Hidup Seperti Nenek Moyang

by - 19.49

 

Sejak tahun 2019 aku mengenal Zero Waste melalui Instagram. Aku lupa bagaimana awalnya hatiku bisa tersentuh untuk beralih hidup dengan minim sampah. Meski dulu dari sekolah dasar aku mendapat materi tentang reuse, recycle, atau reduce, pada akhirnya materi itu hanya berakhir di bangku sekolah. Karena tidak ada percontohan dalam kehidupan sehari-hari. Baru di tahun 2019 itu aku menyadari ini ternyata yang dimaksud materi IPA-ku dulu.

Dari situ mulai pelan-pelan membaca kantong belanja sendiri, bawa kotak makan ketika membeli jajan atau makanan. Lalu akhirnya berlanjut sampai sekarang menggunakan sedotan stainless steel, sabun alami lerak, membuat eco enzyme dan lainnya.

Lalu entah tahun berapa dan bagaimana awal mulanya aku jadi kenal dengan Jurus Sehat Rasulullah (JSR) di akun dokter @Zaidulakbar. Memulai untuk memperbaiki apa yang kita makan, tidak hanya halal namun juga thoyyib. Mengobati suatu penyakit juga menggunakan herbal, tidak langsung dengan obat-obatan.

Aku juga jadi tahu tentang pentingnya menanam dan beternak dari akun Instagram @Britaniasari. Beliau memberikan pembekalan pada warga sekitar untuk menanam mandiri di depan rumah agar bisa mengurangi biaya belanja dan bisa makan sayuran organik.

Semakin berjalannya waktu aku jadi menemukan banyak akun yang campaign hidup sehat dengan berbagai macam rupa. Entah itu ada yang membuat konten tentang makanan, olahraga, atau kesehatan hati. Hingga hari ini aku menemukan konten Instagram milik mbak Diana Hemas tentang grounding/nyeker yang memiliki banyak manfaat baik untuk tubuh entah itu balita sampai dewasa.


Segala hal yang kutemukan tersebut membuat aku berpikir ternyata semakin maju peradaban, membawa kita pada kehidupan yang memang menawarkan banyak kemudahan tapi juga banyak mudharat-nya. Contoh kecil saja tentang mencuci menggunakan detergen, efeknya adalah bisa mencemari perairan. Dan baju yang sering terkontaminasi dengan zat kimia lalu menempel di kulit kita juga akan berbahaya untuk kesehatan. Kita belum membicarakan deodoran, parfum, sabun mandi, dan lain sebagainya. Lalu tentang grounding, salah satu followers Mbak Diana Hemas menceritakan ada seorang kakek yang setiap hari ke sawah dengan nyeker, beliau sehat sampai usianya 100 tahun lebih. Urusan umur memang ada di tangan Allah, tapi sebagai manusia tugas kita adalah berikhtiar untuk menjaga titipan tubuh ini, bukan?

Ditambah lagi pagi ini aku menonton video tentang Kampung Naga di Tasikmalaya yang masih kental dengan ke-tradisionalannya. Kampung ini menolak masuknya lampu dan teknologi. Bahkan, rumah mereka terbuat dari kayu, bambu, atap dari ijuk dan sabut, lalu bagian bawah dilandasi dengan batu. Ketika daerah tersebut gempa, rumah mereka aman karena pondasinya tidak ditanam di dalam tanah. Keren, ya.



Dari sini aku semakin penasaran bagaimana detailnya nenek moyang kita dulu hidup. Mereka yang menggantungkan hidup dari alam, tapi hidup mereka sehat dan usianya lebih panjang. Dulu belum banyak muncul berbagai macam penyakit karena makanan mereka masih real food seperti buah, ubi, jagung, dan lainnya, bukan malah makanan yang sudah banyak diproses seperti sekarang.

Semakin ke sini hidup semakin mudah, tapi membuat manusia semakin bergantung dengan cara instans sehingga mengurangi gerak tubuh yang akhirnya menimbulkan masalah kesehatan.

Dan sekarang hidup minimalis, zero waste adalah moto hidup yang digaung-gaungkan dan mungkin menjadi trend di masa depan karena melihat masalah masa kini yang sudah semakin kompleks.

You May Also Like

0 komentar