Sepucuk Surat Merah Hati (CERBUNG)

by - 19.31

“Diatas semua cerita, jodoh bukan cuma soal perasaan. Semoga Tuhan menyembuhkan semua hati yang terluka”
-Unknown-

Kita baru saja mengecap bahagia merayakan kebersamaan tahun keempat kita. Kau menaruh rangkaian bunga mawar di depan rumah, dan selembar kertas merah jambu bertuliskan kata-kata panjatan doa untuk hubungan kita agar tetap bersama sampai ikatan suci menyatukan. Aku tersenyum membacanya.

Ini sudah menjadi ritual tahunan agar hubungan kita semakin manis. Namun sayangnya, ini kali pertama tidak ada agenda dinner untuk merayakan seperti tahun-tahun lalu. Mendadak malamnya kau bilang ada acara keluarga di kota sebelah.

Aku mengiyakan, toh dinner tidak harus dilakukan malam itu juga. Kita juga sudah sering menghabiskan waktu bersama. Lunch setelah kau menjemputku kuliah, menonton di bioskop saat ada film terbaru, atau hanya sekadar berjalan-jalan di taman kota pada Sabtu malam.


Kukira, kau hanya sehari dua hari di kota sebelah. Ternyata hari ketiga kau bilang, ada urusan pekerjaan yang harus kau urus di sana. Aku tak ingin bertanya lebih jauh. Aku menunggumu pulang dan bercerita sendiri hal apa saja yang kau lakukan di sana.

Aku termangu dalam lamunan hampir dua jam membayangkan sosokmu yang jauh dalam jangkauan tangan. Terbungkam oleh ketidakhadiranmu selama dua minggu ini. Tak kutemukan pesan singkat darimu memberi kabar bahwa kau baik-baik saja.

Setiap hari dua puluh empat jam berjalan melambat. Kuhabiskan waktu yang merangkak hanya untuk mengingat sosokmu. Kulirik ponsel berkali-kali. Tidak ada tanda pesan masuk membawa kabar baik darimu.

Entah, sudah berapa puluh kali aku menelepon dan mengirimkan pesan singkat. Tak satu pun ada pesan yang terbalas, dan telepon yang kau terima.

Aku belum pernah merasa sedemikian berat menjalani hubungan ini. Kau ingat, kita selalu tahan banting menghadapi berpuluh masalah, mulai dari masalah sebesar kutu sampai masalah maha dahsyat yang hampir menenggelamkan cerita kita selama empat tahun ini.

Hanya karena jarak dan rindu yang perlahan semakin menyesakkan, membuatku segila ini. Sungguh, jarak adalah tuan terjahat yang memisahkan kita. Membuat kita dibelenggu rindu berkepanjangan yang hanya bisa diobati oleh pertemuan.

Aku belum pernah merasa sedemikian rindu pada percakapan singkat via telepon pagi-pagi—selepas aku tersadar dari mimpi.

Morning, Princess.”

Aku tertawa geli mendengar setiap sapaanmu di kala embun membasahi daun. Aku hanya menyahut, “Hmhm ... Morning.” Dan sambungan telepon kuputus. Lalu aku buru-buru ke kamar mandi. Bersiap dan bersolek agar terlihat manis saat kau menjemput jika ada kuliah pagi.

Karena memang hanya seperti itu percakapan rutin yang kita lakukan setiap membuka hari. Singkat, tetapi jika terlewat sehari saja rasanya seperti mobil yang kehilangan salah satu rodanya.

Aku belum pernah merasa sedemikian rindu pada kedatanganmu diam-diam di depan rumah sambil membawakan sekotak martabak pada suatu malam.

Dan aku pura-pura tidak terkejut. Padahal dalam hati aku ingin berjingkrak girang saat melihat teman yang dimaksud mama mencariku adalah dirimu.

Yah begitulah, aku selama ini memang lebih dingin kepadamu. Aku lebih suka menggodamu dengan sikap yang cuek.

Aku memang tidak suka pada hal-hal yang berlebihan, kecuali setiap perhatian yang kau berikan untukku. Aku tidak suka panggilan kesayangan seperti pasangan anak SMA. Kau menyebut namaku saja sudah terdengar romantis bagiku.

Aku meringkuk di bawah balutan selimut. Berjam-jam duduk sambil melamunimu membutuhkan banyak tenaga, dan aku lelah. Aku butuh banyak protein untuk menghadapi kenyataan hari-hari besok saat kau belum memberi kabar.

Dari tadi sore lampu kamar sengaja kumatikan agar mama mengira aku sudah tidur. Aku tidak ingin diganggu saat ini.

Bercumbu dengan kenangan-kenangan denganmu membuatku sudah sibuk dan enggan untuk bertemu siapa pun.


To be continued!

You May Also Like

8 komentar

  1. Nice cerpen..tpi emang sdikit dialognya ya..hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini cerbung, Mas. Awalan masih dikit dialognya :) jangan lupa baca selanjutnya, ya. :)

      Hapus
    2. Eh iya deng...cerbung..hehe...sory mbak salah ngetik...

      Hapus
  2. Mbak anik! Keren ceritanya. Aku baru sempet baca. Tahu-tahu udah berepisode" :) ^_^

    BalasHapus
  3. Terima kasih, Put. Jangan bosen baca trus ya :)

    BalasHapus