Sudut Pandang Tentang Pernikahan

by - 20.35

Source: Google

Membicarakan tentang perasaan dan pernikahan memang nggak akan ada habisnya. Justru topik-topik semacam ini yang masih laris di pasaran, nggak ada matinya. Sebenarnya aku pengen speak up lebih banyak tentang hal ini minimal ke orang-orang terdekat. Tentu dengan sudut pandang yang berbeda. Tapi nyaliku menciut untuk menanggapi komentar orang-orang yang lebih berisik. Ada sebagian orang yang menganggap membicarakan tentang pernikahan itu karena kebelet nikah dan yang sering membicarakan tentang perasaan karena sering galau. Padahal sebenarnya nggak juga. Bisa juga karena banyak mengamati orang, mendengar lebih banyak cerita, atau membaca lebih banyak teori. Jarang orang-orang yang menganggap ilmu pranikah atau parenting adalah modal persiapan.

Aku memang bukan orang yang tergolong sabar dalam menghadapi apapun, kecuali memperlakukan anak kecil. Melihat makhluk satu ini rasanya cuma gemes, seneng, dan lucu. Aku amat memahami anak kecil itu bertingkah karena belum banyak materi yang dia pahami dan fisiologi otaknya yang masih dalam proses perkembangan. Melihat banyak anak kecil yang sudah bertingkah lebih cepat dari usianya dan bahkan kelewatan, bukan anak tersebut yang layak sepenuhnya disalahkan. Tapi perlu menilik ke belakang hal apa saja yang sudah dilakukan orangtua dalam mendidik anaknya. 

Sempat aku merasa takut, nanti bisa nggak ya aku didik anak. Nanti anakku akan seperti apa. Semasa lajang sekarang lihat anak kecil masih gemes-gemesnya, gatau nanti kan. Pas nggak sengaja lihat ibu-ibu di tempat umum, ada yang bentak anaknya. Sekilas kita akan menilai, ini ibu kok tega banget sih bentak anaknya. Tapi kita nggak tahu mungkin seharian ibu itu sudah lelah dengan rutinitas, ada masalah pribadi dengan keluarga, atau anaknya memang sangat susah diatur. Pikirku, sabar kita harus lebih luas lagi. Kalau cuma ngandalin kesabaran yang kita punya, rasanya nggak akan mudah. Kita perlu kembali ke niat awal, menikah, mengurus anak dan keluarga adalah ibadah, amarah harus bisa dikondisikan. Harus pandai-pandainya kita mendekatkan diri kepada Allah, agar niat dan hati lebih tertata. 

Aku pernah baca tentang seorang anak yang begitu membenci ayahnya. Dia sendiri tidak tahu kenapa. Setelah diusut saat konsultasi ke psikolog, ternyata dulu semasa dia di kandungan, ayahnya sering melakukan kekerasan kepada ibunya. Aku bayangin janin yang bersemayam dalam rahim sudah ketakutan untuk melihat dunia. Mendengar bentakan ayahnya, tangisan ibunya, suara-suara jahat di luar sana membuatnya trauma. Apalagi mendengar sepasang orangtua yang kelak menjadi pelindungnya juga diragukan untuk menemani di dunia. 

Awalnya aku bahas pernikahan kok tiba-tiba merambat bahas anak-anak. Sebenarnya terntang pranikah dan parenting itu berkaitan. Karena mendidik anak dengan baik dan tepat adalah tujuan dalam pernikahan. Mendidik diri sendiri merupakan upaya untuk mendidik anak nantinya. Bagaimana kita bisa mendidik anak kalau didik diri sendiri saja belum bisa kan, ya. Seringnya masalah ini sering luput dari para orangtua. Dikira menikah itu mencintai pasangan, memiliki anak, dipenuhi secara materi, disekolahkan, sudah cukup. Padahal di dalamnya ada banyak hal-hal yang harus dipenuhi. 

Aku pernah ketakutan, apabila aku gagal didik satu anak saja maka akan gagal pula aku melahirkan generasi-generasi berikutnya. Bukannya sama saja aku mempunyai hutang pada anak keturunanku. Padahal mereka berhak mendapatkan pendidikan yang baik dari aku orangtuanya. Betapa mereka akan kelimpungan menjalani hidup tanpa bekal kecakapan hidup dari orangtua. 

Rasanya pengen banget sih aku bahas ini dengan teman-teman. Tapi mereka selalu bilang pemikiranku terlalu jauh. Bagiku, tidak ada kata berlebihan atau terlalu cepat dalam belajar untuk sebuah pernikahan, dimana itu adalah ibadah terpanjang semasa hidup kita. Dan menulis hal-hal semacam ini upayaku untuk mengobati keinginanku mengobrol topik ini tapi belum tahu dengan siapa. 

Aku nggak janji, karena takut tidak kutepati seperti cerita perjalananku label "Flashback" yang belum juga kuselesaikan sampai saat ini. Tapi aku pengen tulisan ini kuselesaikan beberapa topik ke depan. 

You May Also Like

0 komentar