Allah Maha Romantis

by - 19.24

Pukul 10 pagi menjelang siang tadi ada pesan mendarat dengan selamat ke whatsappku. Nomor baru yang langsung mengutarakan maksudnya tanpa berbasa basi dengan salam atau bertanya kabar. 

"Saya mau kirim paket nanti siang, tolong beri arahannya."

Kulihat foto profilnya bergambar salah satu perusahaan ekspedisi. Aku membalasnya segera, mengirimi arahan rumahku dengan lengkap dan jelas. Kupandangi layar ponselku, membaca lagi pesannya berulang-ulang. Ada teman yang tiga hari lalu mengkonfirmasi alamat lengkapku. Mungkin dia yang mengirimi barang. Aku tidak bertanya kepadanya, takut ternyata bukan dia. Kukirim pesan ke orang rumah, meminta tolong untuk mengabari jika ada paketan atas namaku. Karena hari ini aku berada di luar. Dia sudah meminta alamatku dari bulan kemarin entah untuk apa, aku tidak bertanya. Belum saatnya aku tahu. Kalau aku kepoin, dia bakalan sebel juga sepertinya. Ini teman dari jaman kuliah dulu, masih sering komunikasi sampai sekarang. 

Dua jam kemudian, ada pesan mengabari paketan benar atas namaku sudah datang. Kuminta untuk dibuka. Padahal aku selama ini kalau dapat paketan tidak suka dibuka orang, kali ini karena penasaran dan belum tahu pasti siapa pengirimnya kuminta dibukakan. 

Pengirimnya salah satu online shop, barang di dalamnya gelang. Aku ingat saat temanku mengkonfirmasi alamatku, dia bertanya ukuran pergelanganku. Sepertinya benar dia. Kukirim kepadanya foto yang dikirim orang rumah. 



"Ini dari kamu, ya?"

"Iya, alhamdulillah sudah datang," balasnya. 

"Kamu belajar dukun dari mana?" tanyaku.

"Lah, emang kenapa?" 

Aku lalu cerita ke dia kalau bulan lalu waktu Ramadhan aku ingin memakai gelang. Sempat sehari memakai gelang yang hampir mirip dengan yang dia kirim, kuambil di laci rumah. Gelangnya lama sekali tidak pernah dipakai. Kupakai, sayangnya tidak nyaman karena terlalu banyak manik-manik dan ukurannya terlalu panjang. Kulepas, nggak kupakai lagi. 

Sebenarnya aku suka beli gelang, jam tangan, atau aksesoris lainnya. Beli sehari dua hari lupa mau pakai, lama kelamaan banyak yang hanya teronggok lalu rusak atau hilang begitu saja. Di sisi lain sering ada kegiatan relawan yang sering di 'lapangan'. Panas-panasan, hujan-hujanan, kegiatan outdoor. Males pake aksesoris karena malah bikin ribet pas kegiatan. Anak-anak relawan juga hampir jarang pakai aksesoris, paling pol jam tangan. Jangankan aksesoris, make up aja hampir nggak pernah. Selalu necurel gitulah penampilan kita. Wkwkw. Polosan tanpa bedak dan lipstik. Yakali kan di tempat bencana wajahnya menor, diketawain sama orang-orang. Wkwk 

Okee kembali lagi ke cerita awal. Keinginan pakai gelang bertahan sampai hari ini. Aku pakai gelang lain yang aku punya. Aku juga nggak tahu kenapa akhir-akhir ini rajin dan sering memakai aksesoris. Yang dia kirim ini simple, nyaman dipakai. Jadi bakal aku pakai terus deh. 

Dia bilang, "Gatauuuu aku tu dari bulan puasa kan pengen ngirimi kamu sesuatu, tp aku bingung mau ngasih apa. Mau baju takut ukurannya nggak pas, jilbab aku kurang ngerti karna takut nggak sesuai bentuk wajah wkwk, trus tiba-tiba liat di olshop aksesoris itu. Aku beli duluan liat bagus atau ndak, ternyata bagus, jadi langsung cusss kirim ke kamu." 

Kalau dipikir-pikir, mustahil banget sih orang yang ngirimi aku aksesoris. Karena aku kelihatan jarang memakainya. Kebanyakan waktu aku ulang tahun, sempro, sidang, dan wisuda, dikasih jilbab, buku, foto. Seputar benda-benda yang bisa ditebak aku akan suka. Instingnya dia sangat pas sih kali ini.

Aku juga heran, kenapa akhir-akhir ini. Eh nggak sih, dari dulu sebenarnya sering batin sesuatu terus keturutan. Cuman akhir-akhir ini lebih sering dan beruntun. Kemarin aku batin hal yang sangat sederhana, aku pengen digorengin rengginang sama ibuk. Pas pulang, ibuk lagi goreng rengginang. Ya Allah, seromantis ini Engkaauuu. :')

Aku batin seorang teman yang status whatsappnya nggak pernah muncul di aku, aku lagi kangen sama dia sampai stalking blognya. Mungkin dia sudah nggak simpan nomorku, mau ngontak tapi sungkan karena sudah lama nggak pernah komunikasi. Besoknya, statusnya langsung muncul. Kaget dong aku langsung kuchat saat itu juga. Pernah juga pas pulang ke rumah ketemu di jalan sama tetangga yang rumahnya agak jauh dari rumahku. Batin aja, dia udah gede ternyata. Besoknya dia langsung whatsapp aku minta tolong seuatu. Kageet, padahal kita awalnya nggak punya whatsapp satu sama lain dan hampir bertahun-tahun nggak komunikasi. 

Dulu juga pernah harus berangkat pagi banget waktu  ppl di sekolah, jadi anak kos nggak sempet sarapan. Di sekolah ngajar banyak kelas, istirahat harus mengerjakan tugas lain. Nggak sempet makan. Sore sepulang dari sekolah langsung ada kegiatan lain. Aku batin, ya Allah aku pengen makan. Setelah Maghrib, selesai sholat dan kegiatan selesai, ada orang sebelah Musholla yang meminta kita mampir ke rumahnya. Kita diberi bakso. Padahal sebelumnya, berbulan-bulan sering ada kegiatan di sana nggak pernah ditawarin. Wkwkwk

Sepulang dari sana aku bilang ke temanku, "Kamu tahu nggak, sebelum berangkat tadi aku batin aja pengen makan. Tiba-tiba kita dikasih bakso."

Temenku ketawa terus bilang, "Jadi kita tadi makan bakso karena doa kamu, ya."

"Mungkin, sih." Wkwkw

Dan masih banyak cerita lainnya yang lebih menakjubkan terjadi. Panjang banget kalau diceritain satu-satu. Emm, ada satu hal besar aku pernah batin sesuatu yang benar-benar kejadian, rasanya mustahil banget hal itu bisa terjadi. Tapi aku masih ragu itu pertanda apa, benar nggak ya, benar nggak sih. Nanti kalau sudah tiba saatnya, jika aku sudah menemukan jawabannya, banyak hal emezing yang akan aku ceritakan di sini. Tapi nantiiiii, nggak tahu kapan. Aku sedang belajar sabar untuk menunggu. 

Allah memang Maha Romantis. :')
Tapi aku pernah dengar, kalau banyak doaku terkabul di dunia, nanti di akhirat aku dapat apa. :( gitu nggak sih? 

Jangan sampai Allah banyak ngasih nikmat ke kita, tapi kita *eh aku yang malah menjauh dari-Nya. Sebenarnya nikmat terbesar dalam hidup ini adalah ketika kita masih diberi iman dan Islam, dunia hanya titipan. :)


You May Also Like

0 komentar