facebook twitter instagram Tumblr

Anik's Blog


Sebelum aku berangkat merantau lagi, ibu sempat menitip pesan kepadaku untuk telaten dan sabar dalam bekerja. Beliau bilang, “Kalau lagi capek kerja, selalu ingat perjuangan Bapak, ya.” Aku mengangguk mengiyakan pesan ibu.

Iyaya, begitu pikirku. Aku pernah berpikir, bapak kok nggak pernah ya malas untuk berangkat kerja. Coba kalau bapak malas, dapur ibu  tak bisa mengepul setiap hari.

Saat aku bekerja di bimbel Kediri, ada seorang tetanggaku yang juga kerja di sana. sebut saja dia A. Dia hanya lulusan SMA, namun sudah bekerja di bimbel itu selama 6 tahun. Sekarang posisinya menjadi tentor matematika. Aku pernah melihat dia mengajari muridnya dengan cara berpikirnya sangat cepat. Pernah aku merasa sebal karena dia yang lulusan SMA sudah menjadi tentor, sedangkan aku yang sudah sarjana hanya menjadi korektor soal. Lambat laun aku malu sendiri pernah berpikir seperti itu. Karena nyatanya, menjadi tentor di tempat itu tidak mudah. Harus memahami pelajaran Matematika yang melihat angkanya saja aku sudah mengerutkan kening. Rumusnya begitu rumit,serumit pikiran perempuan yang sedang galau karena cinta.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Aku sudah sering merasakan apa yang kujalani bukanlah hal yang kuimpikan, kurencanakan, atau kuinginkan sebelumnya. Hampir semua proses hidupku berbanding terbalik dengan apa yang pernah berjejer rapi di rencana. Awalnya aku mengumpat habis-habisan takdirku. Aku tidak terima dengan pilihan Allah. Lalu lama-lama, aku baru menyadari bahwa apa yang ditakdirkan Allah adalah yang terbaik untukku.

Seperti misalnya, aku pernah bermimpi kuliah di salah satu Universitas bergengsi di Malang. Begitu aku menggilai tempat itu. Mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang kuliah di sana. Sampai aku mati-matian mencari di google nama dan nomor telepon kakak-kakak kelasku untuk kutanyai banyak hal. Siang dan malam aku belajar untuk berjuang masuk menjadi bagian kampus itu.

Nyatanya, hasil tak selalu sebanding dengan usaha. Karena katanya, usaha itu ibadah dan hasil adalah takdir. Aku ditakdirkan oleh Allah dilempar jauh ke kota di hampir ujung timur Pulau Jawa, ya Jember. Awal berada di sana aku merutuki diri habis-habisan. Aku merasa gagal karena tidak bisa masuk di kampus bergengsi itu. Aku merasa kalah dengan teman-temanku yang bisa menaklukkan tempat itu. Tapi apalah daya, mau tidak mau aku harus menerima semua hal ini. Suka tidak suka aku harus menjalani semuanya.

Perjalananku di sana tidaklah mudah. Aku dipenuhi dengan rasa tidak nyaman, penyesalan, dan ketakutan tentang banyak hal. Meski aku menjadi manusia yang tidak pandai bersyukur, nyatanya Allah tetap memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya. Sampai aku dipertemukan di sebuah komunitas yang mengubah banyak hal, entah itu gaya hidup, pemikiran, dan cara pandang.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Senja di Kota Mojokerto yang masih basah sore ini


Setiap waktu kita harus bersiap-siap berpindah tempat, posisi, peran, atau segala macamnya. Hidup kadang lucu, membuat pelakunya terheran-heran karena terlalu cepat berpindah. Sepekan lalu aku masih duduk manis di dalam ruangan bimbingan belajar sebagai korektor (koreksi soal), lalu pekan ini aku sudah duduk di dekat jendela kota sebelah sambil menikmati hujannya. Kota yang udaranya kalau nggak panas ya hangat. Susah sekali untuk merasakan dingin di sini kecuali menggunakan pendingin ruangan. Kota bekas kerajaan Majapahit, yaitu Kota Mojokerto.

Sampai sekarang aku masih merasa mimpi. Ini beneran ya, ucapku berkali-kali. Aku pun tak menyangka dalam waktu sepekan Allah sudah memindahkan aku dari tempat satu ke tempat lainnya, dari peran satu ke peran lainnya. Sampai-sampai saat aku pamitan, pemilik franchise bimbel ternama itu kecewa denganku. “Kenapa mendadak sekali Mbak Anik?” tanyanya dengan nada rendah. Aku tahu ini begitu cepat kilat sekali. Beliau bilang kenapa aku tidak menceritakan dari awal jika aku sedang mencari kerja di tempat luar. Agar beliau bersiap-siap menyiapkan orang untuk mengganti kepindahanku katanya. Apalagi saat aku pamitan, beliau sedang menyiapkan kelas baru yang katanya sudah ditentukan akulah korektornya. Aku tak tahu masalah ini, beliau pun juga tak cerita kepadaku. Bagaimana pun itu, aku yang salah. Kuakui itu.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About Me

Foto saya
Anik's Blog
Hi, ini tempat pulangnya Anik. Berisi hal-hal random yang rasanya perlu ditulis.
Lihat profil lengkapku

Pengikut

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Tumblr

Member Of

1minggu1cerita

Categories

  • Blogwalking
  • Calon Ibu
  • FIKSI
  • Flashback
  • Kerelawanan
  • Obrolan Cermin
  • Review Ala-Ala
  • Sudut Pandang Pernikahan

Postingan Populer

  • Rezeki Tak Perlu Dicari
  • Hujan-Hujan di Bulan Juni
  • Inilah 5 Cara Bahagia Jadi Jofis (Jomblo Fi Sabilillah)
  • Menikah itu Bukan Sekadar untuk Memilikinya, tetapi Demi Menambah Kecintaan kepada-Nya
  • (Review) Pertanyaan Tentang Kedatangan

Blog Archive

  • Maret 2024 (1)
  • Februari 2024 (1)
  • Juli 2023 (2)
  • Agustus 2021 (1)
  • Juli 2021 (2)
  • September 2020 (2)
  • Agustus 2020 (4)
  • Juli 2020 (3)
  • Juni 2020 (7)
  • Mei 2020 (17)
  • April 2020 (4)
  • September 2019 (1)
  • Agustus 2019 (3)
  • Juli 2019 (9)
  • Juni 2019 (4)
  • Mei 2019 (3)
  • April 2019 (1)
  • Maret 2019 (7)
  • Februari 2019 (3)
  • Januari 2019 (3)
  • Oktober 2018 (6)
  • Maret 2018 (22)
  • Februari 2018 (14)
  • Agustus 2017 (7)
  • Juli 2017 (11)
  • Juni 2017 (11)
  • Mei 2017 (1)
  • April 2017 (5)
  • Maret 2017 (3)
  • Februari 2017 (4)
  • Januari 2017 (14)
  • Desember 2016 (12)
  • November 2016 (2)

Created with by ThemeXpose