Islam dan Batasan Pergaulan
@YufidTV |
Di usiaku
yang sudah dua tahun lebih ini sudah bukan masanya untuk bermain-main dengan
perasaan. Membuang-buang waktu jika masa pencarian ini dihabiskan hanya untuk
orang yang tak berniat serius. Banyak cerita dari teman-temanku ketika mereka
berpacaran lama tapi tak kunjung dikenalkan kepada orangtua, tak diajak ngobrol
serius mengenai pernikahan, atau bahkan hanya di ajak ke sana sini tanpa status
yang jelas. Dalam hatiku ingin bilang ke mereka, yaudahlah tinggalin aja! Tapi kutahan, tak jadi aku mengatakan itu.
Ucapanku tertahan hanya sampai kerongkongan. Secuil kalimat itu bisa
memporak-porandakan hati mereka. Karena ini tentang perasaan yang tak akan
mudah untuk diputuskan. Ini perihal perasaan yang sudah mengakar terlalu dalam.
“Coba
deh sekali-kali ajak dia ngobrol serius,” kataku suatu ketika. Si temanku ini
berusaha mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan kepada pacarnya. Meski sampai
sekarang nyatanya belum terealisasikan, entah apa pertimbangannya.
Atau ada
juga cerita lain, seorang perempuan cantik di kota sana sering menghubungiku
mengirimi potongan chattingnya dengan laki-laki. Si perempuan ini diberi
tawaran menarik yaitu akan dinikahi, tapi belum tahu kapan. Masih mempersiapkan,
begitu katanya. Aku menarik napas sesak. Sungguh, seindah apa pun dia merangkai
kalimat untuk mengajak menikah, tapi dirinya sendiri masih terpontang-panting
tak tahu kapan siap menikahi, itu sama saja dengan menggantung si perempuan. Tak
ada kepastian yang jelas. “Dia bilang gitu ke kamu karena takut kamu diambil
orang, makanya buru-buru bilang gitu padahal dirinya belum siap,” kataku suatu
ketika ke perempuan itu.
Karena
aku perempuan, maka tulisan ini bersudut pandang perempuan. Bukan bermaksud
untuk menjelek-jelekkan laki-laki. Selama ini aku banyak bergaul dan mendengar
cerita dari pihak perempuan. Meski ada juga cerita yang mampir di telingaku
dari pihak laki-laki, ada perempuan yang mempermainkannya atau apalah itu yang
berbau negatif. Sebenarnya ini bukan tentang gender, perempuan atau pun
laki-laki pasti memiliki kelemahannya masing-masing. Dan itu tergantung
pribadinya sendiri, tidak semua laki-laki berperangai buruk seperti banyak
cerita yang beredar. Atau tidak semua perempuan memiliki kadar setia yang
tinggi, banyak juga berita istri meninggalkan suaminya karena ada laki-laki
idaman lain.
Sebenarnya
yang ingin aku bahas adalah cara Islam mengatur pergaulan antara perempuan dan
laki-laki. Aku pernah terjebak pada pergaulan yang salah. Pergaulan dengan
laki-laki yang tidak memperhatikan syariat Islam. Dimana aku mengobrol via
chatting dengan laki-laki membicarakan hal-hal receh hanya bercandaan tanpa
tujuan yang jelas yang sebenarnya tidak diperbolehkan dalam agama kita. Dari pengalaman
pribadi itu aku menarik kesimpulan bahwa Islam memberikan hukum dan
batasan-batasan pada pergaulan lawan jenis sejatinya untuk menjaga setiap
umatnya.
Coba seandainya
banyak orang yang menerapkan hukum Islam dalam kehidupannya. Seperti misalnya,
tidak chatting dengan lawan jenis apabila tidak ada kepentingan, tidak telepon
tanpa ada tujuan yang jelas, tidak mengajak bertemu hanya berdua jika ada
kepentingan syar’i, menjaga pandangan, menjaga interaksi dengan lawan jenis, dan
lain-lain. Insyaallah nantinya tidak ada cerita perempuan baper, laki-laki
tebar pesona, pemberi harapan palsu, dan lainnya. Karena semua orang paham akan
batasannya. Pun ketika berniat baik untuk menikah, juga dengan cara yang baik. Tidak
lantas berisik di chatting mengobral janji, tapi menunjukkan dengan kesungguhan
hati akan datang dengan pembuktian keseriusannya.
