Miracle Of Prayer

by - 08.58

Orang yang akan melakukan kebaikan selalu diuji oleh Allah, entah itu keadaan, niat yang mulai goyah, atau hal lainnya. Sabtu lalu aku memberanikan diri mengikuti kegiatan Tabligh Akbar di Rumah Zakat Malang. Kenapa aku bilang memberanikan diri? Karena sebelum berangkat ke sana, banyak hal yang membuatku mempertimbangkan rencana.

Dua hari sebelum hari keberangkatan, ada kabar dari seorang teman bahwa kami seangkatan tidak bisa pulang ke kampung halaman karena ada revisi makalah dari dosen. Saat itu dosen masih sibuk urusan di luar kota, sehingga koreksinya selalu ditunda. Lagi-lagi aku dibuat jengah oleh dosen yang selalu berlaku seenaknya. Seminggu lalu bilang revisi kedua kemarin adalah revisi terakhir, ternyata masih harus revisi lagi.

Parahnya, pengumuman makalah yang direvisi diumumkan hari senin dan harus mengumpulkan hard file-nya. Sekelompokku tidak ada yang berdomisili di Jember, dan sungkan kalau meminta bantuan dengan teman lain.

Kalau aku tidak bisa pulang, berarti gagal lah rencanaku ke Malang. Padahal dalam hati kecilku ingin rasanya secepatnya berangkat, tapi selalu saja ada urusan kampus yang membelit.


Aku hubungi teman sekelompokku, mereka bilang tetap pulang hari Sabtu dan mereka memilih tidak merevisi makalah. Sudah hampir lebaran, masa harus di kampus mulu, begitulah keluh mereka yang mampir di telinga.

Saat aku menghubungi seorang teman yang kotanya berdekatan dengan kotaku, dia bilang, pantang pulang sebelum revisian kelar. Dengan sedikit ancaman dia mencoba memperingatkanku. Hati-hati ndak revisi, nanti dapat nilai C lo, meskipun cuma 2 SKS eman tinggal akhirnya aja masa nyerah.

Mendengar peringatannya, aku jadi berpikir berulang kali sampai suatu malam aku tidak bisa tidur. Mungkin terdengar alay, ya memang alay. Tapi sungguh, saat itu aku benar-benar dalam keadaan gelisah yang hebat.

Lalu, suara hatiku mulai mengambil peran. “Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Yang memiliki hati manusia itu Allah. Bisa jadi Allah membolak-balikkan hati dosenku agar tidak jadi revisian.” Suara itu membuatku sedikit tenang, meskipun masih ada setitik resah yang menggelayut.

“Ya Allah, aku percaya akan kuasa-Mu. Jika Engkau memang Ridho aku mengikuti kegiatan di Malang, lapangkanlah segala yang mempersempit niatku dan lancarkanlah perjalananku nantinya.”

Sebelum berangkat ke Malang, Allah memang benar-benar menguji kesabaranku. Hari Kamis pagi, aku mendapat kabar mendadak ada ujian lisan magang. Tanpa mandi, aku berangkat ke kampus. (Maaf, ini pengakuan terlarang :D) untung saja, laporan magangku memang aku kerjakan serius dengan data yang kudapat dari tempat magang, tanpa belajar pun aku masih ingat apa isi di laporan tersebut. Meski ada ujian mendadak, aku tidak begitu khawatir.

Tidak berhenti sampai di situ, you knows? Setelah antri dari pagi jam 8 sampai jam 2 siang, sisa antrian dibatalkan ujian karena dosen sudah lelah dan dilanjutkan hari Sabtu. Padahal hari Sabtu aku harus berangkat ke Malang. MasyaAllah, ingin rasanya aku gigit jari keras-keras. Aku pulang hanya menelan kekecewaan.

Sampai Jumat malam, aku belum mendapat kabar tentang batalnya revisian dari dosen. Tapi memang manusia selalu diposisikan untuk memilih. Hatiku memberontak ingin pergi, karena aku sudah penat dengan rutinitas kampus dan ingin sekali mengikuti kegiatan di luar.

Masih dalam keadaan gelisah, aku tetap menyiapkan segala keperluanku ke Malang. Meski Sabtu pagi masih ada ujian, aku berangkat setelah ujian selesai. Sempat ada perang batin dalam diriku, aku bertanya pada diriku sendiri. Apakah aku salah, di semester tua ini, masih sibuk saja dengan urusan organisasi?

Tapi lagi-lagi aku mencoba membela diri, “Aku pergi ke sana untuk niat kebaikan.” Aku tetap berangkat. Masalah revisian aku pikir belakangan. Mungkin sedikit menghilangkan rasa sungkanku, aku bisa meminta tolong teman yang lain.

Meski banyak masalah berdatangan, akhirnya pukul 10 siang aku baru bisa keluar kampus dan melakukan perjalanan. Tidak hanya berhenti di situ, masih banyak sekali serentetan halangan di perjalananku. Aku sempat dongkol dengan kemacetan dan lain-lain. Pasti nanti aku sampai Malang sore. Kalau memang aku datang terlambat di acara tersebut, memang sudah Qodarullah. Tepat adzan Maghrib, aku baru sampai di acara. Tapi Allah masih memberi kesempatan aku mendapati semburat wajah manis adik-adik panti asuhan. Aku tiba dengan selamat juga merupakan nikmat yang masih harus aku syukuri.

Sebenarnya point dari tulisan ini adalah ada suatu hal yang membuatku ingin sekali mengucap syukur kepada Allah karena pada hari Senin tiba-tiba ada informasi bahwa revisian ditiadakan karena nilai sudah cukup bagus.

Allahu akbar, mungkin ini terdengar sepele. But, If you know, suatu nikmat itu tidak dilihat dari kuantitasnya, pasti kamu juga merasakan apa yang aku rasakan. Berhari-hari hatiku berantakan memikirkan revisi, padahal ini belum revisi skripsi. Finally, Allah menjawab doaku pada malam itu. Allah make me feel good.

Itulah gaees, yang selalu buat aku meleleh kalau Allah benar-benar membuktikan kebesarannya. Kalau niat kita baik, InsyaAllah akan dilancarkan oleh Allah, kuncinya cuma satu, yaitu percaya akan kuasa Allah.

Ini yang membuat Rumah Zakat is special. Karena tidak hanya satu dua kali aku mengalami miracle, semenjak bergabung menjadi relawan di sana. Aku mencoba husnudzon dengan segala yang terjadi di hidupku. Sering sekali aku dihadapkan memilih antara kegiatan relawan atau kuliah. Dengan menyusun rencana serapi mungkin, aku selalu mengusahakan untuk mengikuti keduanya, dan alhamdulillah itu semua berbuah kemudahan-kemudahan yang aku dapatkan.


You May Also Like

0 komentar