Rezeki Tak Perlu Dicari

by - 01.51

Kemarin malam, ada pesan whatsapp yang mendarat dengan selamat ke ponselku. “Aku mau curhat.” Keningku berkerut membacanya. Terlihat ada tulisan “mengetik”. Tidak ada yang salah kalau dia ingin bercerita denganku. Tapi, teman yang satu ini lebih dewasa dan berpengalaman dibanding aku yang masih gadis ingusan. 

Kutunggu, dia mengetik pesannya begitu lama. Menerka-nerka, cerita apa yang akan dia kisahkan kepadaku. Masalah pekerjaan sepertinya tidak mungkin, apalagi masalah rumah tangga.

Sesaat kemudian, ada pesannya lagi. Dia bercerita akhir-akhir ini berat untuk menulis, karena terselip niat lain dalam tulisannya, yaitu menghasilkan uang. Dia juga bilang, kalau niat sudah melenceng memang seperti ini jadinya. Dengan diikuti emot sendu.

Kuambil napas berkali-kali. Berulang-ulang kubaca pesannya. Sengaja tidak langsung kubalas, karena masih bingung harus jawab dengan kalimat seperti apa. Rasanya aku tidak pantas mengetikkan kalimat-kalimat motivasi atau nasehat lain. Karena diri ini sering dihampiri kekhilafan. Malu memberi orang lain semangat, tapi diri sendiri masih bergelung dalam kemalasan. 


Tidak kupungkiri, bahwa aku juga pernah berpikiran menghasilkan uang dari menulis. Tapi aku sadar diri masih newbie dalam literasi. Tulisan yang masih acak-acakan ini belum ada apa-apanya dan belum pantas jika aku mengharapkan lebih. Kalau dia berpikiran seperti itu, kurasa wajar. Karena memang kemampuannya sudah baik dan lebih rajin menulis.

Aku mencoba mencerna kalimat itu. Berpikir keras menyiapkan balasan pesannya. Takut jika jawabanku terasa menggurui atau sok tahu. Berjam-jam kubiarkan pesan itu bertengger di ruang chat tanpa balasan. Kutinggalkan mengerjakan tugas lain, cerita dia masih menggelayuti benak.

Lalu tiba-tiba, kepingan ingatan beberapa bulan lalu muncul.
***
Masih ada rekaman memori saat aku berdiskusi kecil dengan teman-teman se-organisasi. Aku lupa apa yang sedang kita bahas saat itu. Yang tersisa hanya kalimat yang dilontarkan salah satu teman, “Rezeki itu tidak perlu dicari, karena rezeki termasuk salah satu dari tiga hal yang pasti.”

Ada teman lain yang menyela, “Bukankah kita diwajibkan untuk berusaha? Kok malah nggak boleh dicari?”

Teman tadi langsung menjawab, “Setiap orang sudah mempunyai bagian rezekinya masing-masing. Dicari sekeras apa pun kalau sudah bagiannya satu ya tetap dapat satu. Jadi, melakukan pekerjaan apa pun niatkan saja untuk membantu orang agar bernilai ibadah. Insya Allah, kalau niat kita benar pasti aliran rezeki akan mengikuti.”

Sejenak dia mencuri napas, lalu melanjutkan kalimatnya. “Kenapa orang-orang yang meniatkan pekerjaannya untuk membantu orang lain selalu lancar rezekinya?”

Kami semua saling pandang dan mencari jawaban. Teman yang tadi menjawab pertanyaannya sendiri, “Karena Allah menitipkan rezeki itu kepada orang yang suka membantu agar disalurkan kepada pihak yang membutuhkan. Kalau rezeki kita banyak, belum tentu itu sengaja Allah beri hanya untuk kita. Ada hak orang lain di sana (rezeki itu).”
***
Dengan segera, aku mengambil ponsel dan mengetikkan balasan kepadanya. “Itu manusiawi kok, Mbak. Aku pun juga pernah kepikiran seperti itu. Karena, sebuah ide dan kerja keras itu memang patut diapresiasi dan dihargai.”

Sejenak aku baca lagi pesan yang telah kuketik, berpikir lagi kalimat apa yang akan kusampaikan kepadanya.

“Akan tetapi, jangan jadikan itu tujuan utama. Tulisan samean (Jawa: kamu) banyak yang menginspirasi. Jadikan itu ladang pahala. Bisa jadi, dengan tulisan itu banyak orang yang terbuka mata hatinya.”

Aku berpikir, apa yang perlu aku sampaikan lagi. “Insya Allah, rezeki setiap orang sudah ada bagiannya sendiri-sendiri. Nggak perlu dicari, niatkan ibadah saja, pasti akan dilancarkan oleh Allah.”

Di kalimat terakhirnya aku menambahi, “Maaf, Mbak. Bukan maksudku menggurui, aku pun juga masih menata niat. Hal yang kusampaikan tadi juga kudengar dari teman yang lain.”

Lalu, kutekan tombol send. Dan pesan itu terkirim untuknya.


You May Also Like

17 komentar

  1. Kece. Anik kayaknya sering banget jadi temen curhat ^^
    Rizki memang berbanding lurus dengan ketaatan :)

    BalasHapus
  2. Setuju, niat baik akan dibalas dengan rizki yg baik ya mbak

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Dicarinya sih perlu, cuman hasilnya serahin sama Tuhan.biar jadi investasi amal baik, gak sia2

    BalasHapus
  5. Subhanallah, postingan yang sangat reminder buatku. Terimakasih sudah berbagi tulisan yang sangat menginspirasi ini 😊

    BalasHapus
  6. Mamah cirhat dong #ehhh kabur sebelum dijitak yg punya rumah 😂😂

    BalasHapus
  7. Kalau rezeki itu hanya harta, maka itu pengertian yang sangat sempit. Hehehe...


    Sebab rezeki adalah semua yg telah diberi Allah: suami-istri yaang berbakti, anak shalih-shalihah, ilmu, kesempatan hidup, sehat, iman, istiqomah dalam ibadah, dan sebagainya. Semua adalah rezeki.

    Dan merupakan rezeki bagi saya mendapatkan reminder berharga pada tulisan ini...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, benar sekali itu, Pak. :D
      Lagi-lagi saya juga diingatkat tentang arti rezeki secara luas :D

      Hapus