Good Night, July!

by - 20.41


https://www.pixelscrapper.com

Aku tahu ketika bulanmu datang, belum banyak perubahan yang kulakukan. Aku masih berjuang melawan kemalasan, masih suka menunda-nunda. Miris ya, gapapa, bismillah mulai berubah lagi. Semoga project yang direncanakan akan segera selesai.

Malam ini aku ingin bercerita sesuatu yang terjadi pada bulan Februari lalu. Tanpa bulan-bulan sebelumnya, langkahku tak akan sampai di bulan Juli. Maka setiap rekam peristiwa di bulan-bulan lalu adalah bagian dari bulan Juli. Tentang sebuah kekuatan hati atau sinyal yang tersambung langsung dari Tuhan.

Jadi begini, bulan Februari tepatnya tanggal 4 aku mendapat informasi bahwa telah diterima di perusahaan bimbingan belajar tempatku sekarang. Bertempat di luar kota tak jauh dari kota kelahiran, namun aku tak pernah mencoba untuk menjajakinya. Aku sama sekali buta tentang kota ini kecuali letak terminal busnya. Karena selama 4,5 tahun aku sering berwira-wiri menyinggahinya kala ke perantauan.


Aku mendapat kabar dari seorang kontak yang diberikan pihak pusat bahwa tempat kosku akan dicarikan. Aku bersuka cita mendengarnya. Setelah orang ini mengirim foto kosan yang dia dapat dengan harga cukup murah apalagi fasilitas kamar mandi dalam, aku mengiyakan tapi dalam hati belum ada keyakinan untuk benar-benar memilihnya. Tiba-tiba aku kepikiran untuk mencari via instagram, ketemulah aku dengan akun kos muslimah di pusat Kota Mojokerto. Kosan ini bagus, bersih, harganya memang lebih mahal dari harga yang ditawarkan temanku sebelumnya. Kucari lagi kos yang lain, tidak ada. Mungkin ada, tapi tidak menggunakan instagram sebagai media promise.  Hanya kos muslimah itulah yang dekat dengan pusat kota letak tempat kerjaku berada. Sedangkan yang lainnya berada di kabupaten. Aku tertarik dengan namanya yang kos muslimah. Bagiku kos putri dan kos muslimah itu berbeda. Kalau kos muslimah pasti di dalamnya lebih terjaga dan ada unsur keislamannya.

Aku tertarik dengan kos tersebut, sayangnya ada hal lain yang kupertimbangkan. Kala itu bertepatan dengan bulan dimana aku akan melaksanakan wisuda program sarjana. Tentu banyak pengeluaran dan di kos ini menerapkan membayar lunas di awal. Sebenarnya kos ini adalah fasilitas dari kantor, sehingga bukan aku yang membayar. Hanya saja khawatir jika sistemnya aku yang bayar dulu baru diganti kantor. Meski nanti diganti, di saat pengeluaran sedang banyak-banyaknya nominal itu terasa memberatkan. Aku konsultasi dengan bapak—bagian keuangan keluarga. Bapak diam, aku tahu itu tandanya beliau tidak menyetujui. Karena aku paham betul ketika bapak menyetujui sesuatu tanpa keraguan beliau langsung mengungkapkan.

Kos yang ditawari temanku ini letaknya memang lebih jauh dari tempat kerjaku, apalagi aku tidak bisa naik motor sehingga harus mengandalkan ojek online. Setelah kuhitung-hitung, ternyata biaya kos dan ongkos ojek selama sebulan jika ditotal kedua kos ini sama saja. Dan keunggulan kos muslimah ini fasilitasnya sudah AC meski tidak kamar mandi dalam. Tapi aku sudah terlanjur bilang ke ibu kosnya bahwa aku tidak jadi menempati karena keberatan jika sistemnya bayar di depan. Aku mengetik pesan itu dengan berat hati sambil bilang, “Bu, nanti jika sebulan saya sudah bekerja kalau memang kosnya masih kosong saya akan pindah ke sana.” Aku sampai bilang begitu karena aku merasa sangat cocok dengan kos tersebut.

