Dari Anik untuk Anik

by - 18.55


Manusia itu memang pandai menunda ya, ada banyak alasan yang digunakannya untuk bermalas-malasan. Hm, atau jangan-jangan hanya aku saja nih.

Jauh sebelum hari ini, aku pernah berbicara dengan diriku sendiri. Nanti kalau udah ada wifi, aku akan rajin ngeblog. Nanti kalau sudah ada uang dan aku bisa instal ulang laptopku, aku akan rajin nulis lagi. Nyatanya, setelah semua keinginanku dikabulkan oleh Allah, ada wifi di sini, bahkan laptop sudah sembuh dari kelemotannya karena baru saja diinstal ulang. Belum juga ada tulisan baru di feed Instagram atau postingan blog.

Ibarat membuat janji dengan orangtua, nanti kalau aku dibelikan baju baru aku akan lebih semangat belajar lagi, kalau aku dibelikan laptop baru akan lebih rajin sekolahnya. Selalu ada kalau-kalau yang lain. Sebenarnya kalau begitu, niat kita untuk belajar dan produktif itu untuk apa sih. Apa hanya untuk mendapat fasilitas atau hadiah dari orangtua? Kalau memang begitu, pantas saja jika setelah mendapat fasilitas tubuh tak bergerak untuk menjadi semakin rajin belajar. Yang ada malah lebih malas, karena banyak waktu terbuang untuk bermain-main dengan fasilitas baru.


Aku pernah dengar dari seorang teman, ketika seseorang diposisikan dalam keadaan yang serba sulit maka kepribadiannya akan terbentuk menjadi lebih kuat dan dewasa dalam menghadapi masalah. Karena dia terbiasa untuk survive menjalani kehidupannya. Aku masih ingat betul, bagaimana aku menahan diri untuk tidak jajan agar bisa nulis di warnet demi memposting tulisan setiap hari semasa SMP. Aku rela menulis berjam-jam di ratusan lembar kertas demi aku bisa menulis novel. Aku masih ingat sekali ketika kakiku kesemutan karena duduk terlalu lama demi menuangkan ide cerita.

Sekarang, keadaan sudah membaik karena kasih sayang Allah. Sudah ada laptop dan wifi, nyatanya produktifitasku tak semakin bertambah. Tapi semakin berkurang. Karena waktuku habis hanya untuk bermain-main dengan gadget. Sebenarnya bukan gadgetnya yang disalahkan, tapi manusianya yang belum bisa bijak menggunakan. Padahal sebenarnya, dengan gadget aku lebih bisa produktif, lebih bisa meluaskan jaringan, informasi, dan pengetahuan. Nyatanya, kadang aku lebih suka termenung di zona nyaman. Lebih suka mencari hiburan yang membuat hati senang. Akhirnya, otak ini jarang diajak bekerja karena terlalu banyak mengonsumsi namun jarang sekali untuk diajak berproduksi. Miris sekali ya. Aku miris dengan diriku sendiri yang semakin lama malah semakin menurun produktifitasnya.

Kadang, aku lebih suka ke zaman dulu. Di saat belum mempunyai ponsel. Kerjaanku tiap hari membaca buku, mengerjakan soal, atau bercengkrama dengan keluarga. Sekarang pikiranku lebih banyak di dunia maya meski ragaku bersanding dengan orang-orang di sekitarku.

Tapi sebenarnya, aku lebih suka yang sekarang dengan catatan aku harus bisa lebih bijak untuk menggunakan waktu dan gadgetku. Saat semua akses informasi lebih mudah. Saat semua fasilitas untuk berproduktif lebih banyak, seharusnya aku bisa memanfaatkannya.
Ya sudah ya sekian obrolan malam ini, semoga keesokan harinya Anik sudah mulai rajin dan lebih bijak lagi dalam memanajemen waktu dan produktifitas.  

You May Also Like

0 komentar