Good Night, July!
https://www.pixelscrapper.com |
Aku tahu ketika bulanmu datang, belum banyak perubahan
yang kulakukan. Aku masih berjuang melawan kemalasan, masih suka menunda-nunda.
Miris ya, gapapa, bismillah mulai
berubah lagi. Semoga project yang
direncanakan akan segera selesai.
Malam ini aku ingin bercerita sesuatu yang terjadi
pada bulan Februari lalu. Tanpa bulan-bulan sebelumnya, langkahku tak akan
sampai di bulan Juli. Maka setiap rekam peristiwa di bulan-bulan lalu adalah
bagian dari bulan Juli. Tentang sebuah kekuatan hati atau sinyal yang
tersambung langsung dari Tuhan.
Jadi begini, bulan Februari tepatnya tanggal 4 aku
mendapat informasi bahwa telah diterima di perusahaan bimbingan belajar
tempatku sekarang. Bertempat di luar kota tak jauh dari kota kelahiran, namun aku
tak pernah mencoba untuk menjajakinya. Aku sama sekali buta tentang kota ini
kecuali letak terminal busnya. Karena selama 4,5 tahun aku sering berwira-wiri
menyinggahinya kala ke perantauan.
Aku mendapat kabar dari seorang kontak yang diberikan
pihak pusat bahwa tempat kosku akan dicarikan. Aku bersuka cita mendengarnya. Setelah
orang ini mengirim foto kosan yang dia dapat dengan harga cukup murah apalagi
fasilitas kamar mandi dalam, aku mengiyakan tapi dalam hati belum ada keyakinan
untuk benar-benar memilihnya. Tiba-tiba aku kepikiran untuk mencari via
instagram, ketemulah aku dengan akun kos muslimah di pusat Kota Mojokerto. Kosan
ini bagus, bersih, harganya memang lebih mahal dari harga yang ditawarkan
temanku sebelumnya. Kucari lagi kos yang lain, tidak ada. Mungkin ada, tapi
tidak menggunakan instagram sebagai media promise. Hanya kos muslimah itulah yang dekat dengan
pusat kota letak tempat kerjaku berada. Sedangkan yang lainnya berada di
kabupaten. Aku tertarik dengan namanya yang kos muslimah. Bagiku kos putri dan
kos muslimah itu berbeda. Kalau kos muslimah pasti di dalamnya lebih terjaga dan
ada unsur keislamannya.
Aku tertarik dengan kos tersebut, sayangnya ada hal
lain yang kupertimbangkan. Kala itu bertepatan dengan bulan dimana aku akan
melaksanakan wisuda program sarjana. Tentu banyak pengeluaran dan di kos ini
menerapkan membayar lunas di awal. Sebenarnya kos ini adalah fasilitas dari
kantor, sehingga bukan aku yang membayar. Hanya saja khawatir jika sistemnya
aku yang bayar dulu baru diganti kantor. Meski nanti diganti, di saat
pengeluaran sedang banyak-banyaknya nominal itu terasa memberatkan. Aku konsultasi
dengan bapak—bagian keuangan keluarga. Bapak diam, aku tahu itu tandanya beliau
tidak menyetujui. Karena aku paham betul ketika bapak menyetujui sesuatu tanpa
keraguan beliau langsung mengungkapkan.
Kos yang ditawari temanku ini letaknya memang lebih
jauh dari tempat kerjaku, apalagi aku tidak bisa naik motor sehingga harus
mengandalkan ojek online. Setelah kuhitung-hitung, ternyata biaya kos dan
ongkos ojek selama sebulan jika ditotal kedua kos ini sama saja. Dan keunggulan
kos muslimah ini fasilitasnya sudah AC meski tidak kamar mandi dalam. Tapi aku
sudah terlanjur bilang ke ibu kosnya bahwa aku tidak jadi menempati karena
keberatan jika sistemnya bayar di depan. Aku mengetik pesan itu dengan berat
hati sambil bilang, “Bu, nanti jika sebulan saya sudah bekerja kalau memang
kosnya masih kosong saya akan pindah ke sana.” Aku sampai bilang begitu karena
aku merasa sangat cocok dengan kos tersebut.
