Teman Bertumbuh

by - 16.42

"Apa rencanamu setelah ini, Nik?" Seorang teman bertanya. Izza namanya, salah satu temanku di organisasi relawan. 

"Za, sebenarnya aku pengen bikin-bikin sesuatu. Project apa gitu. Tapi aku merasa sendiri, belum menemukan teman yang pas untuk jadi partner." 

Ketika mengobrol ini, aku sudah lulus kuliah dan tahun lalu menyempatkan diri main ke Jember, kota perantauanku. 

"Memangnya kenapa kalau sendiri?" Izza bertanya dengan nada dan raut wajah seriusnya. Kulihati wajahnya yang tidak dipoles riasan apapun. Ada sesuatu yang berbeda, oh frame kacamatanya baru.

"Aku perlu dikuatin orang, Za. Aku nggak bisa jalanin apa-apa sendiri. Memulai hal baru sendiri. Butuh ditemani dan apapun itu kalau mikirnya bareng-bareng pasti lebih ringan."

"Tapi, diri kamu sendiri sudah kuat belum?"

"Aku merasa nggak kuat maka dari itu aku nyari partner untuk menguatkan."

Suasana kedai mie jamur saat itu masih sepi, belum ada teman lain yang berdatangan. Izza datang lebih awal bersamaku. Mereka sengaja mengadakan pertemuan di tempat langganan kami biasa rapat karena kedatangannku.

"Anik, kamu nggak bisa sepenuhnya meminta kekuatan dari orang lain. Setiap orang kan punya sisi lemahnya masing-masing. Sebaiknya kita jangan bergantung kepada partner, harusnya diri kita sendiri yang perlu dikuatkan agar bisa saling mengisi."

"Ya maksud aku bersinergi gitu, Za." 

"Tapi yang perlu ditekankan di sini adalah keinginan kamu untuk dikuatkan dan ditemani. Jangan menunggu orang lain yang menguatkan. Mulai dari menguatkan dirimu sendiri."

Obrolan di atas membuat kepalaku bising akhir-akhir ini. Lagi-lagi aku ada di titik ingin ditemani dan dikuatkan. Pikiran itu hilang timbul, wajar ya karena aku masih dalam masa-masa penatian. Bukan lagi hanya untuk membuat project kebaikan, tapi juga menyatukan visi misi menjadi keluarga; menikah. 

Kadang aku berpikiran, ketika menikah akan lebih leluasa mengobrol dan berdiskusi apapun dengan seseorang. Merencanakan banyak project dengannya. Ketika aku down ada yang menguatkan. Tapi makin ke sini aku menyadari, ada yang salah dengan cara berpikirku. Selain karena obrolanku dengan Izza, juga karena apa kata Kale di film NKCTHI yang bagi orang-orang fakboy. "Bahagia itu tanggung jawab kita masing-masing." Begitu kata Kale. Seperti halnya berdamai  dengan diri sendiri, menjadi kuat, semua adalah tanggung jawab diri kita sendiri.

"Siapa tahu jodohmu belum datang karena masih diperbaiki kualitasnya sama Allah agar dia tepat seperti apa yang kamu butuhkan. Atau bisa jadi, kebalikannya. Kamu yang sedang diperbaiki atau dua-duanya," ucap seorang teman saat aku sedang merasa kebingungan, dimana harusnya aku mendapatkan jodoh. Ini kedengarannya konyol ya. Hm. Tapi kalau dipikir, seandainya Allah sudah mempertemukan aku dengan orang tersebut, apakah aku sendiri sudah bisa menjadi partner yang baik untuknya? Kalo lagi ngaca, jadi makin sadar, Anik belum banyak bisa apa-apa. Belajar terus, belajar untuk memantaskan diri, ya, Nik! 

Melihat Hawariyyun dan Dena Haura, Mbak @alia.aryo dengan suaminya, Kurniawan Gunadi dan istri aku merasa rumah tangga mereka adalah keluarga yang bertumbuh. Support satu sama lain untuk belajar dan memberi manfaat untuk sesama. Keduanya saling mengisi, bukan hanya salah satu pihak yang dikuatkan. Ada rasa takut yang menyusup, bisa nggak ya aku punya rumah tangga seperti mereka, yang terus belajar bertumbuh dan memberi arti untuk sekitar.

Aku sempat bertanya-tanya, dimana harusnya aku mencari jodoh yang setujuan, bisa dijadikan partner untuk berpikir dan diskusi. Di dunia nyata, aku belum menemukan laki-laki seperti ini. Bisa jadi, mungkin lingkaran pergaulanku belum luas sehingga yang kukenal orang itu-itu saja. Sudah pernah mencoba ikhtiar taaruf, tapi ya belum berjodoh. Sampai akhirnya kupikir, Allah masih memberiku waktu belajar lagi.

Aku mencoba meluaskan pergaulanku dan belajar banyak hal. Mungkin nanti entah di titik atau persimpangan mana akan dipertemukan dengan orang yang setujuan. Entah kapan nanti, dengan cara yang mengagumkan menurut Allah pastinya. 

Mas, banyak yang memburu-burumu untuk segera datang. Tapi Allah yang lebih tahu kapan waktu terbaik untuk kita bertemu. :')

You May Also Like

0 komentar