Aku Ingin Berhenti

by - 23.35


“Aku ingin berhenti . . . .”

Suaraku sayup-sayup tertelan angin dan derasnya hujan sore lalu. Sorot mata wanita yang ada di depanku memandang tajam terlihat berusaha mencari jawaban.

“Kenapa?” tanyanya.

“Aku terlalu takut jika tidak bisa melakukannya. Aku takut jika tetap di sini semua urusanku terbengkalai.”

Wanita itu mengembuskan napas dengan kasar. Aku tahu, mungkin dia kecewa dengan ucapanku.

Aku mengatakan ingin berhenti bukan seketika saat aku berpikir ingin berhenti. Tapi niatan itu sudah kupikir berulang kali, bahkan ratusan kali. Ketika aku merasa lelah dan berpikir ada hal lain yang harus kuperjuangkan, maka di saat itulah pikiran ingin berhenti selalu kupertanyakan.

***
Aku bukan orang yang mahir mengelola waktu dan pikiran. Aku bukan orang yang bisa memikirkan dua hal secara bersamaan. Apalagi aku adalah orang pemikir yang selalu suka memberatkan diri sendiri dengan sesuatu yang sebenarnya tidak terasa berat bagi orang lain.

Banyak ketakutan saat aku mulai sibuk memikirkan orang lain, karena aku takut diriku sendiri tak terurus. Aku takut menjadi orang yang pandai membahagiakan orang lain, tapi gagal membahagiakan orangtuaku sendiri. Dan mataku selalu membasah kalau ingat itu.

Aku kadang ingin seperti teman lain yang urusannya begitu mudah. Tinggal duduk manis tanpa harus dihantui dengan macam-macam tagihan tugas. Bisa pergi ke perpustakaan berjam-jam dan menyelesaikan tugas akhirnya sampai selesai tanpa ada yang menjeda. Aku ingin seperti mereka yang tidak khawatir meninggalkan gawainya tanpa memikirkan apa pun dan siapa pun.

Aku ingin seperti mereka yang bisa pergi kemana saja sesukanya tanpa harus cemas ada orang lain yang menunggunya. Aku ingin seperti mereka yang bisa melakukan hobinya di sembarang waktu tanpa takut merusak banyak agenda.

Tapi itu semua hanya keinginan, bukan kebutuhanku.

Berhari-hari harus bangun dengan pikiran berkecamuk karena pesan-pesan mendarat bersamaan. Menagih tugas ini itu, menanyakan ini itu, tapi tidak ada yang menanyakan bagaimana kabar diriku. So sad.

Berhari-hari harus tidur dengan membawa berderet-deret pertanyaan yang belum ada jawabannya, harus berkutat dengan banyak agenda, dan harus menghadapai berbagai karakter orang yang menguras tenaga. So tired.

Berhari-hari harus merelakan menyingkirkan beberapa rencana untuk menyenangkan diri sendiri karena ada bahagia orang lain yang harus didahulukan.

***
Kecamuk pikiran itu mungkin terlihat pada sorot mata lelahku. Dan wanita yang ada di hadapanku mengerti apa yang kurasakan karena dia pernah berada di posisiku saat ini.

“Aku tahu memang berat, tapi percayalah, Allah sudah berjanji untuk hamba-Nya yang mempermudah urusan orang lain maka urusannya akan dimudahkan.” Wanita itu diam sejenak lalu mencuri napas.

“Kita tidak akan pernah tahu doa mana yang dikabulkan oleh Allah. Dan kita juga tidak menyangka kalau ternyata doa terbaik orang-orang yang kau temui di luar sana adalah doa yang dihijabah oleh Allah.”

Sesaat aku terdiam. Dalam hati aku membenarkan ucapannya.

Lalu aku bertanya pada diriku sendiri. “Apakah hidupmu merasa tidak berarti saat membersamai mereka di luar sana?”

Tanpa diminta, hati yang tidak bisa berbohong ini menjawab sendiri,”Hidupku sangat berarti saat aku lelah dan lillah bersama mereka.”

Dan lalu, diriku menjawab sendiri harus bagaimana.

Aku bukan orang yang sibuk sekali. Di luar sana banyak orang yang lebih sibuk, lebih pusing, lebih berat, bahkan lebih terasa tertekan. Tapi nyatanya, berlian harus berulang kali ditempa agar terlihat kilaunya, dan begitu juga manusia.

Aku teringat pada sebuah nasehat, hidup bukan hanya sekadar lewat, tapi harus banyak hal yang kita perbuat. Dan mungkin aku sudah lupa pada sebuah kalimat yang pernah kutulis, kadang kita terlalu sibuk mengurusi sendiri sampai lupa untuk berbagi pada orang lain.

Dan ketahuilah, dunia ini adalah tempat berlelah-lelah di jalan-Nya. Dan tempat peristirahatan terbaik adalah surga-Nya.


Jadi sudah sangat jelas. Bahwa hidup bukan hanya tentang “aku”, tapi juga “mereka” di luar sana. Dan setiap kehidupan adalah perjuangan, bukan mencari peristirahatan, karena sejatinya surga adalah tempat istirahat terbaik.

You May Also Like

2 komentar

  1. Karena hidup tidak melulu tentang diri sendiri.

    Apa kabar mbak Anik? ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah baik. Mbak Nova apa kabar?
      Makasih ya setia mampir di sini :)

      Hapus