Lebaran Paling Berat
Di luar
sana banyak orang menghabiskan waktu lebaran tahun ini dengan berlomba-lomba
mengunggah foto keluarga yang manis. Mereka senang memperlihatkan senyum
manisnya dengan memakai baju baru.
Tidak dengan
aku. Lebaran tahun ini adalah momen paling berat. Mungkin bagimu terkesan
lebay, tapi jika kau ada di posisiku, akan terasa betapa beratnya di lingkaran
orang yang tidak sependapat denganmu.
Entah sudah
berapa waktu kuhabiskan di dalam kamar dan di atas sajadah. Sudah ratusan
istigfar aku gemakan, dan ratusan bulatan tasbih aku putar mengelilingi jemari.
Sebenarnya
simple. Aku hanya ingin menjalankan
syariat Islam—tidak ingin bersalaman dengan laki-laki yang bukan mahram. Tahukah?
Hari pertama lebaran, sepanjang perjalanan banyak mata memandang aneh, bahkan
ada tawa yang menggaung dari segerombolan laki-laki yang mencibir, dan yang
paling menyakitkan adalah teguran dari keluargaku sendiri.
Aku menjadi
orang yang terasing. Kuakui aku juga salah. Tidak seharusnya mengurung diri di
kamar. Tidak seharusnya membelenggu diri dengan perasaan resah tak
berkesudahan. Tapi apalah, aku hanya wanita yang baru hijrah dan hatiku belum
cukup kuat untuk menerima segala perlakuan mereka.
Jujur,
aku sebenarnya juga merasa tak enak. Berpasang-pasang tangan laki-laki aku
tolak, dan lebih memilih untuk menelungkupkan tangan. Tapi rasa tak enakku
kepada Allah dan nabi-Nya lebih besar, sehingga lebih memilih untuk tetap
memegang pendirianku.
Allah
berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 2-3.
2. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman" dan mereka tidak diuji?
3. Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.
Begitulah,
Allah sedang menguji. Allah ingin tahu seberapa besar kecintaanku terhadap-Nya dan
Nabi Muhammad. Seberapa inginnya aku tetap teguh memilih jalan-Nya.
Kupikir,
andai saja Allah tidak mengujiku, mungkin tidak ada air mata yang membasahi
sajadah setiap akhir salat. Tidak ada rapalan doa dan rintihan yang mengangkasa
dari manusia ringkih ini kepada-Nya. Aku merasa dengan cara inilah semakin
dekat dengan-Nya dan bisa merasakan nikmatnya berlama-lama dengan-Nya.
Jika tidak
diuji, mungkin aku juga tidak akan mengerti, bahwa hanya kepada Allah tempat berlindung
terbaik. Dia-lah Maha Besar yang memiliki langit dan bumi beserta isinya.
Dalam setiap
sujud, aku selalu memohon kepada Allah untuk memberi kekuatan atas jalan yang
kupilih. Jika Engkau Ridho aku diuji
seperti ini, aku ikhlas. Aku memohon, kuatkanlah untuk menghadapi ini semua. Seberapa
besar pun ujian yang Engkau timpakan, tegarkanlah untuk tetap memilih
sebaik-baiknya jalan yaitu jalan-Mu. Tautkanlah hatiku kepada-Mu, agar apa pun
yang terjadi, tetap Engkau yang menjadi pilihanku.
Aku adalah
orang yang tidak tegas, selalu sungkan dengan orang, bahkan sering menyakiti
perasaanku sendiri hanya untuk menjalani pilihan orang. Tapi Allah Maha Besar.
Meski hati bergemuruh melihat tatapan aneh mereka dan meskipun tahu anggota
keluarga ada anggapan miring tentangku, sama sekali tangan tak pernah mau aku
julurkan untuk menyentuh pada apa yang bukan hakku.
Meski aku
menjalaninya dengan berat, dan ada yang menyarankan untuk menghentikan niat,
sama sekali tidak ada niatan untuk berhenti sampai di sini.
Sudah bertahun-tahun
aku melakukan maksiat dengan tangan ini, tak ingin lebih banyak lagi sisa umur
yang aku gunakan untuk berbuat dosa lagi. Tak ingin semakin banyak api neraka
yang menyulut tubuhku. Dan juga tak ingin, sekecil apa pun perbuatan maksiat
menjauhkan aku dari Allah.
Aku memang bukan orang yang suci dari dosa, tapi
hanyalah orang yang senantiasa memperbaiki diri. Aku yakin, Allah selalu
membersamai orang-orang yang berusaha menjadi lebih baik.
4 komentar
Sabar Nik, semua ujian. Semoga bisa istiqomah ya...
BalasHapusAmiin Mbak Wid :)
HapusSemoga kuat ya.
BalasHapusAmiin mbak :)
Hapus