Miracle Of Prayer
Orang
yang akan melakukan kebaikan selalu diuji oleh Allah, entah itu keadaan, niat
yang mulai goyah, atau hal lainnya. Sabtu lalu aku memberanikan diri mengikuti
kegiatan Tabligh Akbar di Rumah Zakat Malang. Kenapa aku bilang memberanikan
diri? Karena sebelum berangkat ke sana, banyak hal yang membuatku
mempertimbangkan rencana.
Dua
hari sebelum hari keberangkatan, ada kabar dari seorang teman bahwa kami
seangkatan tidak bisa pulang ke kampung halaman karena ada revisi makalah dari
dosen. Saat itu dosen masih sibuk urusan di luar kota, sehingga koreksinya
selalu ditunda. Lagi-lagi aku dibuat jengah oleh dosen yang selalu berlaku
seenaknya. Seminggu lalu bilang revisi kedua kemarin adalah revisi terakhir,
ternyata masih harus revisi lagi.
Parahnya,
pengumuman makalah yang direvisi diumumkan hari senin dan harus mengumpulkan hard file-nya. Sekelompokku tidak ada
yang berdomisili di Jember, dan sungkan kalau meminta bantuan dengan teman
lain.
Kalau
aku tidak bisa pulang, berarti gagal lah rencanaku ke Malang. Padahal dalam
hati kecilku ingin rasanya secepatnya berangkat, tapi selalu saja ada urusan
kampus yang membelit.
Aku
hubungi teman sekelompokku, mereka bilang tetap pulang hari Sabtu dan mereka memilih
tidak merevisi makalah. Sudah hampir
lebaran, masa harus di kampus mulu, begitulah keluh mereka yang mampir di
telinga.
Saat
aku menghubungi seorang teman yang kotanya berdekatan dengan kotaku, dia
bilang, pantang pulang sebelum revisian
kelar. Dengan sedikit ancaman dia mencoba memperingatkanku. Hati-hati ndak revisi, nanti dapat nilai C lo, meskipun cuma 2 SKS
eman tinggal akhirnya aja masa nyerah.
Mendengar
peringatannya, aku jadi berpikir berulang kali sampai suatu malam aku tidak
bisa tidur. Mungkin terdengar alay, ya memang alay. Tapi sungguh, saat itu aku
benar-benar dalam keadaan gelisah yang hebat.
Lalu,
suara hatiku mulai mengambil peran. “Tidak
ada yang mustahil bagi Allah. Yang memiliki hati manusia itu Allah. Bisa jadi
Allah membolak-balikkan hati dosenku agar tidak jadi revisian.” Suara itu
membuatku sedikit tenang, meskipun masih ada setitik resah yang menggelayut.
“Ya Allah, aku percaya akan kuasa-Mu. Jika
Engkau memang Ridho aku mengikuti kegiatan di Malang, lapangkanlah segala yang
mempersempit niatku dan lancarkanlah perjalananku nantinya.”
Sebelum
berangkat ke Malang, Allah memang benar-benar menguji kesabaranku. Hari Kamis
pagi, aku mendapat kabar mendadak ada ujian lisan magang. Tanpa mandi, aku
berangkat ke kampus. (Maaf, ini pengakuan terlarang :D) untung saja, laporan
magangku memang aku kerjakan serius dengan data yang kudapat dari tempat
magang, tanpa belajar pun aku masih ingat apa isi di laporan tersebut. Meski
ada ujian mendadak, aku tidak begitu khawatir.
Tidak
berhenti sampai di situ, you knows?
Setelah antri dari pagi jam 8 sampai jam 2 siang, sisa antrian dibatalkan ujian
karena dosen sudah lelah dan dilanjutkan hari Sabtu. Padahal hari Sabtu aku
harus berangkat ke Malang. MasyaAllah, ingin rasanya aku gigit jari
keras-keras. Aku pulang hanya menelan kekecewaan.
Sampai
Jumat malam, aku belum mendapat kabar tentang batalnya revisian dari dosen.
Tapi memang manusia selalu diposisikan untuk memilih. Hatiku memberontak ingin
pergi, karena aku sudah penat dengan rutinitas kampus dan ingin sekali
mengikuti kegiatan di luar.
Masih
dalam keadaan gelisah, aku tetap menyiapkan segala keperluanku ke Malang. Meski
Sabtu pagi masih ada ujian, aku berangkat setelah ujian selesai. Sempat ada
perang batin dalam diriku, aku bertanya pada diriku sendiri. Apakah aku salah, di semester tua ini, masih
sibuk saja dengan urusan organisasi?
Tapi
lagi-lagi aku mencoba membela diri, “Aku pergi ke sana untuk niat kebaikan.”
Aku tetap berangkat. Masalah revisian aku pikir belakangan. Mungkin sedikit
menghilangkan rasa sungkanku, aku bisa meminta tolong teman yang lain.
Meski
banyak masalah berdatangan, akhirnya pukul 10 siang aku baru bisa keluar kampus
dan melakukan perjalanan. Tidak hanya berhenti di situ, masih banyak sekali
serentetan halangan di perjalananku. Aku sempat dongkol dengan kemacetan dan
lain-lain. Pasti nanti aku sampai Malang sore. Kalau memang aku datang
terlambat di acara tersebut, memang sudah Qodarullah.
Tepat adzan Maghrib, aku baru sampai di acara. Tapi Allah masih memberi
kesempatan aku mendapati semburat wajah manis adik-adik panti asuhan. Aku tiba
dengan selamat juga merupakan nikmat yang masih harus aku syukuri.
Sebenarnya
point dari tulisan ini adalah ada suatu hal yang membuatku ingin sekali
mengucap syukur kepada Allah karena pada hari Senin tiba-tiba ada informasi
bahwa revisian ditiadakan karena nilai sudah cukup bagus.
Allahu akbar,
mungkin ini terdengar sepele. But, If you
know, suatu nikmat itu tidak dilihat dari kuantitasnya, pasti kamu juga
merasakan apa yang aku rasakan. Berhari-hari hatiku berantakan memikirkan
revisi, padahal ini belum revisi skripsi.
Finally, Allah menjawab doaku pada malam itu. Allah make me feel good.
Itulah
gaees, yang selalu buat aku meleleh kalau Allah benar-benar membuktikan
kebesarannya. Kalau niat kita baik, InsyaAllah akan dilancarkan oleh Allah,
kuncinya cuma satu, yaitu percaya akan kuasa Allah.
Ini yang
membuat Rumah Zakat is special.
Karena tidak hanya satu dua kali aku mengalami miracle, semenjak bergabung menjadi relawan di sana. Aku mencoba husnudzon dengan segala yang terjadi di
hidupku. Sering sekali aku dihadapkan memilih antara kegiatan relawan atau
kuliah. Dengan menyusun rencana serapi mungkin, aku selalu mengusahakan untuk
mengikuti keduanya, dan alhamdulillah itu semua berbuah kemudahan-kemudahan
yang aku dapatkan.
0 komentar