Aku memilih
tidak lagi pacaran semata juga bukan hanya karena Islam melarangnya. Tapi aku
sudah membuktikan sendiri bahwa pacaran banyak mudharat (sisi negatifnya).
Dimana hati kita menjadi lebih sering berharap ke manusia, karena perasaan cinta
yang terlalu berlebihan kepada si pasangannya. Dan itu akan berimbas pada
ibadah-ibadahnya yang semakin menurun. Dimana kita lebih sering disibukkan pada
urusan duniawi, karena sibuk bertemu dengannya, chatting, telepon, video call,
atau bahkan bertengkar. Hal-hal yang seharusnya tidak perlu dibuang hanya untuk
orang yang belum jelas menjadi jodoh kita atau tidak. Usia yang seharusnya kita
gunakan untuk menjadi produktif.
Maka aku
tak bisa memberikan nasihat banyak atau jalan keluar yang jitu pada teman-teman
yang curhat mengenai pacarnya. Ketika dia sudah berani mengambil keputusan
untuk pacaran, ya maka harus siap menerima segala konsekuensinya. Entah itu
yang tak kunjung dinikahi atau hanya diajak main tanpa ada perencanaan masa
depan. Karena pada dasarnya orang yang berpacaran adalah mereka yang ingin
mencicipi nikmatnya memiliki pasangan tanpa berikatan resmi yang menimbulkan
tanggung jawab baru pada diri mereka.
Aku berkata
seperti ini karena pernah merasakan betapa hati tidak tenang terombang-ambing
bersama laki-laki yang hanya iseng mengajak kenalan, mengenalku hanya untuk
menepis kesepian, dan tanpa tujuan yang jelas. Aku pernah merasakan pahitnya
pacaran, dimana usiaku terbuang sia-sia untuk seseorang yang ternyata sekarang
menjadi jodoh orang lain.
Baik,
kalau boleh ada orang membantah dengan mengatakan bahwa banyak juga contoh
orang yang berpacaran tapi berakhir di pelaminan. Tapi, bukankah menikah itu
bertujuan untuk mendapatkan ridho Allah?
Bagaimana
Allah bisa ridho ketika pernikahan diawali dengan hubungan yang jelas tak
disukai-Nya? Mungkin hidup mereka akan berlangsung terlihat baik-baik saja. Mereka
akan langgeng sampai akhir usia mereka. Tapi akankah sama rasanya dengan orang
yang murni nikah karena ibadah, bukan hanya karena menginginkan memiliki orang
yang mereka cintai?
Selama
ini aku cenderung diam ketika mengetahui temanku pacaran, sebenarnya mereka
semua tahu bahwa pacaran tidak diperbolehkan dalam Islam. Namun, hati mereka
masih tertutup. Allah belum memberikan hidayah kepada mereka. Ada salah satu
teman baikku yang sudah 5 tahun berpacaran. Dia pernah berkata seperti ini, “Nik,
perasaan yang dipendam itu lebih berkelas. Kamu jangan sampai menyesal seperti
aku, ya!” Entah, aku tak bertanya menyesal seperti apa dan karena apa yang
dirasakannya. Bukan lagi sebuah rahasia, pasti menjalin hubungan pacaran ada
problem pelik yang selalu terjadi.
Aku menyadari,
ketika hatiku lebih berat kepada manusia. Berharap terlalu besar pada manusia,
itu karena hatiku sedang jauh dari Allah. Imanku sedang melemah.
Aku yang
sudah berani menulis ini, bukan berarti aku suci. Bukan berarti aku bersih sama
sekali bisa menjaga penuh pergaulanku dengan laki-laki. Aku pun pernah beberapa
kali jatuh pada lubang kesalahan yang sama. Meski sudah hijrah, tapi begitu
mudahnya mempersilakan laki-laki untuk masuk ke kehidupanku dengan main-main.
Alhamdulillah, saat aku menulis ini aku sudah dikembalikan oleh Allah ke jalan
yang baik. Dan kuncinya, sebagai orang kita harus tegas. Jika sudah mengetahui dia tak ada niatan serius, lebih baik tinggalkan. Apabila kita meninggalkan karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Semoga tak terulang lagi. Semoga aku dan kalian selalu bisa menjaga
diri dan mendapat hidayah dari Allah.
0 komentar