Mendengar dengan Hati
Source: Hipwee.com |
Seingatku dulu awal-awal ngeblog aku pernah cerita
tentang alasanku kenapa membuat blog. Entah di postingan yang mana aku lupa
atau bahkan sudah kuhapus. Sebenarnya di blog ini sudah ada ratusan tulisan,
tapi dengan sangat terpaksa aku hapus karena menurutku banyak tulisan alay
sebelumnya wkwk. Maklum karena waktu itu aku membuat blog sejak SMA, ya
begitulah ya anak SMA.
Kuulang lagi siapa tahu ada dari kalian yang belum
membaca. Jadi aku ini adalah orang yang introvert, dimana aku lebih suka
berdiam diri. Sebenarnya bukan tidak ada yang kuceritakan, tapi aku hanya
memilih beberapa orang terdekat yang kupercaya untuk mendengar ceritaku. Nanti
jika kamu baru menemuiku, aku akan menjadi orang yang super diam. Tapi jika
kamu sudah akrab dan lama bertemu denganku, aku akan bercerita apa saja
denganmu sekalipun itu tentang rasa sakit digigit semut atau kebiasaan burukku
menuang air sampai tumpah. Hal sepele apa pun akan kubagikan kepadamu. Rasanya aku
tidak akan melewati perjalanan hidupku tanpa kubagikan denganmu.
Aku memiliki beberapa teman dekat yang sampai sekarang
aku tidak bisa berbohong kepada dia. Sekalipun aku menutupi kesalahan burukku,
ujungnya aku selalu cerita ke dia. Karena aku sudah terbiasa untuk membagikan
kisahku kepadanya. Namun, jika kita tak saling akrab atau dekat, hanya mengenal
sebatas say hello atau basa basi. Sedikit pun perasaanku tak akan kubagikan
kepadamu. Aku akan terlihat sebagai manusia yang tanpa ekspresi. Hidupku dilihat
orang-orang flat.
Tanda jika aku nyaman dengan seseorang adalah aku akan
banyak bercerita kepada orang itu. Ada beberapa hal yang membuatku mengurungkan
diri untuk terbuka dengan seseorang. Pertama, orang tersebut tidak menghargai
ketiga aku bercerita. Kedua, dia lebih suka dominan dalam pembicaraan. Ketiga,
memberikan respon yang tidak nyambung atau alakadarnya.
Aku paling tidak suka dengan orang yang suka didengar
tapi tak mau mendengarkan. Pun meskipun dia mendengarkan, kadang dia hanya
mendengar dengan telinganya, bukan hatinya. Atau aku tak dianggap ada di
sebelahnya. Ketika dia bercerita aku menatap matanya. Menutup ponselku dan
duduk khidmat mendengarnya berceloteh, lalu ketika aku merespon dan balik
bercerita, dia malah sibuk dengan ponselnya atau hanya merespon “oh” “Hm, jadi
gitu.” “Oh, iya sih.” Lalu dia sibuk lagi untuk menceritakan dirinya tanpa
memberi jeda untuk aku melanjutkan ceritaku.
Kalian pernah nggak sih ketemu orang, sudah cerita
panjang lebar eh ternyata dia respon begini, “Eh, iyaya aku juga pernah
ngalamin itu, jadi waktu itu bla bla bla.” Endingnya, malah dia yang curhat. Sebel
kan.
Rasanya aku buang-buang tenaga kalau berbicara panjang
lebar tapi tidak digubris. Untuk apa yak
an?
Nah, akhirnya aku memutuskan untuk membuat rumah blog
ini. Segala apa pun yang ingin kukatakan, opini, atau perasaan akan kutumpahkan
di sini. Ada yang baca atau tidak, terserah. Direspon atau tidak, aku akan
tetap nulis. Ya karena ini rumahku, tempat aku memulangkan segala ceritaku.
Sebenarnya alasanku menulis ini karena aku sedang
sebal dengan seseorang, dimana teman ini menemuiku hanya karena ada maunya. Bukan
murni untuk bertemu denganku, tapi karena dengan main ke tempatku dia bisa
melakukan kesukaannya. Gitulah ya pokoknya. Sampai akhirnya aku mikir, yaelah
aku cuma jadi batu loncatan. Kupikir ke sini beneran mau main nemuin aku. Di tempatku
pun dia tidak mengajakku mengobrol, tapi sibuk dengan ponselnya. Ketika aku
mencoba memulai obrolan, dia menanggapi hanya sekadarnya. Ibarat kata nih, aku cuma
untuk dijadikan pajangan yang penting ada orang, biar dia nggak merasa
kesepian.
Tapi lagi-lagi ada sisi hatiku lain yang berbicara,
apapun niatnya dia datang untuk main, setidaknya Allah memberikan aku ladang pahala
untuk berbuat baik, entah itu untuk tersenyum, menawarkan minum, atau memberikan
tempatnya berteduh dan istirahat.
Aku pernah dengan ungkapan ini dari seorang teman, “Aku
tidak akan memperlakukan orang lain sesuatu yang tidak aku suka.” Misalnya nih,
kalau kita tidak mau dicuekin orang saat ngobrol dengan bermain ponsel, maka
jangan lakukan itu kepada orang lain.
Aku sudah sering menjadi pendengar, sebenarnya asyik
juga lho mendengarkan orang-orang. Karena kita bisa tahu sudut pandang setiap
orang yang berbeda-beda. Allah menciptakan satu mulut dan dua telinga, itu
tandanya Allah ingin kita banyak mendengar, bukan berbicara. Ada banyak orang
yang ingin didengar, bukan diri kita saja. Dunia ini bukan tentang kita
seorang, maka beri jeda untuk mendengar orang lain dengan hatimu. Oke?
0 komentar