Saat Allah Merindukanku

by - 22.55


Bulan Ramadhan ini aku disibukkan dengan rutinitas kampus sehingga target Ramadhan masih jauh tercapai. Seminggu sebelum lebaran, aku baru bisa khusyu’ tilawah, karena tugas dan UAS telah selesai. Inginnya khatam selesai Ramadhan, sehingga banyak waktu kuhabiskan untuk membaca Al-Quran. Ada penyesalan, kenapa Ramadhan aku masih disibukkan dengan kegiatan dunia?

Jujur, seminggu sebelum lebaran justru aku malah kurang berdoa. Ya tetap berdoa. Tapi tidak doa khusus seperti biasanya. Karena pada saat itu berada di kosan teman di Malang. Merasa tidak leluasa berdoa tentang hal-hal pribadi kalau sedang ada orang.


Dan bahkan, saat aku sudah pulang ke rumah pun aku tetap tidak leluasa berdoa. Karena keseringan saat salat, ada orang di sampingku. Meskipun ada sesuatu yang ingin aku curhatkan kepada Allah, paling-paling hanya membatinnya saat sebelum tidur atau dimana saja saat hati sedang merasa sesak.

Kemarin terakhir Ramadhan, pukul 9 pagi aku pergi ke suatu tempat karena disuruh ibu membeli sesuatu. Tiba-tiba saja perutku sakit seperti ingin membuang hajat. Aneh, padahal paginya aku sudah buang hajat. Kalau dalam sehari aku sudah buang hajat, maka perutku tidak akan mulas lagi.

Aku mencoba ke kamar mandi, tapi ternyata hanya mulas. Saat berangkat lagi, mulas itu datang. Aku menurutinya ke kamar mandi, tapi ternyata aku tak berhasil buang hajat. Lalu aku tetap pergi setelah kurasa perutku sudah membaik.

Tiba-tiba tanpa rencana aku berhenti di sebuah toko membeli sesuatu. Dan di situlah perut terasa mulas lagi. Aku bergegas memilih apa yang kuinginkan, lalu teringat di samping toko ada Masjid dan mampir di sana. Dan anehnya, di toilet masjid itulah aku bisa menuntaskan hajatku.

Pernah membaca novel Ayat-Ayat Cinta. Tokoh Fahri pernah memberi pesan kepada temannya, Masjid itu bukan toilet umum, jangan hanya numpang buang hajat, tapi juga hormatilah dengan sholat dua rakaat. Setelah itu aku tunaikan Salat sunah Tahiyatul Masjid.

Setelah Salat, aku merasa nyaman. Kulanjutkan beberapa salat sunah lainnya. Selesainya itu, ada keinginan untuk tetap tinggal di sana. Aku berdoa begitu lama sekali. Keadaan masjid saat itu lengang. Membuatku leluasa untuk mengucap apa saja. Dalam doa aku tumpahkan segala sesak yang mengganjal di hati beberapa hari ini. Air mata berderai kubiarkan membasahi doaku saat itu.

Saat bangun tidur pagi, aku tidak merasakan gelisah yang parah. Kurasakan biasa-biasa saja. Tapi memang kuakui, sebelumnya ada banyak hal yang ingin kuceritakan kepada Allah. Aku juga tidak mengerti kenapa siang ini aku bisa berdoa menangis sehisteris itu.

Ini semua terjadi tanpa rencana, tapi mungkin rencana-Nya. Kalau saja Allah tidak memberi rasa mulas tadi, aku tidak akan ke masjid sampai menunggu waktu Dhuhur tiba. Aku tidak akan menguraikan segala rasa yang menyesaki batinku di masjid itu.


Aku ber-khusnudzon, mungkin Allah rindu, karena aku telah jarang bertamu melalui doa-doa terbaikku.

You May Also Like

0 komentar