Dari Anik untuk Anik
Manusia itu memang pandai menunda ya, ada banyak alasan
yang digunakannya untuk bermalas-malasan. Hm, atau jangan-jangan hanya aku saja
nih.
Jauh sebelum hari ini, aku pernah berbicara dengan
diriku sendiri. Nanti kalau udah ada wifi, aku akan rajin ngeblog. Nanti kalau
sudah ada uang dan aku bisa instal ulang laptopku, aku akan rajin nulis lagi. Nyatanya,
setelah semua keinginanku dikabulkan oleh Allah, ada wifi di sini, bahkan
laptop sudah sembuh dari kelemotannya karena baru saja diinstal ulang. Belum juga
ada tulisan baru di feed Instagram
atau postingan blog.
Ibarat membuat janji dengan orangtua, nanti kalau aku
dibelikan baju baru aku akan lebih semangat belajar lagi, kalau aku dibelikan
laptop baru akan lebih rajin sekolahnya. Selalu ada kalau-kalau yang lain. Sebenarnya
kalau begitu, niat kita untuk belajar dan produktif itu untuk apa sih. Apa hanya
untuk mendapat fasilitas atau hadiah dari orangtua? Kalau memang begitu, pantas
saja jika setelah mendapat fasilitas tubuh tak bergerak untuk menjadi semakin
rajin belajar. Yang ada malah lebih malas, karena banyak waktu terbuang untuk
bermain-main dengan fasilitas baru.
Aku pernah dengar dari seorang teman, ketika seseorang
diposisikan dalam keadaan yang serba sulit maka kepribadiannya akan terbentuk
menjadi lebih kuat dan dewasa dalam menghadapi masalah. Karena dia terbiasa
untuk survive menjalani kehidupannya.
Aku masih ingat betul, bagaimana aku menahan diri untuk tidak jajan agar bisa
nulis di warnet demi memposting tulisan setiap hari semasa SMP. Aku rela
menulis berjam-jam di ratusan lembar kertas demi aku bisa menulis novel. Aku masih
ingat sekali ketika kakiku kesemutan karena duduk terlalu lama demi menuangkan
ide cerita.
Sekarang, keadaan sudah membaik karena kasih sayang
Allah. Sudah ada laptop dan wifi, nyatanya produktifitasku tak semakin
bertambah. Tapi semakin berkurang. Karena waktuku habis hanya untuk
bermain-main dengan gadget. Sebenarnya bukan gadgetnya yang disalahkan, tapi
manusianya yang belum bisa bijak menggunakan. Padahal sebenarnya, dengan gadget
aku lebih bisa produktif, lebih bisa meluaskan jaringan, informasi, dan
pengetahuan. Nyatanya, kadang aku lebih suka termenung di zona nyaman. Lebih suka
mencari hiburan yang membuat hati senang. Akhirnya, otak ini jarang diajak
bekerja karena terlalu banyak mengonsumsi namun jarang sekali untuk diajak
berproduksi. Miris sekali ya. Aku miris dengan diriku sendiri yang semakin lama
malah semakin menurun produktifitasnya.
Kadang, aku lebih suka ke zaman dulu. Di saat belum
mempunyai ponsel. Kerjaanku tiap hari membaca buku, mengerjakan soal, atau
bercengkrama dengan keluarga. Sekarang pikiranku lebih banyak di dunia maya
meski ragaku bersanding dengan orang-orang di sekitarku.
Tapi sebenarnya, aku lebih suka yang sekarang dengan
catatan aku harus bisa lebih bijak untuk menggunakan waktu dan gadgetku. Saat semua
akses informasi lebih mudah. Saat semua fasilitas untuk berproduktif lebih
banyak, seharusnya aku bisa memanfaatkannya.
Ya sudah ya sekian obrolan malam ini, semoga keesokan
harinya Anik sudah mulai rajin dan lebih bijak lagi dalam memanajemen waktu dan
produktifitas.
0 komentar