"Tapi, aku cinta..," ucapku ragu-ragu. Lirih tapi aku yakin masih tertangkap oleh pendengaran Lidya. Rumahnya lengang malam ini hanya dihuni oleh Lidya dan aku yang menumpang menginap. "Han, cinta itu apa sih sebenernya? Apa yang kamu rasain itu bener-bener cinta atau hanya ketertarikan, obsesi ingin memiliki, atau bahkan rasa ketergantungan karena sudah lama menjalin hubungan dengannya?" Ucapan Lidya seperti baja yang menghantam keras...
Mata Hana berbinar menceritakan lelaki yang baru saja mengajaknya makan siang. Aku menelan bahagia yang dicipta melalui ceritanya. Dulu aku juga pernah diperlakukan sedemikian manisnya. Seolah hanya aku perempuan yg paling dicinta. Tanpa harus bertanya pada teman kerjaku itu, aku sudah tahu tempat favorit lelaki itu untuk makan siang. Segelas minuman favorit apa yang tak absen dipesan untuk menuntaskan dahaganya. Menu pesanan apa...
"Ada tempat yang adem di kota panas ini." Satu pesan whatsapp darinya mendarat di ponselku. "Dimana?" Aku segera membalasnya. "Coba tebak dimana!" "Hmmm, entah." "Pelabuhan." "Oh ya? Aku belum pernah ke sana." "Minggu depan kamu kuantar ke sana," janjinya. Untuk kesekian kali, dia menepati janjinya. Dan sore itu, di pelabuhan yang dia janjikan, aku dihadiahi senja. Meski pada awalnya senja bukanlah hal yang...