Sepucuk Surat Merah Hati (CERBUNG)
“Diatas semua cerita, jodoh bukan cuma soal
perasaan. Semoga Tuhan menyembuhkan semua hati yang terluka”
-Unknown-
Kita
baru saja mengecap bahagia merayakan kebersamaan tahun keempat kita. Kau menaruh rangkaian bunga mawar di depan rumah, dan selembar
kertas merah jambu bertuliskan kata-kata panjatan doa untuk hubungan kita agar tetap bersama sampai ikatan suci menyatukan. Aku
tersenyum membacanya.
Ini
sudah menjadi ritual tahunan agar hubungan kita semakin manis. Namun sayangnya,
ini kali pertama tidak ada agenda dinner
untuk merayakan seperti tahun-tahun lalu. Mendadak malamnya kau bilang ada
acara keluarga di kota sebelah.
Aku
mengiyakan, toh dinner tidak harus
dilakukan malam itu juga. Kita juga sudah sering menghabiskan waktu bersama. Lunch setelah kau menjemputku kuliah,
menonton di bioskop saat ada film terbaru, atau hanya sekadar berjalan-jalan di
taman kota pada Sabtu malam.
Kukira,
kau hanya sehari dua hari di kota sebelah. Ternyata hari ketiga kau bilang, ada
urusan pekerjaan yang harus kau urus di sana. Aku tak ingin
bertanya lebih jauh. Aku menunggumu pulang dan bercerita sendiri hal apa saja
yang kau lakukan di sana.
Aku
termangu dalam lamunan hampir dua jam membayangkan sosokmu yang jauh dalam
jangkauan tangan. Terbungkam oleh ketidakhadiranmu selama dua minggu ini. Tak kutemukan
pesan singkat darimu memberi kabar bahwa kau baik-baik saja.
Setiap hari dua puluh empat jam berjalan
melambat. Kuhabiskan waktu yang merangkak hanya untuk mengingat sosokmu.
Kulirik ponsel berkali-kali. Tidak ada tanda pesan masuk membawa kabar baik
darimu.
Entah, sudah berapa puluh kali aku
menelepon dan mengirimkan pesan singkat. Tak satu pun ada pesan yang terbalas,
dan telepon yang kau terima.
Aku belum pernah merasa sedemikian
berat menjalani hubungan ini. Kau ingat, kita selalu tahan banting menghadapi
berpuluh masalah, mulai dari masalah sebesar kutu sampai masalah maha dahsyat
yang hampir menenggelamkan cerita kita selama empat tahun ini.
Hanya karena jarak dan rindu yang perlahan
semakin menyesakkan, membuatku segila ini. Sungguh, jarak adalah tuan terjahat
yang memisahkan kita. Membuat kita dibelenggu rindu berkepanjangan yang hanya
bisa diobati oleh pertemuan.
Aku belum pernah merasa sedemikian rindu
pada percakapan singkat via telepon pagi-pagi—selepas aku tersadar dari mimpi.
“Morning,
Princess.”
Aku tertawa geli mendengar setiap
sapaanmu di kala embun membasahi daun. Aku hanya menyahut, “Hmhm ... Morning.” Dan sambungan telepon kuputus.
Lalu aku buru-buru ke kamar mandi. Bersiap dan bersolek agar terlihat manis
saat kau menjemput jika ada kuliah pagi.
Karena memang hanya seperti itu
percakapan rutin yang kita lakukan setiap membuka hari. Singkat, tetapi jika
terlewat sehari saja rasanya seperti mobil yang kehilangan salah satu rodanya.
Aku belum pernah merasa sedemikian
rindu pada kedatanganmu diam-diam di depan rumah sambil membawakan sekotak
martabak pada suatu malam.
Dan aku pura-pura tidak terkejut. Padahal
dalam hati aku ingin berjingkrak girang saat melihat teman yang dimaksud mama mencariku adalah dirimu.
Yah begitulah, aku selama ini memang
lebih dingin kepadamu. Aku lebih suka menggodamu dengan sikap yang cuek.
Aku memang tidak suka pada hal-hal
yang berlebihan, kecuali setiap perhatian yang kau berikan untukku. Aku tidak
suka panggilan kesayangan seperti pasangan anak SMA. Kau menyebut namaku saja
sudah terdengar romantis bagiku.
Aku meringkuk di bawah balutan
selimut. Berjam-jam duduk sambil melamunimu membutuhkan banyak tenaga, dan aku
lelah. Aku butuh banyak protein untuk menghadapi kenyataan hari-hari besok saat
kau belum memberi kabar.
Dari tadi sore lampu kamar sengaja
kumatikan agar mama mengira aku sudah tidur. Aku tidak ingin diganggu saat ini.
Bercumbu dengan kenangan-kenangan
denganmu membuatku sudah sibuk dan enggan untuk bertemu siapa pun.
To be continued!
8 komentar
Nice cerpen..tpi emang sdikit dialognya ya..hehe...
BalasHapusIni cerbung, Mas. Awalan masih dikit dialognya :) jangan lupa baca selanjutnya, ya. :)
HapusEh iya deng...cerbung..hehe...sory mbak salah ngetik...
HapusNext
BalasHapuswewwwww kece. lanjut ke 2
BalasHapusJangan bosen baca, Mbak :)
HapusMbak anik! Keren ceritanya. Aku baru sempet baca. Tahu-tahu udah berepisode" :) ^_^
BalasHapusTerima kasih, Put. Jangan bosen baca trus ya :)
BalasHapus