Doa yang Baru Terpikirkan

by - 20.58

Sehabis Isya' tadi jalan-jalan sebentar ke instagram. Melihat ada seorang teman yang membagikan postingan tentang acara di TV One yang sedang mewawancarai seorang suami yang menuntut pihak rumah sakit karena istrinya dimandikan oleh petugas pria. Parahnya, mereka juga memfoto jenazah yang telanjang tersebut, dengan alasan untuk dokumentasi. Dalam aturan Islam, menjaga aurat seorang mayat adalah sebuah keharusan. Bagaimana pun mayat harus tetap dimuliakan. 

Melihat si suami yang menangis setengah menjerit meminta pihak rumah sakit diadili, aku terenyuh. Ia sadar hal itu menjadi tanggung jawabnya. Menuntut hak istri untuk dijaga auratnya meski sudah tidak lagi bernyawa. 

Aku teringat dengan cerita Ustadz Hanan yang selalu berdoa agar ibunya dijaga auratnya oleh Allah ketika meninggal. Sebelumnya Ustadz Hanan bercerita alasan beliau kenapa sampai kepikiran untuk mendoakan demikian. Tapi aku lupa. :D 

Lalu ternyata ketika tsunami tahun 2004 menyapu bersih daratan Aceh, ibu beliau menjadi salah satu korbannya. Alhamdulillah, ibunya ditemukan dalam keadaan masih tertutup oleh baju dan jilbab. Padahal terjangan ombak yang bisa memporak-porandakan daratan, tentu sangat mudah untuk menghempaskan pakaian yang dipakai korban. Saat itu juga aku berpikir, iya juga ya, kenapa aku nggak kepikiran untuk berdoa semacam ini.

Setelah mendengar cerita ini, aku belum pernah mendoakan diriku sendiri atau ibuku dengan doa yang sama. Karena belum kebiasaan dan lagi-lagi cerita Ustadz Hanan menguap begitu saja terlupakan. 

Allah mengingatkanku lagi dengan cerita beliau ketika 2018 lalu aku berkesempatan untuk menjadi relawan di Palu. Jadi waktu itu aku mendapat pos di rumah bapak kepala adat. Kalau sore hampir tidak pernah mandi karena tidak sempat dan buka prioritas ketika di sana. Haha

Dua minggu di sana setiap hari aku mandi selalu di atas pukul 9 malam. Waktu itu listrik sering mati tiba-tiba, syukurnya di rumah kepala adat ini ada genset tapi tidak sering digunakan. Dan gempa juga masih sering mengguncang tiba-tiba. Suatu malam pas ketepatan aku yang mandi, lampu mati begitu lama. Bapak pemilik rumah meneriakiku untuk sabar sebentar karena genset sedang berusaha untuk dinyalakan. 

Di dalam kamar mandi dalam keadaan gelap dan aku tak bisa berbuat apa-apa, pikiranku kacau mengingat kemungkinan terburuk. Fyi, aku ini orangnya overthinking. Kalau takut bisa sangat parah, pikiran tidak terkendali membayangkan banyak hal. Aku jadi ingat cerita ibu-ibu tetangga bapak kepala adat, saat gempa sore itu terjadi beliau sedang mandi lalu langsung lari mengambil handuk dengan panik. Untungnya, sore menjelang Maghrib keadaan belum terlalu gelap. 

Tapi syukurnya, aku tidak mengalami seperti yang beliau ceritakan. Lampu nyala dan aku bisa melanjutkan aktivitas lagi. 

Setelah keluar dari kamar mandi, aku bersyukur berulang kali masih dijaga oleh Allah. Aku jadi teringat dengan cerita Ustadz Hanan. Beberapa hari disana aku merapalkan doa itu terus, memohon diberi keselamatan dan dijaga auratku dalam keadaan apapun. Lalu setelah pulang ke Jawa, aku lupa lagi untuk berdoa hal itu. Karena sudah merasa di tempat yang aman, jadi tidak terpikir lagi untuk berdoa seperti itu. Padahal seharusnya aku tetap merapalkannya karena untuk menjaga apa pun yang akan terjadi nantinya. Seperti halnya, dengan berita yang tersebar bulan puasa lalu di kotaku--Kediri. Ada seorang perempuan yang dijambret ketika mengendarai motor. Perempuan itu sampai terjatuh dari motor dan meninggal di tempat. Fotonya tersebar luas di media sosial dengan baju tersingkap dan bagian perutnya terlihat. 

Doa ini yang mungkin hampir sering terlupakan, padahal sangat penting untuk dimohonkan. 

*) Sorry ya, lama nggak nulis di blog jadi kaku gini



You May Also Like

4 komentar

  1. Beberapa hari yg lalu aku juga lihat itu berita di media sosial. Sedih sih, pasti sebagai suami merasa agak gimana gitu yaaa istrinya dimandikan oleh orang lain, ditambah lagi difoto-foto pulaak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. pasti sangat sedih dan terpukul mas. Aku sendiri gak tega pas denger penjelasan beliau sambil nangis.

      Hapus
  2. Terima kasih Kak, tuliasannya sangat menginspirasi

    BalasHapus
  3. Terima kasih kak sudah menulis tentang ini, saya juga baru kepikiran kenapa dari dulu tidak berdo'a seperti ini:')

    BalasHapus