah soalnya saya juga mengalaminya😂
    Mending segera diselesaikan biar nggak makin puyeng mbk....

    BalasHapus
  2. untung setengah hati terpaksa, setengahnya lagi iklas ya mba :D

    BalasHapus