Memilih Pilihan
Ada seorang teman yang bilang, “Kita itu
harus keras dengan diri sendiri, tapi harus lembut dengan orang lain.”
Karena
musuh terbesar di kehidupan ini adalah diri kita sendiri. Ada hal yang tidak
sama sekali kita inginkan, tapi demi kebaikan kita diharuskan untuk
melakukannya. Begitu juga sebaliknya. Sulit memang, tapi yaitulah pentingnya
untuk memilih atau mengambil keputusan. Kita dilarang memanjakan diri sendiri. Bukan
dilarang, lebih tepatnya tidak sering memanjakan diri sendiri. Sekali dua kali
diri dan hati kita menuntut akan haknya, tapi di sisi lain ada suatu hal yang
kita harus keras dan menolak bahkan menjauh pada suatu hal yang kita inginkan.
Perempuan
itu diciptakan oleh Allah dengan sisi kelembutannya. Sifat kalem dan rasa belas
kasih yang besar bersemayam pada dirinya. Tapi hidup ini terlalu keras sehingga
tidak semua hal harus dihadapi dengan lembut. Ada beberapa kondisi dimana
perempuan mau tidak mau harus bersikap keras terlebih pada dirinya sendiri.
Kita memang
bisa membohongi orang lain, tapi tidak dengan hati kita sendiri. Tapi ya
begitulah, semua ini tentang pilihan. Setiap orang dituntut untuk menjatuhkan
pilihannya. Meski kadang, dua pilihan itu sebenarnya tidak layak dijadikan kategori
pilihan.
Kamu tahu
rasanya menjalankan pilihan yang tidak sesuai dengan hatimu? Rasanya berat
seperti membawa beban berton-ton. Hidup tidak lagi seelok bunga sedap malam
yang dielu-elukan untuk ditunggu keindahannya. Juga tidak lagi berwarna seperti
lolipop yang pewarna buatannya terlalu terang. Hidup hanya seperti bulan yang
mau tidak mau harus nampak di langit malam.
Dan yang
paling buruk, kita harus mengenakan topeng untuk bersikap keras dan jahat pada
orang lain. Itu memang bukan suatu pilihan yang baik. Tapi dijelaskan seperti
apa pun tidak ada yang bisa mengerti bahwa semua ini tentang pilihan, bukan
keegoisan. Kadang hidup memang seperti itu, kita dipaksa untuk berperan sebagai
antagonis.
Kita harus
menebalkan muka saat orang lain mengira kita begitu jahat dengan sikap itu,
padahal tanpa mereka tahu ada alasan di setiap pilihan. Dan entahlah, sampai
kapan kita akan berjalan pada pilihan yang sebenarnya tidak kita inginkan. Dan kapan
kita akan memulai hal baru pada pilihan yang telah lama kita idamkan. Atau bahkan,
kita harus menerima jika tidak ditakdirkan bersama dengan pilihan kita.
Apapun itu,
semoga kita selalu bahagia dengan pilihan kita atau pilihan Tuhan.
*Suatu malam saat kita berada di pilihan
masing-masing
2 komentar
Nah, betul. Terkadang kita harus bersikap keras bahkan ke diri sendiri. Memanjakan diri boleh, tapi jangan terlalu sering sebab dia pasti akan meminta lagi dan lagi. Begitu seterusnya.
BalasHapusYaak bener kak. Nanti jadi kebiasaan.
Hapus