Islam dan Batasan Pergaulan

by - 20.33

@YufidTV


Di usiaku yang sudah dua tahun lebih ini sudah bukan masanya untuk bermain-main dengan perasaan. Membuang-buang waktu jika masa pencarian ini dihabiskan hanya untuk orang yang tak berniat serius. Banyak cerita dari teman-temanku ketika mereka berpacaran lama tapi tak kunjung dikenalkan kepada orangtua, tak diajak ngobrol serius mengenai pernikahan, atau bahkan hanya di ajak ke sana sini tanpa status yang jelas. Dalam hatiku ingin bilang ke mereka, yaudahlah tinggalin aja! Tapi kutahan, tak jadi aku mengatakan itu. Ucapanku tertahan hanya sampai kerongkongan. Secuil kalimat itu bisa memporak-porandakan hati mereka. Karena ini tentang perasaan yang tak akan mudah untuk diputuskan. Ini perihal perasaan yang sudah mengakar terlalu dalam.

“Coba deh sekali-kali ajak dia ngobrol serius,” kataku suatu ketika. Si temanku ini berusaha mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan kepada pacarnya. Meski sampai sekarang nyatanya belum terealisasikan, entah apa pertimbangannya.

Atau ada juga cerita lain, seorang perempuan cantik di kota sana sering menghubungiku mengirimi potongan chattingnya dengan laki-laki. Si perempuan ini diberi tawaran menarik yaitu akan dinikahi, tapi belum tahu kapan. Masih mempersiapkan, begitu katanya. Aku menarik napas sesak. Sungguh, seindah apa pun dia merangkai kalimat untuk mengajak menikah, tapi dirinya sendiri masih terpontang-panting tak tahu kapan siap menikahi, itu sama saja dengan menggantung si perempuan. Tak ada kepastian yang jelas. “Dia bilang gitu ke kamu karena takut kamu diambil orang, makanya buru-buru bilang gitu padahal dirinya belum siap,” kataku suatu ketika ke perempuan itu.

Karena aku perempuan, maka tulisan ini bersudut pandang perempuan. Bukan bermaksud untuk menjelek-jelekkan laki-laki. Selama ini aku banyak bergaul dan mendengar cerita dari pihak perempuan. Meski ada juga cerita yang mampir di telingaku dari pihak laki-laki, ada perempuan yang mempermainkannya atau apalah itu yang berbau negatif. Sebenarnya ini bukan tentang gender, perempuan atau pun laki-laki pasti memiliki kelemahannya masing-masing. Dan itu tergantung pribadinya sendiri, tidak semua laki-laki berperangai buruk seperti banyak cerita yang beredar. Atau tidak semua perempuan memiliki kadar setia yang tinggi, banyak juga berita istri meninggalkan suaminya karena ada laki-laki idaman lain.

Sebenarnya yang ingin aku bahas adalah cara Islam mengatur pergaulan antara perempuan dan laki-laki. Aku pernah terjebak pada pergaulan yang salah. Pergaulan dengan laki-laki yang tidak memperhatikan syariat Islam. Dimana aku mengobrol via chatting dengan laki-laki membicarakan hal-hal receh hanya bercandaan tanpa tujuan yang jelas yang sebenarnya tidak diperbolehkan dalam agama kita. Dari pengalaman pribadi itu aku menarik kesimpulan bahwa Islam memberikan hukum dan batasan-batasan pada pergaulan lawan jenis sejatinya untuk menjaga setiap umatnya.

Coba seandainya banyak orang yang menerapkan hukum Islam dalam kehidupannya. Seperti misalnya, tidak chatting dengan lawan jenis apabila tidak ada kepentingan, tidak telepon tanpa ada tujuan yang jelas, tidak mengajak bertemu hanya berdua jika ada kepentingan syar’i, menjaga pandangan, menjaga interaksi dengan lawan jenis, dan lain-lain. Insyaallah nantinya tidak ada cerita perempuan baper, laki-laki tebar pesona, pemberi harapan palsu, dan lainnya. Karena semua orang paham akan batasannya. Pun ketika berniat baik untuk menikah, juga dengan cara yang baik. Tidak lantas berisik di chatting mengobral janji, tapi menunjukkan dengan kesungguhan hati akan datang dengan pembuktian keseriusannya.

