Hidup Seperti Nenek Moyang
Sejak
tahun 2019 aku mengenal Zero Waste melalui Instagram. Aku lupa bagaimana
awalnya hatiku bisa tersentuh untuk beralih hidup dengan minim sampah. Meski
dulu dari sekolah dasar aku mendapat materi tentang reuse, recycle, atau reduce, pada akhirnya materi itu hanya
berakhir di bangku sekolah. Karena tidak ada percontohan dalam kehidupan
sehari-hari. Baru di tahun 2019 itu aku menyadari ini ternyata yang dimaksud
materi IPA-ku dulu.
Dari
situ mulai pelan-pelan membaca kantong belanja sendiri, bawa kotak makan ketika
membeli jajan atau makanan. Lalu akhirnya berlanjut sampai sekarang menggunakan
sedotan stainless steel, sabun alami
lerak, membuat eco enzyme dan
lainnya.
Lalu
entah tahun berapa dan bagaimana awal mulanya aku jadi kenal dengan Jurus Sehat
Rasulullah (JSR) di akun dokter @Zaidulakbar. Memulai untuk memperbaiki apa
yang kita makan, tidak hanya halal namun juga thoyyib. Mengobati suatu penyakit juga menggunakan herbal, tidak langsung
dengan obat-obatan.
Aku
juga jadi tahu tentang pentingnya menanam dan beternak dari akun Instagram @Britaniasari.
Beliau memberikan pembekalan pada warga sekitar untuk menanam mandiri di depan
rumah agar bisa mengurangi biaya belanja dan bisa makan sayuran organik.
Semakin
berjalannya waktu aku jadi menemukan banyak akun yang campaign hidup sehat dengan berbagai macam rupa. Entah itu ada yang
membuat konten tentang makanan, olahraga, atau kesehatan hati. Hingga hari ini
aku menemukan konten Instagram milik mbak Diana Hemas tentang grounding/nyeker yang memiliki banyak
manfaat baik untuk tubuh entah itu balita sampai dewasa.
Segala
hal yang kutemukan tersebut membuat aku berpikir ternyata semakin maju
peradaban, membawa kita pada kehidupan yang memang menawarkan banyak kemudahan
tapi juga banyak mudharat-nya. Contoh
kecil saja tentang mencuci menggunakan detergen, efeknya adalah bisa mencemari
perairan. Dan baju yang sering terkontaminasi dengan zat kimia lalu menempel di
kulit kita juga akan berbahaya untuk kesehatan. Kita belum membicarakan deodoran,
parfum, sabun mandi, dan lain sebagainya. Lalu tentang grounding, salah satu followers
Mbak Diana Hemas menceritakan ada seorang kakek yang setiap hari ke sawah
dengan nyeker, beliau sehat sampai usianya 100 tahun lebih. Urusan umur memang
ada di tangan Allah, tapi sebagai manusia tugas kita adalah berikhtiar untuk
menjaga titipan tubuh ini, bukan?
Ditambah
lagi pagi ini aku menonton video tentang Kampung Naga di Tasikmalaya yang masih
kental dengan ke-tradisionalannya. Kampung ini menolak masuknya lampu dan
teknologi. Bahkan, rumah mereka terbuat dari kayu, bambu, atap dari ijuk dan
sabut, lalu bagian bawah dilandasi dengan batu. Ketika daerah tersebut gempa,
rumah mereka aman karena pondasinya tidak ditanam di dalam tanah. Keren, ya.
Dari
sini aku semakin penasaran bagaimana detailnya nenek moyang kita dulu hidup. Mereka
yang menggantungkan hidup dari alam, tapi hidup mereka sehat dan usianya lebih
panjang. Dulu belum banyak muncul berbagai macam penyakit karena makanan mereka
masih real food seperti buah, ubi,
jagung, dan lainnya, bukan malah makanan
yang sudah banyak diproses seperti sekarang.
Semakin
ke sini hidup semakin mudah, tapi membuat manusia semakin bergantung dengan
cara instans sehingga mengurangi gerak tubuh yang akhirnya menimbulkan masalah
kesehatan.
Dan
sekarang hidup minimalis, zero waste
adalah moto hidup yang digaung-gaungkan dan mungkin menjadi trend di masa depan
karena melihat masalah masa kini yang sudah semakin kompleks.
0 komentar