Tes Mental Mahasiswa
Alhamdulillah,
masih bisa ngodop selama 13 hari ini. :)
Sebenarnya
udah siap-siap mau tidur, karena nanti malam niatnya bangun awal buat sahur. Btw,
teman-teman puasa Ayyamul Bidh (Pertengahan
bulan) yuk dari Kamis-Sabtu ini.
Dari Abdullah bin Amr bin Al ‘Ash,
Rasulullah bersabda, “Puasa tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa
sepanjang tahun.”
Sebenarnya
postinganku kali ini ingin bercerita
tentang sesuatu yaitu dosen. Biasalah,
anak semester akhir bahasannya kalau nggak skripsi ya dosen. Makluminlah ya. :D
Kalau ada anak semester akhir yang baca, semoga tulisan ini bisa bermanfaat. Atau
anak semester muda mungkin tulisan ini bisa buat persiapan nantinya. Bahasanku memang
belum jauh-jauh dari dosen pembimbing yang killer
sih.
Jadi gini,
dosen pembimbingku bahkan hampir keseluruhan temanku tuh nyeremin. Maksudnya, mereka
sering marah-marah nggak jelas ke kita. Sebenarnya nggak pas skripsi aja sih,
pas waktu kuliah juga gitu. Mereka selalu punya celah untuk menyalahkan kita. Meskipun
kita sudah benar pun mereka selalu mencari-cari cara untuk menyalahkan atau
memarahi. Mahasiswa diam atau nurut sebenarnya bukan karena tidak punya
sanggahan, hanya saja kami terlalu malas untuk berdebat dengan seseorang yang
jelas-jelas pasti kita kalah karena kedudukan.
Akan tetapi,
sebenarnya dosen berlaku seperti itu bukan karena sifat aslinya yang suka marah
atau menyalahkan mahasiswanya. Karena nih, dosen sebenarnya hanya ingin
menjadikan kita orang yang kuat, nggak males-malesan, dan bisa
mempertanggungjawabkan apa yang kita kerjakan. Menurut pengalamanku dan
pengakuan beberapa teman, dosen yang killer
adalah dosen yang memotivasi mahasiswanya untuk terus belajar. Dosen yang
terlalu nyantai dan enak, kebanyakan mahasiswanya juga gampangin. Jadinya mahasiswanya
nggak ada kemajuan.
Aku pernah
denger cerita dari guru bahasa Indonesia sewaktu SMK. Ceritanya waktu itu
beliau sedang bimbingan skripsi dengan dosen. Pertama kali menyodorkan
proposal, banyak revisian yang didapat. Lalu bimbingan kedua juga sama seperti
itu sampai bimbingan ketiga. Sampai-sampai guruku bingung dengan maunya dosenku
yang selalu saja menyalahkan mahasiswanya. Entah dengan tujuan apa, bimbingan
yang keempat, guruku menyodorkan proposal yang pertama kali dia sodorkan tanpa
revisi. Dan mengejutkan, oleh dosennya di acc. Saat bercerita itu, seisi
kelasku ngakak.
“Dosen
itu sebenarnya hanya mengetes mental kita,” cerita guruku waktu itu.
Jadi nih,
buat kalian yang stress karena omelan, makian, dan hal lain yang tidak
mengenakkan dari dosen. Percayalah, dosen kalian sebenarnya berhati hello kitty
kok. Mereka nggak mau kalau kalian terlalu nyantai dan nggak serius, jadinya
cara mereka ya seperti itu buat mendidik kalian. Lagian, kan kalian bukan anak
kecil lagi yang harus selalu dituntun dan disuapin. Kita sebagai mahasiswa yang
sudah terhitung menjadi manusia dewasa, sudah selayaknya kita mendewasa dengan
cara orang dewasa pula. Kehidupan selanjutnya setelah lulus itu lebih keras
dari perlakuan dosen kalian, gaes. Anggap saja ini pemanasan hehe. :D
2 komentar
Saya sepakat. dosen itu tidak ada apa apanya. Kalau kita terjun dimasyarakat itu sudah lebih parah lagi
BalasHapusIyaak bener nih :)
Hapus