Aku memilih tidak lagi pacaran semata juga bukan hanya karena Islam melarangnya. Tapi aku sudah membuktikan sendiri bahwa pacaran banyak mudharat (sisi negatifnya). Dimana hati kita menjadi lebih sering berharap ke manusia, karena perasaan cinta yang terlalu berlebihan kepada si pasangannya. Dan itu akan berimbas pada ibadah-ibadahnya yang semakin menurun. Dimana kita lebih sering disibukkan pada urusan duniawi, karena sibuk bertemu dengannya, chatting, telepon, video call, atau bahkan bertengkar. Hal-hal yang seharusnya tidak perlu dibuang hanya untuk orang yang belum jelas menjadi jodoh kita atau tidak. Usia yang seharusnya kita gunakan untuk menjadi produktif.

Maka aku tak bisa memberikan nasihat banyak atau jalan keluar yang jitu pada teman-teman yang curhat mengenai pacarnya. Ketika dia sudah berani mengambil keputusan untuk pacaran, ya maka harus siap menerima segala konsekuensinya. Entah itu yang tak kunjung dinikahi atau hanya diajak main tanpa ada perencanaan masa depan. Karena pada dasarnya orang yang berpacaran adalah mereka yang ingin mencicipi nikmatnya memiliki pasangan tanpa berikatan resmi yang menimbulkan tanggung jawab baru pada diri mereka.
Aku berkata seperti ini karena pernah merasakan betapa hati tidak tenang terombang-ambing bersama laki-laki yang hanya iseng mengajak kenalan, mengenalku hanya untuk menepis kesepian, dan tanpa tujuan yang jelas. Aku pernah merasakan pahitnya pacaran, dimana usiaku terbuang sia-sia untuk seseorang yang ternyata sekarang menjadi jodoh orang lain.

Baik, kalau boleh ada orang membantah dengan mengatakan bahwa banyak juga contoh orang yang berpacaran tapi berakhir di pelaminan. Tapi, bukankah menikah itu bertujuan untuk mendapatkan ridho Allah?

Bagaimana Allah bisa ridho ketika pernikahan diawali dengan hubungan yang jelas tak disukai-Nya? Mungkin hidup mereka akan berlangsung terlihat baik-baik saja. Mereka akan langgeng sampai akhir usia mereka. Tapi akankah sama rasanya dengan orang yang murni nikah karena ibadah, bukan hanya karena menginginkan memiliki orang yang mereka cintai?

Selama ini aku cenderung diam ketika mengetahui temanku pacaran, sebenarnya mereka semua tahu bahwa pacaran tidak diperbolehkan dalam Islam. Namun, hati mereka masih tertutup. Allah belum memberikan hidayah kepada mereka. Ada salah satu teman baikku yang sudah 5 tahun berpacaran. Dia pernah berkata seperti ini, “Nik, perasaan yang dipendam itu lebih berkelas. Kamu jangan sampai menyesal seperti aku, ya!” Entah, aku tak bertanya menyesal seperti apa dan karena apa yang dirasakannya. Bukan lagi sebuah rahasia, pasti menjalin hubungan pacaran ada problem pelik yang selalu terjadi.

Aku menyadari, ketika hatiku lebih berat kepada manusia. Berharap terlalu besar pada manusia, itu karena hatiku sedang jauh dari Allah. Imanku sedang melemah.

Aku yang sudah berani menulis ini, bukan berarti aku suci. Bukan berarti aku bersih sama sekali bisa menjaga penuh pergaulanku dengan laki-laki. Aku pun pernah beberapa kali jatuh pada lubang kesalahan yang sama. Meski sudah hijrah, tapi begitu mudahnya mempersilakan laki-laki untuk masuk ke kehidupanku dengan main-main. Alhamdulillah, saat aku menulis ini aku sudah dikembalikan oleh Allah ke jalan yang baik. Dan kuncinya, sebagai orang kita harus tegas. Jika sudah mengetahui dia tak ada niatan serius, lebih baik tinggalkan. Apabila kita meninggalkan karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Semoga tak terulang lagi. Semoga aku dan kalian selalu bisa menjaga diri dan mendapat hidayah dari Allah.

You May Also Like

0 komentar