Entah kenapa, bapak berulang kali bilang, “tapi kok kayaknya enakan kos yang kamu cari itu, ya. Coba tanya kosnya dekat masjid nggak?” Aku menghubungi lagi ibu kos tadi. Katanya kosnya dekat masjid, tinggal nyeberang jalan sudah sampai. Setelah aku bilang ke bapak, beliau bilang, “Cari yang dekat masjid aja. Ambil aja gapapa.” Aku masih tidak yakin bapak menjawab itu, kutanya lagi, “Beneran, Pak?” Bapak dengan mantap menjawab, “Iya gapapa.”

Setelah hari Minggu tanggal 10 Februari aku sampai Mojokerto dan langsung ke kos tersebut, aku suka dengan kosnya. Dari segi kebersihan, sangat bersih. Letak tempatnya enak, kamarku dekat dengan dapur, kamar mandi, tempat cuci baju, dan ruang nonton TV. Bahkan, kamarku satu-satunya yang mempunyai jendela mengarah ke luar bisa lihat jalanan. Itu yang sangat aku sukai.

Malam harinya ibu kosku di lantai dua depan ruang tv bersama mbak kos ketika aku pulang membeli makan. Mbak kosku ini sebut saja Mbak Ayu bilang begini, “Untung ya Mbak Anik pertama merantau di Mojokerto langsung dapat kos ini.” Aku jawab, “Iya enak ya mbak kos sini letaknya strategis dekat pusat kota.” Mbak kosku itu berpandangan dengan bu kos sambil cengengesan lalu bilang, “Bukan masalah strategisnya sih, Mbak.” Aku bingung dengan ucapan dia lalu bertanya lagi, “Lalu, Mbak?” Kemudian bu kos menyahut, “Saya awalnya nggak tahu, saya dikasih tahu Mbak Ayu ini kalau ternyata di Mojokerto cari kos yang nggak campur itu sulit, Mbak. Di sini kan kebanyakan pekerja, jadi kosnya kebanyakan bebas dan campur laki-laki perempuan.”

Mbak Ayu menyambung ucapan Ibu Kos, “Aku mbak sampai 3 kali ganti kos karena awalnya ibu kosnya bilang nggak campur tapi ternyata campur. Laki-laki dan perempuan keluar masuk kamar itu sudah biasa. Dan ternyata di kosanku itu ada wanita malam dulu mbak, aku lihat pakaiannya dan sering diantar jemput laki-laki ganti-ganti.”

Aku kaget saat itu juga. Aku merasa diselamatkan oleh Allah untuk tetap bersama orang-orang baik. “Kalau saya memang tidak sembarang orang saya terima di kos ini, Mbak. Sangat hati-hati sekali. Karena saya di sini kan jaga anak gadis orang. Anak saya semuanya merantau kalau saya menjaga anak orang insyaallah anak saya juga dijaga di sana.”

Sampai aku menulis ini aku masih kagum dengan sinyal yang diberikan Allah berupa keyakinanku untuk memilih kala itu. Terlepas dari kos yang dicarikan temanku itu kos putri atau campur, tapi di tempat kosku muslimah yang sekarang ini sangat nyaman dan kondusif. Orang-orang di sini pun juga ramah. Kos ini tidak bisa bebas untuk keluar masuk orang asing, karena setiap keluar masuk gerbang harus dikunci. Hanya menggunakan satu pintu dengan ibu kos. Dan sangat terjamin keamanannya. Sepulang wisuda orangtuaku mampir ke kos untuk melihat dan menginap sehari. Setelah itu beliau sudah lega ketika aku mendapat tempat yang insyaallah aman untuk pergaulan anak gadisnya.


You May Also Like

0 komentar