Satu Doa Ibuku Terkabul

by - 22.17

Nggak tahu kenapa mulai kemarin setelah Maghrib aku seperti orang hamil tua yang bingung memilih posisi tidur. Nggak enak mau ngapa-ngapain. Mau baca tapi pikiran nggak bisa fokus, nulis tapi hati lagi merasa nggak enak entah karena apa. Makan juga nggak terlalu berselera. Duduk, berdiri, tiduran, juga nggak nemu posisi yang pas. Padahal kemarin-kemarin sudah semangat mau nulis tulisan series di blog, alamak kalau begini terus kapan selesainya, kan. Akhirnya malam ini nyoba ngetik pakai laptop dan menjauhkan diri dari hp, siapa tahu aku hanya sedang bosan kebanyakan mainan media sosial. Aku sedang jenuh dengan rutinitas yang itu-itu saja. Padahal sudah lama nggak nulis di laptop karena mager bukanya dan nggak bisa ngetik sambil rebahan. 

Okee, itu tadi sebenarnya belum termasuk postingan. Masih kalimat intermeso aja. Wkwkwk. Postingan yang sebenarnya ada di bawah ini.
-------------------------------------------------




“Kali ini satu doa ibumu terkabul lagi.” Satu direct message di instagram kubaca. 

“Doa yang apa?”

“Kamu dapat buku.”

“Ibuku kayaknya nggak pernah doain aku dapat buku.”

“Kan doa nggak harus spesifik, ibumu pasti berdoa agar kamu selalu bahagia, salah satunya dengan dapat buku.”

“Oh, ya juga ya wkwkwk,” balasku.

Aku tidak paham ini sebenarnya perkenalan macam apa. Aku sendiri heran kenapa hidupku banyak rencana Tuhan yang dikemas semacam kebetulan. Kemarin pagi baru aku mengaktifkan ponsel, DM seseorang tadi masuk menawari untuk mengirim buku yang dia punya. Katanya koleksinya sudah terlalu banyak dan hanya ingin menyimpan beberapa saja. Tanpa bertanya banyak hal setelah aku bersedia menerima bukunya dia meminta alamat rumah untuk pengiriman. Meski sebenarnya aku berpikir keras, ini orang sebenarnya siapa kenapa tiba- tiba milih aku untuk dikirimi buku. Jangan-jangan penipuan untuk mendapatkan alamat dan nomor ponsel korban. Wkwkwkwk

Tapi keraguanku hanya sedikit, nggak deh, ini orang baik kayaknya. Instingku berkata seperti itu. Setelah aku mengirim alamat, kita ngobrol. Daaaaan, hal yang paling mengejutkan adalah ternyata dia asli Jember dan alumni di universitasku dulu. Alamak, kebetulan macam apa ini, kan. Lalu dia mengirimi foto bukunya yang bertanda tangan Sujiwo Tedjo yang akan dikirim untukku. Hm, padahal beberapa hari lalu aku sempat batin pengen baca bukunya beliau. Aku baru sadar sekarang, pas itu aku tidak bilang ingin beli bukunya, tapi baca bukunya. Daan, inilah jawaban hasil dari kebatinanku. Wkwk. Aku juga cerita hal ini ke dia.

Obrolan kita berlanjut begitu saja seperti sudsh lama kenal. Merambat-rambat membicarakan hal lain tentang jurusan dan korelasi pekerjaan seseorang ke depan. “Pekerjaan seseorang kan nggak harus sama dengan jurusan. Hidup itu penuh tebakan,” tulisku di ruang percakapan kita.

“Seperti kamu dapat buku yang kamu mau juga bukan hal yang bisa ditebak, ya.”

“Wkwkwkwk nah itu salah satunya.”

Sebulanan ini dapat tiga paket isinya buku semua. Dan semua juga nggak ketebak. Pertama dari event Sebuku Sepekan. Awalnya admin sudah bilang aku telat mendaftar dan tidak memiliki kesempatan untuk dapat buku dan voucher Gramedia. Kubilang nggak apa-apa, aku cuma ingin masuk event baca buku agar aku rajin baca dan review. Tantangan baca harusnya sampai pekan kelima, tapi dilanjut sampai pekan enam tanpa pemberitahuan. Aku mah cuek aja soalnya memang cuma pengen review buku. Ternyata pas pengumuman namaku tercantum dapat buku dan voucher. Hm, senangnya dalam hati. Karena ada perpanjangan waktu jadinya terkejar satu pekan ketertinggalanku.

Kedua, dari seorang teman yang kupikir ngirim buku untuk dipinjami. Ternyata dikasih tiga buku. Lalu yang ketiga teman baru yang tadi. Dia bilang, "Tolong dijaga, ya! Itu buku kesayangan banget sih." Kalau aku jadi dia nggak bakal aku ngasih buku itu ke orang lain, udah kesayangan ada tanda tangan penulisnya lagi. 

Sebenarnya kalau cerita dikasih buku tuh banyak banget, ketemu tiba-tiba dikasih, dimintain alamat tiba-tiba dikirimin paketan. Cerita yang paling nggak nyangka baru yang ini tadi.

Sore setelah dia mengirim resi pengiriman, aku berpikir, bener orang baik nih, nggak macem-macem dia. Wkwkwkwkwk duh map ya, bukan suudzon. Kejahatan di zaman sekarang berbagai macam rupa sampai yang benar-benar tulus dan modus bedanya sangat halus nggak bisa dirasa. Haha

Aku sebenarnya sempat tanya sama si dia ini, “Kamu dapat akunku dari akun Y ya?” kulihat following kita sama-sama follow akun nulis Y. Kemarin seingatku aku sempat komen di sana. Dia bilang iya.

Lalu kutanya, “Yang komentar di sana emangnya kamu DM semua untuk ditawari buku?”

Dia bilang, “Enggalah, aku pas lihat akunmu aja trus ternyata kamu ngurus akun review buku jadi akhirnya kukasih.”

Ooh, dari situ aku berpikir Tuhan bisa saja menuntun jalan takdir melalui jempol kita. Apa yang dipilih jempol kita merupakan bagian juga dari takdir-Nya.




You May Also Like

0 komentar