Pernikahan Impian yang Absurd
Aku nggak tahu
apa semua orang sama absurdnya seperti aku. Suka memimpikan sesuatu yang absurd,
aneh, dan nggak pada umumnya. Mungkin aku terbawa oleh suasana novel dan film
yang sering kukonsumsi. Dimana otakku dipengaruhi untuk membayangkan, lalu
masuk ke alam bawah sadar dan menjadi hal yang kuimpikan.
Semasa kuliah
dulu rasanya aku nggak terlalu sempat untuk memikirkan jodoh, lebih tepatnya
saat aku masuk di organisasi relawan. Karena setiap hari yang kupikirkan adalah
kuliah, rapat, dan agenda untuk kemaslahatan umat. Apalagi aku dikelilingi oleh
orang-orang hebat yang semangat dakwahnya kuat. Semacam ada rem saat hatiku
mulai terbawa pada perasaan yang belum halal. Karena dulu banyak kesibukan,
jadinya aku tidak terlalu memikirkan jodoh dan perasaan.
Baru akhir-akhir
ini saat lebih sering seorang diri, aku berandai-andai tentang sebuah impian
pernikahan. Baik, kuceritakan ya apa saja impian tersebut. Impian itu identik
dengan sesuatu hal besar atau amat tinggi yang ingin dicapai setiap orang. Ya
namanya aja impian absurd, jadi mungkin nanti impianku nggak setinggi atau
sebesar apa yang ada di bayangkan kalian. Tapi kedengarannya malah aneh.
Aku pernah
membayangkan kelak jodohku adalah pembaca setia blog ini. Wkwk. Padahal nih
blogku ada yang baca atau nggak aja aku nggak tahu. Kenapa aku berkeinginan
seperti itu? Ini bermula saat aku mengetahui salah seorang dari komunitas
menulis yang pernah kuikuti menikah dengan laki-laki yang setia membaca
blognya. Aku juga pernah menemui suatu postingan dari Chaliq Hermawan, suami
dari Sundari Hana Respati (Buleknya Kirana @Retnohening kalau kalian tahu).
Jadi, si bulek Hana panggilan akrab dari Sundari Hana ini mempunyai hobi
menulis di instagram dan Tumblr. Setelah menikah beberapa bulan kemudian, Pak
Lik Hermawan mengunggah sebuah foto dengan caption yang berisi pengakuannya
bahwa beliau menyukai Bulek Hana yang amat jujur dengan tulisan-tulisannya. Bulek
memang sering menulis tentang kesehariannya di Tumblr. Dan tulisan yang
ditunjukkan Paklek di caption itu adalah tulisan bulek yang bercerita tentang
pengalamannya saat terkena skoliosis dan harus di operasi. Di tulisan itu bulek
bercerita tentang ketakutannya jika tak ada laki-laki yang bisa menerima apa
adanya.
Baca captionnya
paklek tu aku jadi ikut meleleh gitu, apalagi akhir captionnya seperti ini saya lah orang ke 2 yang akan mencintai dan menyayangimu
sepenuh hati. Uuuu,
so sweet kan. Wkwk
Aku sempat
membayangkan ketika ada orang yang mengintaiku melalui blog ini. Mengikuti cerita
keseharianku di sini. Mencuri baca tentang perasaanku yang tercurah di sini. Namun,
jika pun itu benar terjadi, aku sangat merasa dicurangi. Selama ini dia bisa
menghilangkan dahaga kerinduannya dengan mampir di blog ini, sedangkan aku tak
pernah tahu siapa dirinya dan bagaimana cara mengikuti cerita-cerita
tentangnya.
Aku pernah
membayangkan pernikahan adalah hal yang menyenangkan. Dimana aku akan
berkeliling dengan suamiku ke tempat-tempat baru. Lalu kita akan saling
bertukar cerita dan informasi mengenai tempat tersebut. Kita akan sama-sama
merekam melalui memori ingatan masing-masing bahwa kita pernah singgah ke
berbagai tempat. Atau dia seseorang yang mempunyai hobi memfoto, lalu membawa
kameranya kemana-mana dan mencuri ekspresiku untuk diabadikannya dengan lensa
kamera. Tak pernah diunggah di media sosial, tetapi disimpan untuk dinikmati
sendiri manis senyumanku. WKWKWK.
Aku juga pernah
merasakan senangnya bisa berkencan dengan suami di toko buku atau perpustakaan
kota. Lalu kita akan saling memberi informasi tentang buku-buku terbaru dan
yang bagus untuk dibaca. Kita akan berlama-lama di sana mendiskusikan tentang
halaman-halaman buku yang sudah habis kita baca tanpa mempedulikan petugas
perpustakaan atau pegawai Gramedia yang envy
melihat romantisme kita cekikikan berdua di sela obrolan.
Atau aku pernah
melukiskan angan kita berdua mampir di sebuah kafe. Aku memesan minuman coklat
dingin dan dia memilih kopi pahit. Lalu berdua sibuk masing-masing dengan
laptop kita. Sama-sama memiliki kesukaan menulis, maka kita saling memberikan
waktu satu sama lain untuk berkencan dengan tulisan-tulisan. Lalu suatu hari,
blog adalah media kita untuk saling berbagi cerita dan momen selain tujuannya
juga ingin dibagikan kepada orang lain. Atau bisa juga di sore hari saat aku
sudah mandi dan berdandan cantik menunggu kedatangannya pulang kerja, aku
mendapat sebuah email dari dia dan mengucapkan selamat sore atau mengirim puisi
singkat yang mengatakan bahwa dia sudah tidak sabar bertemu denganku setelah
seharian lelah bekerja. Dia sudah tidak sabar merasakan kopi pahit kesukaannya
atau makanan ringan hasil eksperimenku di dapur siang hari.
Aku ingin setiap
dia pulang kerja selalu ada kejutan-kejutan kecil di meja makan, entah itu
masakan kesukaannya atau makanan aneh yang resepnya baru kucoba. Dan dia
mengatakan “selalu enak” padahal rasanya masih sederhana.
Suatu sore saat
duduk berdua menunggu adzan Maghrib atau menjelang tidur, dia selalu bertanya
tentang apa saja yang sudah kulakukan, buku atau film apa yang kubaca, atau apa
yang ingin kutulis besok. Aku juga akan bertanya bagaimana pekerjaannya. Lalu kami
saling memuji dan mengucapkan terima kasih untuk kejutan-kejutan kecil yang
saling kita buat.
Nggak tahu
kenapa, aku ingin menulis ini. HAHA.
Nggak penting
sih, tapi aku ingin kelak nanti setelah menikah kuingin membaca ulang tulisan
ini. Apakah nanti impian absurdku ini bisa terwujud.
Yang jelas aku
harus menyadari, bahwa dalam pernikahan tidak hanya tentang bahagia tapi juga
duka bersama. Pernikahan tak melulu tentang keindahan yang kuidam-idamkan. Tapi
kelak, bersamamu aku akan lebih kuat untuk melalui dalam situasi apa pun.
0 komentar