Entah kenapa, bapak berulang kali bilang, “tapi kok
kayaknya enakan kos yang kamu cari itu, ya. Coba tanya kosnya dekat masjid
nggak?” Aku menghubungi lagi ibu kos tadi. Katanya kosnya dekat masjid, tinggal
nyeberang jalan sudah sampai. Setelah aku bilang ke bapak, beliau bilang, “Cari
yang dekat masjid aja. Ambil aja gapapa.” Aku masih tidak yakin bapak menjawab
itu, kutanya lagi, “Beneran, Pak?” Bapak dengan mantap menjawab, “Iya gapapa.”
Setelah hari Minggu tanggal 10 Februari aku sampai
Mojokerto dan langsung ke kos tersebut, aku suka dengan kosnya. Dari segi
kebersihan, sangat bersih. Letak tempatnya enak, kamarku dekat dengan dapur,
kamar mandi, tempat cuci baju, dan ruang nonton TV. Bahkan, kamarku
satu-satunya yang mempunyai jendela mengarah ke luar bisa lihat jalanan. Itu yang
sangat aku sukai.
Malam harinya ibu kosku di lantai dua depan ruang tv
bersama mbak kos ketika aku pulang membeli makan. Mbak kosku ini sebut saja
Mbak Ayu bilang begini, “Untung ya Mbak Anik pertama merantau di Mojokerto
langsung dapat kos ini.” Aku jawab, “Iya enak ya mbak kos sini letaknya
strategis dekat pusat kota.” Mbak kosku itu berpandangan dengan bu kos sambil
cengengesan lalu bilang, “Bukan masalah strategisnya sih, Mbak.” Aku bingung
dengan ucapan dia lalu bertanya lagi, “Lalu, Mbak?” Kemudian bu kos menyahut, “Saya
awalnya nggak tahu, saya dikasih tahu Mbak Ayu ini kalau ternyata di Mojokerto
cari kos yang nggak campur itu sulit, Mbak. Di sini kan kebanyakan pekerja,
jadi kosnya kebanyakan bebas dan campur laki-laki perempuan.”
Mbak Ayu menyambung ucapan Ibu Kos, “Aku mbak sampai 3
kali ganti kos karena awalnya ibu kosnya bilang nggak campur tapi ternyata
campur. Laki-laki dan perempuan keluar masuk kamar itu sudah biasa. Dan
ternyata di kosanku itu ada wanita malam dulu mbak, aku lihat pakaiannya dan
sering diantar jemput laki-laki ganti-ganti.”
Aku kaget saat itu juga. Aku merasa diselamatkan oleh
Allah untuk tetap bersama orang-orang baik. “Kalau saya memang tidak sembarang
orang saya terima di kos ini, Mbak. Sangat hati-hati sekali. Karena saya di
sini kan jaga anak gadis orang. Anak saya semuanya merantau kalau saya menjaga
anak orang insyaallah anak saya juga dijaga di sana.”
Sampai aku menulis ini aku masih kagum dengan sinyal
yang diberikan Allah berupa keyakinanku untuk memilih kala itu. Terlepas dari
kos yang dicarikan temanku itu kos putri atau campur, tapi di tempat kosku
muslimah yang sekarang ini sangat nyaman dan kondusif. Orang-orang di sini pun
juga ramah. Kos ini tidak bisa bebas untuk keluar masuk orang asing, karena
setiap keluar masuk gerbang harus dikunci. Hanya menggunakan satu pintu dengan
ibu kos. Dan sangat terjamin keamanannya. Sepulang wisuda orangtuaku mampir ke
kos untuk melihat dan menginap sehari. Setelah itu beliau sudah lega ketika aku
mendapat tempat yang insyaallah aman untuk pergaulan anak gadisnya.
0 komentar